"Mereka demam tinggi semalam, hari ini pun suhunya baru berkurang 2°C saja. Sebaiknya mereka tidak masuk sekolah hari ini. Saya takut demamnya semakin tinggi. Ditambah lagi baru Heiji saja yang sadar."
"Oh ya Tuhan, apa yang terjadi pada mereka? Hiks."
Suara ibu?
Aku yang sudah sadar sejak dokter Kumikichi mengecek suhu tubuhku pun memutuskan untuk bangun dan melihat keadaan. Mimik wajah orang-orang disini nampak khawatir berat.
"Apa yang terjadi? Kenapa kau menangis bu?" Tanyaku.
Semua orang langsung menoleh ke arahku. Ibu. Sangat nampak bahwa rasa khawatir di wajahnya berkurang setelah melihatku sadar.
"Shi...Shinichi! Shinichiku sayang!"
Ibu menangis di pelukanku. Aku hanya diam memperhatikan orang-orang. Ibu menyudahi pelukan ini.
"Untunglah Shinichi kini sudah sadar. Saya mendapat pesan dari dokter Tanaka bahwa Saguru juga sudah sadar. Hanya Kaito saja yang belum sadar."
Sial. Kenapa jadi Kaito yang belum sadar?
"Shinichi, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kalian semua bisa ada di depan gerbang dalam keadaan pingsan semalam? Baju dan tubuh kalian juga penuh noda darah. Ada apa?!" Ibu sedikit membentak menanyakannya.
------
"Kuharap kalian suka dengan kejutan dariku. Sebagai gantinya, ambilah pisau ini dan habisi 4 orang yang tersisa hanya untuk kalian. Kalian boleh menyiksanya semau kalian, anggap seakan-akan mereka adalah orang yang paling kalian benci. Cepat ambil dan habisi mereka atau kalian yang akan kuhabisi detik ini juga.""Apa maksudmu?! Kau meminta kami menghabisi orang yang tidak bersalah pada kami?!" Bentak Heiji.
"Kau tidak mengerti bocah! Asal kau tau, secara tak langsung kalian akan menghabisi orang-orang munafik dan jahat seperti mereka! Walau nampaknya lugu, kalian tak tau apapun tentang mereka!"
"Kalau begitu jangan libatkan kami dalam ritualmu ini!" Bentak Heiji lebih keras.
"Hei bocah! Ingat perkataanku di awal tadi. Cepat ambil pisau ini dan habisi mereka atau aku yang akan langsung menancapkan pisau ini tepat di otak kalian!"
Tanpa basa-basi Kaito mendekat dan mengambil salah satu pisau itu, diikuti Saguru dan aku. Aku hanya bisa melihat wajah ketus Heiji saat mengambil pisau itu.
"Bagus. Anak pintar. Sekarang ikuti aku dan jalankan perintahku atau dengan cepat pisau itu menancap di otak kalian. Mari."
Ucap wanita itu dengan senyumannya yang seram. Ia menggiring kami keluar, ke lapangan.
"Apa ini? I-ini darah?!" Tanya Heiji.
Ya. Yang kami pijak kini bukan tanah atau semacamnya. Melainkan darah segar yang menggenang dimana-mana. Aku mengedarkan pandangan dan menemukan 4 orang yang diikat di sebuah batang kayu besar. Mereka menangis dan memohon maaf terus menerus. Mereka berempat diikat saling membelakangi satu sama lain membentuk segi empat. Di tiap ujung batang kayu terdapat tali kawat besar yang saling terhubung dari ujung ke ujung lainnya dan ditiap sela-sela tali yang saling tehubung tadi masih terikat lagi tali yang saling terhubung satu sama lain dan membentuk semacam jaring laba-laba. Tepat dititik tengah tali itu ada penggalan kepala yang tepat dibawahnya ada kobaran api. Dan letak kepala itu sejajar lurus dengan bulan purnama merah.
"Apa ini ritual yang kau maksud tadi Heiji?" Tanyaku dengan pandangan kosong ke arah tempat yang kujelaskan tadi.
"A-aku tidak tau pasti, Shinichi.."

KAMU SEDANG MEMBACA
Handsome but Psycho
Fanfiction[DISCONTINUED] ⚠Warning : shounen ai (bl - not yaoi), ada unsur sadis dan bahasa kasar. 4 Siswa SMA tampan dan pandai ini ternyata adalah pimpinan dari komplotan psikopat yang bernama RED NIGHT. Setelah menjatuhkan pimpinan mereka sebelumnya, mereka...