Hari-hari berlalu dengan cepat. Tak terasa sekarang sudah SMA. Semakin hari, Sharon semakin membebaskan gerak-gerik kami. Dia tidak lagi menyamar sebagai orang-orang terdekat, sehingga hari-hari yang kami lalui terasa tenang dan damai.
SMA Teitan adalah sekolah yang cukup populer dan letaknya pun strategis, walau memang butuh waktu yang cukup lama untuk menempuh perjalanan dari rumah. Namun tak masalah, setidaknya kami yakin rahasia kami disini aman.
Hari ini adalah hari Jumat, hari dimana merupakan jadwal rutin kami untuk berkunjung ke istana Sharon. Sejak tragedi kematian ayah Kaito, tidak sedikit anggota Red Night yang menjauhi kami. Menurut mereka, keberadaan kami hanya merusak citra Sharon. Rupanya, orang tua kami selama ini termasuk pion utama dan emas kebanggaan anggota Red Night. Bahkan bisa dibilang, merekalah harapan besar anggota disini, untuk menyingkirkan Sharon.
"Aku sendiri pun juga tidak tau, mengapa mereka bisa sebenci itu pada Sharon." ucap Kir sambil menyeruput tehnya.
"Padahal selama ini Sharon juga yang membantu biaya hidup mereka." sambung Shio.
Hanya Kir dan Shio saja yang setia, selalu disini. Mereka termasuk golongan senior, tepat di bawah orang tua kami. Untuk itu tentu saja semua merasa beruntung karena setidaknya ada yang masih mau mengurus kami, apalagi dari golongan senior.
"Sebenarnya, aku sangat menunggu hari ini, karena ada hal penting yang ingin— tidak, bahkan harus kuberitahukan kepada kalian." ucap Kir yang mendadak serius.
"Apa kau yakin, Kir?" tanya Shio.
"Ya, kita harus memberitahu mereka."
"Ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Kaito.
"Tapi berjanjilah, kalian akan tetap bersikap seakan-akan kalian tidak pernah tau tentang hal ini."
"Baik." ucap kami semua bersamaan.
"Bagus. Hm, sebaiknya dimulai dari mana ya? Ah, begini saja. Sebenarnya—"
"Kir~! Apa kau membuat camilan? Aku lapar!"
Seorang laki-laki dengan tubuh yang cukup gemuk tiba-tiba masuk ke dapur. Ya, jujur saja, selama ini dapur telah menjadi markas pribadi kami.
"Biasakanlah mengetuk pintu sebelum masuk."
"Hey, ini kan dapur! Lagipula siapa suruh menjadikan dapur sebagai tempat tongkrong?"
"Aku sudah pernah bilang kan sebelumnya, lebih baik pindah saja." Heiji menyahut.
"Baiklah, ke ruanganku saja setelah ini. Dan kau, aku tidak membuat apapun malam ini. Belilah makan diluar untuk malam ini. Ayo anak-anak."
"Huft, sejak anak-anak itu datang kau selalu memperhatikan mereka. Apa spesialnya sih, mereka hanya menimbulkan per—"
PLAK!
"Sekali lagi kau bicara macam-macam soal mereka, aku tidak akan tinggal diam. Ayo anak-anak, Shio, kau juga ikut."
Kir menampar pria itu. Kalau tidak salah, namanya adalah Daichi. Dia memang salah satu anggota yang paling sering menjelekkan kami, baik di depan maupun di belakang Kir. Bisa dibilang, Kir adalah pelindung kami disini.
Ruangan Kir ada di lantai 3. Sangat luas, rapi dan bersih. Benar-benar menggambarkan kepribadian Kir. Disini juga ada seperangkat meja dan kursi tamu, sofa santai, televisi, komputer, bahkan dapur kecil. Di sisi kanan ruangan ini pun ada 2 pintu, seperti ada ruangan lain.
"Wah, luas sekali! Rapi dan juga bersih! Kau memang orang yang telaten ya, Kir!" puji Kaito.
"Ah, tidak juga. Tapi terima kasih."
"Eum, dua pintu disana itu apa?" tanya Shinichi sambil menunjuk kedua pintu yang kubicarakan tadi.
"Kamar mandi mungkin?" sahut Heiji seraya mengangkat salah satu alisnya.
"Iya, benar. Yang pintu kecil itu kamar mandi, di sampingnya adalah kamar pribadiku."
"Wow, di ruangan seluas ini pun masih ada kamar lagi? Keren sekali." ucapku.
"Yah begitulah. Kalian duduk dulu disana, kuambilkan air dan sedikit camilan."
Kami semua duduk di sofa dan Kir membawakan hidangannya.
"Baiklah, bisa kita mulai sekarang?"
"Ya."
"Okay. Hmm, bagaimana mulainya ya, ah begini saja. Sebenarnya kami ini bukan sekumpulan psikopat seperti yang kalian kira." Kir memulai penjelasannya.
"Lalu?" tanya Shinichi.
"Secara 'resmi', kami ini adalah organisasi pembunuh bayaran. Satu-satunya psikopat disini tidak lain dan tidak bukan hanyalah Sharon sendiri. Hal-hal seperti ritual, mengumpulkan bagian-bagian tubuh mayat, dan sebagainya itu hanyalah akal-akalan Sharon untuk memenuhi imajinasinya sendiri. Mungkin kalian belum pernah melihatnya, tapi jika suatu saat kalian melihat Sharon tiba-tiba mengamuk dan menyiksa anggota disini, jangan kaget. Itu adalah salah satu bukti ketidak stabilan mental Sharon."
"Kami disini hanya diam menuruti semua perkataan Sharon karena tidak ingin dia sampai mengacau. Sebenarnya ketidak stabilan mental Sharon inilah salah satu alasan mengapa banyak anggota yang membencinya. Kami juga tidak tau bagaimana latar belakang masa lalunya hingga ia bisa seperti ini." tambah Shio.
"Kalau memang begitu, kenapa kalian tetap bertahan disini?" tanyaku.
"Tidak, lebih tepatnya kenapa kalian sampai menerima untuk bergabung?" Heiji menyela.
"Entahlah, setiap orang memiliki alasan mereka masing-masing, dan untuk mengapa kami bertahan itu karena kami terikat sumpah. Tidak seperti Kir dan kalian, anggota disini semua terikat sumpah setia dengan Sharon." jelas Shio.
"Iya, itu benar. Kita termasuk istimewa karena hanya kita yang tidak dimintai sumpah setia. Ah, tapi sepertinya orang tua kalian juga tidak bersumpah setia. Mungkin karena itulah anggota disini banyak berharap pada mereka dan juga diriku." tambah Kir.
"Apa karena harapan itukah juga, orang-orang disini sering emosi padamu karena memilih bersama kami?" tanya Kaito.
"Kurang lebih. Mereka hanya belum tahu saja jika kalian juga salah satu yang istimewa."
Kami semua hanya diam. Entah mengapa tapi aku sudah pernah menduga tentang hal ini sebelumnya. Dari yang kutahu, psikopat itu bukanlah profesi, melainkan salah satu bentuk gangguan kepribadian. Aah, betapa bodohnya kami dulu. Bisa-bisanya percaya bahwa psikopat adalah profesi.
Kami tiba di rumah sedikit lebih awal dari biasanya, meskipun tetap saja larut malam. Semua orang sudah tidur, namun tetap ada sisa makan malam untuk kami. Tepat setelah mandi, kami berkumpul dan menyantap makan malam bersama.
"Aku sudah menduga ini sebelumnya, ada yang tidak beres dengan Sharon." Heiji memecah keheningan.
"Jika dia memang normal, dia tidak akan menguntit kita bahkan sampai menyamar setiap saat. Itu benar-benar hal yang tidak masuk akal hanya dengan alasan 'takut kehilangan'. Wanita itu memang tidak beres." lanjutnya.
"Jika dipikir ulang, itu memang hal yang masuk akal." Shinichi setuju.
"Aaaaaah! Bodohnya aku tidak menyadari sedari awal apa itu psikopat yang sebenarnya." Kaito terlihat frustasi sampai mengacak-acak rambutnya sendiri.
"Hahaha."
Seusai makan malam, kami semua bergegas menuju ke kamar masing-masing.
"Malam ini tidurlah bersamaku."
Hm? Kaito?
"Huh?! E-eh, b-baiklah."
Aku melirik ke belakang, Shinichi? Aah mereka mau main ya.
Sudah beberapa bulan berlalu sejak terakhir kali mereka tidur bersama. Ditambah suasana hati Kaito yang sepertinya kurang bagus. Semoga Shinichi baik-baik saja.
-TO BE CONTINUED-
Hai semua, Happy New Year!
Maaf ya, baru sempet update sekarang. Semoga tahun ini bisa jauh lebih baik dari sebelumnya ya!
Love y'all.
x

KAMU SEDANG MEMBACA
Handsome but Psycho
Fanfiction[DISCONTINUED] ⚠Warning : shounen ai (bl - not yaoi), ada unsur sadis dan bahasa kasar. 4 Siswa SMA tampan dan pandai ini ternyata adalah pimpinan dari komplotan psikopat yang bernama RED NIGHT. Setelah menjatuhkan pimpinan mereka sebelumnya, mereka...