Nikmat Allah Yang Tak Disangka

4.5K 221 22
                                    



Pagi hari di kota Yogyakarta.

Medina, Fateema dan Bu Husain sedang sibuk menyiapkan sarapan, sementara itu Hensen, Pak Husain, Yusuf dan Humaira sedang bermain bola di halaman belakang rumah. Sedangkan Karel, ia masih tertidur. Setelah sholat subuh, Karel memilih untuk tidur lagi, kepalanya terasa sangat pusing.

Kali ini ibu-ibu sedang memasak nasi goreng, roti isi dan susu kedelai untuk sarapan. Ini pertama kalinya Fateema membuat nasi goreng. Menurutnya ini makanan yang unik yang pernah ia temui. Nasi kok digoreng, itu pikirnya.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa, Fateema where are you dear?" Teriak Karel dari dalam kamar sangat kencang, sehingga seisi rumah bisa mendengarnya. Termasuk Hrnsen, Pak Husain, Yusuf dan Humaira yang sedang di halaman belakang. Mereka segera menghampiri ibu-ibu yang sedang memasak di dapur.

"Ada apa?" tanya Pak Husain.

"Nggak tau." Jawab Medina.

Mereka saling pandang. Namun Fateema malah tersenyum kecil. Ia seperti telah mengetahui apa yang dialami suaminya sekarang, sehingga suaminya berteriak seperti itu. Tadi sebelum Fateema turun untuk membantu Medina dan Bu Husain membuat sarapan, ia meninggalkan sebuah kotak di nakas. Kotak itu berisi kejutan untuk suaminya. Ia berharap saat suaminya bangun nanti, ia akan membuka kotak itu.

"Lebih baik kita ke atas sekarang. Jangan-jangan terjadi sesuatu pada Karel." Ujar Hensen kemudian berlari ke lantai atas untuk melihat keadaan Karel.

Hensen dan yang lain sampai di depan kamar yang di tempati Karel, Hensen segera membuka pintu. Mereka mendapati Karel sedang berdiri di samping ranjang dengan memegang sebuah kotak berwarna biru muda.

"Karel apa yang terjadi? Kau kenapa?" Tanya Hensen dengan panik.

"Look at this Hens, i will be a dad like you." Jawab Karel seraya menunjukan sebuah alat tes kehamilan. Kemudian Hensen tersenyum dan menghampiri adiknya lalu memeluknya.

Medina memandang Fateema yang sedang tersenyum melihat Karel yang tampak begitu bahagia. "Fateema, congratulation." Medina memeluk iparnya.

Pak Husain dan Bu Husain pun ikut tersenyum bahagia, kemudian keduanya permisi keluar setelah memberi ucapan selamat pada Karel dan Fateema.

Begitu juga Yusuf dan Humaira, kedua anak kembar berusia dua setengah tahun itu berjingkrakan ketika mengetahui mereka akan punya sepupu.

"Yeee, Paman Karel dan Bibi Fateema akan punya baby." Teriak Yusuf bahagia. Kemudian Yusuf dan Humaira menyusul kakek dan neneknya keluar dari kamar Karel.

"Kau hampir membuat kami khawatir Karel." Hensen mengurai pelukannya dari Karel.

"Maaf Hens, aku hanya sedang bahagia." Jawab Karel seraya memperlihatkan sekali lagi alat tes kehamilan istrinya pada Hensen.

"Ya ya ya. Aku paham." Hensen mengerlingkan mata. "Selamat ya. Jadi ayah itu menyenangkan. Jaga istrimu baik-baik. Lindungi kehamilanya." Tambah Hensen menepuk pundak adiknya.

Karel tersenyum, kemudian ia menoleh ke istrinya yang sedang berdiri di sebelah Medina. "Come here please dear." Karel melambaikan tanganya pada Fateema. Fateema pun mendekat. Karel menarik lembut tangan Fateema dan memeluknya. Bersamaan dengan itu Hensen melangkah mendekati Medina.

"Dari mana kau dapatkan alat tes kehamilan ini sayang? Kita kan baru sampai di kota ini kemarin." Bisik Karel pada Fateema.

"Aku sengaja membawanya dari rumah. Aku sudah telat dua minggu." Jawab Fateema.

Diujung pintu kamar berdiri Medina dan Hensen yang sedang tersenyum memandang kebahagiaan sepasang suami istri itu.

"Kenapa dulu kau tak memberiku kejutan seromatis itu, sayang?" Hensen memegang tangan Medina.

"Kalau begitu besok jika aku hamil lagi akan ku beri tahu kau dengan cara yang lebih romantis dari ini." Jawab Medina kemudian bersandar di bahu kokoh suaminya.

"Memangnya kamu mau hamil lagi?"

"Kenapa tidak? Tentu saja setelah Yusuf dan Humaira agak gedean dikit."

Hensen tersenyum kecil. Hensen menyadari, kepergian ibunya kini telah diganti oleh

Kehamilan Fateema. Allah telah memberikan rezeki yang tak terduga pada Karel dan istrinya.

Tentu saja itu juga merupakan kebahagiaan bagi Hensen dan yang lain.


THE END

SYAHADAT CINTA DI APELDOORN (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang