Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar
Lailaaha Ilallahu Allahu Akbar
Suara takbir telah bergema di seluruh penjuru dunia, hari kemenangan yang telah ditunggu-tunggu oleh umat muslim telah datang. Hari di mana semua orang bersuka cita, berbagi kasih sayang, saling memaafkan dan di hari itu juga Allah SWT telah membuat hati seluruh umat muslim suci kembali bak bayi yang baru saja lahir ke dunia. Momentum ini juga yang telah membuat yang jauh menjadi dekat dan menjalin silaturahmi.
Tak hanya itu, berbagai hidangan khas hari raya idul fitri tersaji di setiap rumah, anak-anak kecil mendapat amplop berisi uang. 'Indahnya berbagi', gumam Medina dalam hati saat ia membagikan amplop kepada para anak-anak kecil di kompleks rumahnya. Anak-anak itu terlihat bahagia saat mendapat amplop yang isinya tak seberapa. Medina tersenyum tipis.
Tiba-tiba Medina mendapati seorang gadis kecil sedang duduk bersimpuh di samping kolam kecil di taman kompleks perumahan tempat Medina tinggal. Usia anak itu sekitar enam tahun. Medina mendekati anak tersebut. Anak itu menangis sembari memegangi sepasang sepatu berwarna coklat yang sudang usang.
"Dik, kamu kenapa? Kok menagis?" Tanya Medina yang mengambil posisi duduk di sebelah gadis itu.
Gadis kecil itu mendongakkan wajahnya ke arah Medina, namun tak merespon pertanyaan Medina.
"Inikan Idul Fitri, harusnya kamu senang dong." Ujar Medina mempelai rambut ikal gadis itu.
"Aku rindu ayah, kak. Ayahku sudah meninggal karena kecelakaan, ini adalah pertama kali aku lebaran tanpa ayah. Sepatu ini adalah pemberian terakhir ayahku." Cerita gadis kecil sembari menyodorkan sepatu yang sedari tadi depegangnya. "Walaupun ibu sudah belikan aku sepatu baru tapi ayah ku tetap tidak bisa kembali, aku ingin ayah aku tidak ingin sepatu baru." Lanjut gadis itu.
Bergetar hati Medina mendengar cerita gadis itu, ia mengusap air mata yang membasahi pipi gadis itu dan memeluknya.
"Kamu mau dengar ceritaku nggak?" tanya Medina yang masih terus memeluk gadis itu.
"Cerita apa kak?" tanya gadis itu antusias.
"Kamu bikin aku ingat cerita di jaman Nabi Muhammad SAW dulu." Jelas Medina melepaskan pelukannya dan menatap lembut gadis itu. "Dulu saat idul fitri tiba, Nabi Muhammad dan para sahabat dan tetangganya juga merayakan penuh suka cita seperti kita, beliau berkunjung ke rumah semua sahabat dan tetangganya. Tiba-tiba beliau melihat seorang gadis kecil menangis, beliau menghampiri anak kecil itu dan beratanya, "Kenapa kau menangis nak? Bukankah seharusnya kau bahagia karena ini hari lebaran." Gadis itu pun menjawab tanpa berani melihat siapa yang menghampirinya, "Tidak ada yang membelikanku baju baru dan sepatu baru lagi karena ayahku meninggal saat ikut berjihad dengan Rasulullah. Aku menjadi anak yatim sekarang." Rasulullah pun menangis mendengar cerita anak itu, beliau memang mudah tersentuh hatinya ketika melihat orang lain bersedih. Kemudian Rasulullah pun berkata, "Kalau begitu wahai gadis kecil, maukah kau jika Aisyah menjadi ibumu dan Fatimah menjadi kakak perempuanmu, lalu aku menjadi ayahmu?" cerita Medina pada gadis kecil yang begitu antusias mendengarnya. Medina membenarkan posisi duduknya. Lalu ia melanjutkan ceritanya kembali. "Mendengar perkataan itu gadis itu berpikir apakah benar yang berbicara itu adalah Rasulullah SAW, gadis itu mengangkat kepalanya dan menatap wajah pria yang ternyata adalah Rasulullah. Diajaknya gadis itu ke rumah Rasulullah, dimandikan oleh Fatimah Az Zahra, putri Rasulullah SAW dan di beri baju bagus lalu diberi boneka dan makanan enak. Gadis itu berlalu ke luar rumah dan bermain bersama teman-temannya yang lain dan berkata, "Teman-teman sekarang aku punya ayah, namanya Muhammad SAW bin Abdullah, aku punya ibu namanya Aisyah dan aku juga punya kakak perempuan namanya Fatimah Az Zahra. Gadis itu pun tidak sedih lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
SYAHADAT CINTA DI APELDOORN (Sudah Terbit)
EspiritualTelah diterbitkan oleh Penerbit Rumedia Medina Mueeza Husain, seorang pengusaha kuliner yang memiliki cita-cita untuk melanjutkan kuliah di Wittenborg University, Apeldoorn, Belanda. Sebuah sekolah perhotelan terbaik di Belanda. Suatu ketika, ia men...