Ya, tidak lama setelah mendapat telepon tadi, kami langsung bergegas kembali ke istana Sharon. Saguru mengendarai mobil sedan miliknya yang seharusnya belum boleh dikendarainya. Tidak satupun di antara kami yang sudah memiliki SIM, tapi Saguru nekat mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Shinichi juga sudah menitipkan Conan ke tetangga yang paling kami percaya karena akan terlalu beresiko membawa serta Conan ke istana Sharon.
Aku duduk di kursi depan, di samping Saguru yang sebagai supir. Sensasi adrenalin yang kudapat dari kecepatan mobil ini sangatlah terasa. Karena penasaran, akhirnya kuputuskan untuk melihat kecepatan mobil. 140km/h?!
"Hey, Saguru. Kau membawa mobilnya terlalu cepat!"
"Tidak, tidak apa. Tenang saja." jawabnya tetap fokus ke jalanan.
"Apanya yang tenang saja? Kita masih SMP dan belum memiliki SIM! Bagaimana jika polisi yang sedang berpatroli mengejar kita?!"
"Tidak akan terjadi."
Sejurus kemudian Saguru membanting setirnya ke kanan, memasuki gang jalanan yang kecil dan penuh pepohonan. Diriku bahkan tak tau bahwa ada jalan seperti ini di dekat rumah kami.
Saguru tetap menginjak pedal gasnya, konsisten di kecepatan 140km/h. Padahal, kanan kiri jalanan ini adalah tebing dan jurang. Ditambah gelapnya malam dan sepinya jalan, sensasi ngeri yang kurasakan semakin pekat. Tubuhku tak berhenti merinding dan memegang erat sabuk pengamanku. Sebenarnya aku tidak berniat melihat ke kursi belakang, tempat Kaito dan Shinichi duduk. Tapi tetap saja kepalaku ini tidak tenang dan menoleh ke belakang.
MEREKA TIDUR?!
Bisa-bisanya mereka berdua tidur dengan pulasnya disaat diriku tidak bisa tenang sedari tadi? Benar-benar mereka ini.
"Hey Saguru, kau tau jalanan disini?" tanyaku berusaha memecah keheningan dan mengurangi rasa takutku.
"Ya, kurang lebihnya. Tapi jika lewat jalan ini waktu yang ditempuh jadi 40 menit lebih lama dari jalan yang biasa kita lewati." jelasnya tenang dengan tatapan yang tetap terfokus di jalan.
"Ah begitu ya?"
"Ya, kau tenang saja. Sebentar lagi kita akan sampai karena sedari tadi kecepatan kita konsisten di 120-140km/h."
"B-baiklah."
Ya, memang benar. Kurang lebih sekitar 20 menit kemudian, kami sampai di istana itu. Kami melewati gerbang depan, sesuai arahan dari Kir melalui telepon dadakan tadi. Setelah membangunkan Kaito dan Shinichi, kami langsung masuk melalui pintu utama istana itu.
"Akhirnya kalian datang juga! Cepat ikuti aku!"
Kir menyambut kami dengan raut wajah dan nada yang sangat tidak tenang. Kami berlari ke halaman belakang. Entah salah lihat atau tidak, ada 3 mobil mewah terparkir di halaman samping istana ini. Perasaanku semakin tidak enak karena tidak biasanya ada mobil mewah selain milik Sharon terparkir di sini.
Sampailah kami di halaman belakang. Siapa yang menyangka bahwa kami akan melihat pemandangan yang tidak kami bayangkan sebelumnya. Ya, orang tua kami ada disana. Orang tua kami semua, kecuali orang tua Saguru. Entah kemana perginya kedua orang tua Saguru. Orang tua kami yang berada disini berdiri tidak jauh dari wanita setan yang bernama Sharon itu.
"Tu-tunggu, apa yang sebenarnya terjadi?" Saguru berusaha bertanya dengan tenang.
Bisa dilihat raut wajah orang tua kami yang sangat kaget. Aku yakin mereka tidak menyangka kami akan datang ke tempat seperti ini.
Sharon tersenyum miring melihat kedatangan kami. Berjalan ke arah kami dan menggenggam tangan Saguru, yang berdiri sedikit lebih maju dari yang lainnya, lalu mengangkatnya ke udara.
"Kau lihat? Ini, anak kalian semua. Aku telah memboyong mereka ke sini. Kalian tidak mau percaya padaku." ucap Sharon dengan nada yang sedikit terdengar sombong lalu melepaskan tangan Saguru dengan kasar.
"Kir, ada apa ini?" tanyaku pada Kir yang berdiri di sampingku, berbisik.
"Aku juga tidak tau, saat kembali tadi mereka sudah dalam keadaan bertengkar seperti ini." jelasnya, berbisik juga tentunya.
Aku hanya terdiam dan kembali mengamati mereka semua.
"Tapi kenapa? Bukannya dulu kita sepakat tidak akan membiarkan anak-anak tergabung kesini?!"
"Iya! Kau sendiri juga yang menyatakan sepakat akan itu Sharon!"
Mereka adalah Nyonya Yukiko, ibu Shinichi dan Nyonya Chikage, ibu Kaito.
"Jangan salahkan aku, di awal pun yang membatalkan kesepakatan ini bukan aku, tapi dari pihak kalian."
"Dari pihak kami? Tapi— tapi siapa?"
Yang barusan itu Shizuka, ibuku.
Sharon menyeringai dan tertawa kecil, benar-benar mirip setan.
"Orang itu adalah..."
Sharon berjalan ke arah orang tua kami, dengan gaya seakan-akan mempermainkan mereka.
"Ini dia!"
Sharon menarik kerah baju Tuan Toichi, ayah Kaito. Bahkan sikapnya seperti bukan Sharon, dengan tawa dan caranya bicara, dia seperti orang kerasukan! Ah tidak, dia benar-benar setan!
"T-TOICHI?! A-APA MAKSUDNYA INI?!"
Tidak hanya orang tua kami saja, tapi kami semua yang menyaksikan pertengkaran inipun ikut terkejut.
"Maafkan aku, kupikir ini juga demi kebaikan mereka." jelas Tuan Toichi sembari menundukkan kepalanya.
"KAU BODOH TOICHI!" teriak nyonya Chikage sambil menangis. Dia bahkan menampar suaminya itu.
"Maafkan aku."
"Nah, ingat kan kesepakatan kita sebelum ini, siapapun pelakunya,
mereka harus mati!"
-TO BE CONTINUED-

KAMU SEDANG MEMBACA
Handsome but Psycho
Фанфіки[DISCONTINUED] ⚠Warning : shounen ai (bl - not yaoi), ada unsur sadis dan bahasa kasar. 4 Siswa SMA tampan dan pandai ini ternyata adalah pimpinan dari komplotan psikopat yang bernama RED NIGHT. Setelah menjatuhkan pimpinan mereka sebelumnya, mereka...