“Jangan pernah mengambil hatiku bila tidak ada jaminan mengembalikannya.”
(Sudut Pandang)LAYAR di sudut kasir bioskop menampilkan trailer film horror terbaru. Sebenarnya bagi Talu yang penggemar film fantasy dan sci-fi, dia tidak begitu suka horror. Namun matanya terpancang pada layar tersebut. Tidak tahu apa yang ada dalam pikiran Talu dengan jelas. Laki-laki itu lebih tertutup dibanding biasanya. Sejak hubungannya dengan Judy memburuk, Talu selalu diam. Melamun.
Anin menepuk pundak pacarnya dari belakang. “Bengong aja, Tal.”
“Oh, udah?” berbalik, tersenyum kaku.
“Masa ke toilet tiga jam?” tanya Anin. “Lebih lama dibanding filmnya, dong. Yuk!”
Ketika Anin mengaitkan tangannya pada Talu, ada sengatan rasa bersalah yang mengikat hati Talu. Tapi, Talu tidak menepis tangan Anin. Hanya diam dan patuh.
Sebenarnya, apa yang Talu lakukan sekarang? Ini yang dia inginkan. Bersama Anin sudah menjadi dambaan diam-diam Talu sejak mereka bertemu di rumah Judy. Tapi, kenapa Talu tidak merasa bahagia?
Ketika tahu satu hati terluka karena dirinya, Talu tidak akan pernah tenang. Mungkin, semua orang tidak akan bisa tenang.
“Tal?” panggil Anin heran melihat wajah Talu termenung.
Talu mengerjap. Menatap bola mata jernih Anin. “Ya?”
“Karcisnya di kamu.”
Lagi-lagi Talu mengerjap, salah tingkah. Menggumam ‘maaf’ seraya memberikan karcisnya pada pelayan.
Anin melihat ke dalam bola mata Talu. Perempuan itu tahu ada yang tidak beres. Namun, ini bukan urusannya lagi. Hah, bagaimana ini jadi urusannya, bila kakaknya sendiri tidak mau membicarakan masalah ini dengannya?
Dan Anin sendiri tahu. Fokus Talu sudah terbagi pada orang yang Anin benci.
KAMU SEDANG MEMBACA
HSS (1): Daisy
Teen FictionKeluarga harmonis, teman-teman selalu ada di sampingnya, paras cantik, bahkan otak yang terbilang cerdas. Semua dimiliki oleh Judy. Apa pun yang kamu inginkan, dia punya. Tinggal sebutkan saja, Judy akan memberi dengan cuma-cuma-tentunya, dengan ca...