Cih, kapan aku bisa menghisap habis darahnya itu?
"Heiji, kita bergabung disini untuk menjadi psikopat, bukan vampir." ucap Shinichi yang tiba-tiba membuyarkan lamunanku.
Sial. Apa dia juga bisa membaca pikiranku?
"Maksudmu?"
"Kau pikir aku tak tau isi pikiranmu? Ingat, aku juga bisa membaca pikiranmu sejak dulu. Dan tentu. Siapa yang darahnya sangat ingin kau hisap habis itu, aku tau."
"Shi-Shinichi.."
"Tenang, aku akan tutup mulut asal kau mau bergabung."
"Bagaimana aku bisa menghabisi orang itu jika aku tidak bergabung?"
"Apa yang kalian bicarakan? Kalian dari tadi berdua di pojok sini, kenapa kalian tidak ikut berkeliling melihat renovasi istana ini?" Tanya Kaito tiba-tiba yang tengah merangkul bahu Hakuba.
"Tidak. Kami hanya sedang menimbang-nimbang ingin bergabung atau tidak." jawab Shinichi enteng.
"Oh begitu. Ya sudah, ayo Shinichii kau keliling denganku saja, ayoo.. Kau pasti akan bergabung begitu melihat seisi ruangan istana ini." ucap Kaito penuh antusias. Dia menggandeng lengan Shinichi manja dan memboyong Shinichi pergi. Hakuba mengikuti mereka dari belakang. Hanya menyisakan aku sendiri di pojok ruangan.
"Tuan Hattori, kenapa kau tidak ikut bersama yang lain? Apa tekadmu untuk tidak menjadi yang paling haus darah ini begitu besar? Sehingga kau tidak tertarik untuk keliling?" Tanya jalang itu yang tiba-tiba ada di hadapanku.
"Cih, aku punya tujuan yang mengharuskanku bergabung. Dan untuk si paling haus darah itu, lupakan. Karena sesuai ramalanku, aku tak akan berhasil menghindarinya."
"Syukurlah kalau akhirnya kau akan bergabung tuan Hattori. Aku sangat senang mendengarnya."
"Hah! Bac*t!" umpatku seraya berlari menyusul yang lain.
Aku bisa mati penuh amarah jika terus berada di dekatnya! Aku harus segera menyingkirkannya!
"Hei, Hattori! Kau mau kemana?"
Teriakan Hakuba membuyarkan lamunanku. Langkahku terhenti dan menoleh ke belakang. Rupanya aku salah berbelok arah. Bah, konyol.
"Maaf, aku tidak melihat kalian belok ke kiri. Selihatku tadi kalian belok ke kanan. Hehe.." jawabku seraya mengusap lembut tengkukku.
Aku berjalan ke arah mereka dan menyamai langkahku sejajar dengan Hakuba. Seperti biasa kami hanya diam. Kami memang tidak terlalu akrab karena kami memang jarang berkomunikasi.
Aku melihat sekeliling seraya memikirkan topik pembiacaraan apa supaya aku dan Hakuba tidak secanggung ini. Otakku sangat sulit untuk memikirkan sebuah topik pembicaraan karena jujur saja, aku salah satu anak yang anti sosial. Aku bisa berteman baik dengan mereka hanya karena orang tua kami bersahabat sejak kecil. Jika bukan karena itu pasti aku tidak punya teman saat ini.
Tapi entah mengapa hanya dengan Hakuba saja aku tidak bisa akrab seperti ketika aku dengan Shinichi atau Kaito. Mungkin karena rumahku dan rumahnya sama - sama di pojok, aku di pojok kanan, dan dia dipojok kiri. Ditambah lagi dulu Hakuba rentan terhadap penyakit, jika cuacanya dingin sedikit dia bisa kena flu demam.
"Hattori, kau memikirkan apa? Sejak tadi kau seperti berpikir keras." tanya Hakuba membuyarkan lamunanku.
Bodoh, seharusnya aku memikirkan topik pembicaraan!
"Ah tidak, hanya mengenang sedikit masa lalu."
"Begitukah? Apa itu? Maukah membaginya denganku Hattori?" tanyanya dengan nada yang formal, bahkan dia memanggil nama keluargaku, bukan nama kecilku. aku tidak suka itu!
"Eum, Hakuba, panggil saja aku Heiji, seperti yang lain. Kalau kau terus-terusan memanggilku begitu, lama - lama aku tidak akan menoleh jika kau panggil!" Ancamku dengan nada yang sedikit longgar.
"Eh? Begitu ya? Habisnya kupikir kita tidak terlalu dekat seperti yang lain, jadi kupanggil Hattori saja supaya tidak terkesan sok dekat." Ucapnya dengan nada malu - malu. Bisa kulihat bahwa wajahnya sedikit memerah dengan senyuman manisnya itu.
"Kau juga, panggil saja aku Saguru. Selama ini aku merasa canggung jika kau panggil Hakuba." Pintanya seraya mengelus tengkuknya.
"Haha, tentu saja, Saguru."
Padahal kami baru berbincang sedikit. Entah mengapa serasa sangat lama dan kami semua sudah berada di sebuah ruangan yang dikatakan oleh jalang itu.
Yup.
Sebuah ruangan yang gelap, dan baunya benar-benar menyengat. Aku kenal bau ini, bau darah.
"Ehm.." Kaito sedikit condong ke pintu. Dia mengendus-endus bau di sekitar pintu seperti anjing pelacak—walau aku tidak bermaksud menghinanya—.
"Aku tau bau ini. Aku yakin di dalamnya ada banyaak sekali darah." ucapnya tenang.
"Hm, ya ini bau darah." Shinichi juga melontarkan hal yang sama.
"Coba buka saja." saran Saguru.
Kaito mencoba untuk membuka pintu besar itu, namun tak ada reaksi apapun dari pintu itu.
"Ada apa ini? Apa di belakangnya ada pengganjalnya?" Tanyanya sedikit kesal.
"Mari kubantu." Saguru maju membantu. Namun tetap saja pintu itu tak bergerak maju, ataupun mundur.
"Bagaimana kalau kita dobrak saja?" Ucapku bermaksud untuk mengajak Shinichi.
Shinichi hanya tersenyum miring yg bermaksud setuju.
"Hah." Aku nenghela napas pertanda siap.
Kami mulai mundur perlahan mengambil jarak, dan mengambil ancang-ancang. Kaito yang melihat tatapan kami terkunci pada pintu besar itu langsung menarik Hakuba agar menghindar dari sana.
"1..2.." Kami saling bertatapan dan mengangguk mantap.
"3!!"
Drap drap drap BRAKK!
Pintu itu terbuka. Benar-benar tidak seperti yang kami bayangkan. Jika yang kami bayangkan di dalam sana terdapat banyak organ tubuh manusia dan darah dalam toples, kami salah besar. Di ruangan itu sama sekali tidak ada darah, setetes pun tak ada. Hanya ada setumpuk senjata dan alat-alat penyiksaan lainnya.
"Apa?! Hanya senjata? Tidak ada darah?! Lalu tadi aku mencium bau apa?!" bentak Kaito tidak terima.
"Maksudnya apa ini?! Aku telah dibodohi! Kurang ajar sekali! ..."
Kaito hanya mengomel tak jelas sambil berkeliling memutari ruangan yang luas nan megah ini. Tata letak senjata dan alat-alat penyiksaan disni ditata dan disusun sedemikian rupa sehingga terlihat sangat rapi. Bahkan di tiap senjata dan alat penyiksaan diberi papan nama. Seperti di pameran museum saja.
"Hey! Siapa di sana?!" teriak seseorang dari luar. Suara langkah kaki menggema di lorong dan terdengar jelas oleh telinga kami.
klak..klak..klak
Aku sangat yakin itu suara high heels, tapi dari suara orang tadi aku tidak yakin dia benar-benar perempuan.
"HEY! SEBELUM AKU MASUK, CEPAT KATAKAN! SIAPA DI SANA?!"
-TO BE CONTINUED-
Maafkan aku yang lama ga update cerita. Minggu ini aku lagi ujian praktek. Ini iseng-iseng aja update, maaf kalo ga sepanjang chapter yang lain. Terima kasih banyak atas vote dari kalian. Sekali lagi aku minta maaf karena bakalan jarang update, jadwal lagi padat ujian. Thanks for your attention!
X

KAMU SEDANG MEMBACA
Handsome but Psycho
Fanfiction[DISCONTINUED] ⚠Warning : shounen ai (bl - not yaoi), ada unsur sadis dan bahasa kasar. 4 Siswa SMA tampan dan pandai ini ternyata adalah pimpinan dari komplotan psikopat yang bernama RED NIGHT. Setelah menjatuhkan pimpinan mereka sebelumnya, mereka...