4 [Saguru pov]

816 79 7
                                    

Beberapa hari setelah kejadian -itu- kami kembali sekolah. Kami menjalani hari-hari tanpa rasa tenang karena bibi Sharon selalu mengintai kami dengan cara menyamar sebagai orang-orang terdekat kami. Tak terasa kami sudah SMP sekarang. Dan kini kami kembali di hadang bibi Sharon saat kami hendak pulang dari lapangan sekolah.

"Hai lagi anak-anak. Kalian sudah tumbuh besar ya ternyata."

"Bi-bibi Sharon? Ada apa?" Tanya Kaito

"Karena kalian sudah besar, kurasa ini saat yang tepat untuk memboyong kalian ke RED NIGHT."

"Apa itu Red Night?" Tanyaku

"Kalian masih ingat kejadian sadis saat kalian kecil dulu?"

"Uhum." jawab kami bersamaan

"Orang-orang yang menghabisi itu merupakan anggota dari komplotan yang aku pimpin, Red Night. Hanya kalian yang mendapat kehormatan untuk menghabisi tumbal malam berdarah saat itu, karena selain malam itu, akulah yang menghabisi tumbal ritual kami."

"Cih, lalu?" Tanya Hattori tak antusias

"Karena prinsip awalku membawa kalian kesana dan memberi kehormatan itu karena tak lain dan tak bukan adalah menginginkan kalian berada dalam kelompok kami. Kalian sangat berpeluang besar memajukan kelompok ini."

"Memang kelompok macam apa itu?" Tanya Shinichi

"Psikopat." jawab wanita itu enteng.

Entah bagaimana caranya, tiba-tiba kami masuk ke dalam mobil yang sama seperti 6 tahun lalu. Bahkan kurasa tubuh kami bergerak sendiri dan otak kami tak menghiraukan respon penolakan dari hati kami.

"Bagus. Anak pintar." ucap bibi Sharon dan langsung melajukan mobilnya.

Sekitar hampir 2 jam kami duduk tenang di mobil ini. Aku memperhatikan jalanan yang kami lewati dan menghafalkan jalannya.

"Psikopat itu apa bi?" Tanya Kaito dengan keluguannya sembari memecah keheningan.

"Kau tidak tau psikopat? Search geeglo."

Oh sumpah, Kaito sangat lugu. Psikopat saja tak tau.

"Oh ya Tuhan! Bibi ingin kami jadi sakit mental seperti ini?!" Tanya Kaito sambil menyodorkan ponselnya ke arah bibi Sharon yang sedang mengemudi disampingnya.

"Ya, bukankah saat kecil kalian belum puas? Aku akan membuat kalian selalu merasa puas dengan bergabung bersama kami."

"Cih, kami memang haus darah saat itu. Kau terlambat menawarkan pada kami untuk bergabung karena kami-"

"Siapa bilang terlambat? Aku masih sangat haus darah sejak saat itu." ucapku memotong ucapan Hattori.

"Aku setuju dengan Saguru." ucap Shinichi dan Kaito bersamaan.

"A-apa?! Ah yasudah terserah kalian saja!" ucap Heiji menyerah sambil mengayunkan kedua tangannya ke udara.

"Bagus. Tidak salah bahwa aku berharap banyak pada kalian." ucap bibi Sharon puas.

"Tapi kenapa bibi-"

"Shhtt. Jangan panggil aku bibi, panggil saja Sharon" ucap bibi-ralat-Sharon memotong pertanyaan Shinichi.

"Baiklah,tapi kenapa kau mengintai kami terus menerus? Kau membuat kami tak tenang bi- ah, Sharon."

"Karena aku tak ingin kehilangan jejak kalian. Aku takut kalian menghilang dan harapanku pupus begitu saja."

"Wow, apa seperti ini kau mencari anggota, Sharon?" Tanya Hattori ketus.

"Tidak juga, baru kali ini aku seperti ini. Nah kita sampai."

"Dimana kita? Tempatnya berbeda dari yang dulu."

"Ya, aku membuat sedikit perubahan pada istanaku ini, aku ingin kalian merasa nyaman disini."

"Cih, jangan harap aku akan nyaman disini!" ucap Hattori menahan nada amarahnya.

"Kau salah tuan Hattori, kau akan merasa paling puas diantara yang lainnya."

"Apa maksudmu?"

"Aku sering mendapat anggota yang persis sepertimu. Pada akhirnya merekalah yang paling berjasa diantara yang lain."

"Ka-kauu! Jangan samakan aku dengan orang-orang itu, b*tch!" Umpat Hattori.

"Wow, tenang. Aku sendiri bahkan perawan tua dan kau mengataiku b*tch? Baiklah tuan Hattori, terserah kau mau memanggilku apa. Tapi kita lihat saja nanti, siapa diantara kalian yang paling haus darah. Aku sangat yakin kaulah orangnya, tuan Hattori."

"Wow, kau menantangku?! Baiklah! Kita lihat saja, diantara kami, siapa yang nantinya paling haus darah!"

"Ya, kita lihat saja nanti" ucap Sharon lalu pergi.

"Tenangkan dirimu Hattori, kita tidak tau apa yang akan terjadi nanti. Siapa tau memang kaulah yang akan benar-benar haus darah." ucapku menenangkan Hattori.

"Asal kalian tau, aku memang haus darah saat ini. Sangat haus darah. Kalian akan segera tau, darah siapa yang begitu membuatku haus."

-TO BE CONTINUED-

Handsome but PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang