Multimedia dari akun Instagram @samuelelkins
BAB 18
"Kita sama-sama tahu kalau sama-sama suka. Tapi anehnya, kenapa kita tidak bersama?"
(Judy Mencari Tempat Berlari, Treadmill, Kali)
"INI satu-satunya jalan keluar yang paling aman," bisik Lagas tepat di belakang Judy.
Judy entah harus fokus kemana. Di depannya, seorang satpam tengah berjaga, bolak-balik gerbang. Mungkin sedang mengantisipasi murid-murid yang kabur seperti Judy dan Lagas ini. Tapi, Judy juga tidak fokus dengan Lagas yang sangat dekat dengannya.
Jadi, begini. Setelah di rumah pohon, Lagas menuntunnya ke sini. Mereka berjalan merunduk menyusuri taman yang dinaungi pepohonan rimbun. Sampai akhirnya, Judy disuruh berjongkok di belakang semak-semak dan mengintip dari celah yang memperlihatkan satpam berbadan tambun dengan pentungan hitam di tangannya. Sementara Lagas ingin ikutan mengintip, padahal tempat ini hanya cukup untuk Judy.
Kadang enggak pekanya Lagas itu bikin Judy super risi.
Setelah berdeham beberapa kali, Judy bertanya, "Terus, kita keluar dari sini gimana? Gue udah laper banget."
Lagas sejenak merenung. Judy yang melihatnya jadi geli sendiri. Wajah cowok itu jadi dua kali lipat lebih lugu. Antara lugu dan bego beda tipis, sih.
Kemudian Lagas menjentikkan jarinya pelan, dia menyeringai kecil. "Gue tau caranya."
"Gimana?" tanya Judy dengan mata berbinar.
Lagas menatapnya sambil tersenyum. Senyum yang tidak pernah Judy tunjukkan. Senyum penuh makna.
"Sini," ucapnya seraya menyuruh Judy keluar dari sana. "Gue alihin perhatian satpam itu dengan suara-suara, terus lo buka gerbangnya, nah... kita lari. Tenang aja, jam segini gerbangnya enggak digembok, soalnya anak OSIS sering keluar-masuk kalo ada acara."
Alarm bahaya muncul pada diri Judy secepat itu. "Gas, kalo lo ketauan kabur, beasiswa lo gimana?"
"Enggak apa-apa," senyum Lagas sangat tipis sampai Judy mengira itu bukan senyuman. "Satu hari ini enggak akan bikin beasiswa gue dicabut, kan?"
Sebelum sempat Judy mencegah tindakan bodoh Lagas, cowok itu sudah pergi menuju arah lain. Mengendap-endap. Langkah kakinya begitu ringan, tanpa suara sedikitpun.
Judy bersiap di ujung semak-semak. Dari sana, dia bisa langsung berlari ke gerbang bila satpam itu pergi mencari 'pengalih perhatian'-nya Lagas.
Judy melirik Lagas. Cowok itu sudah jauh berjalan. Entah apa yang Lagas lakuk–
"MEEEONG!"
Seriously, Biogas?
Namun usaha Lagas ampuh. Satpam tersebut langsung mencari ke asal suara. Memberikan kesempatan bagi Judy untuk lari ke gerbang, membukanya sepelan mungkin. Sementara Lagas mengendap ke arah gerbang juga.
Namun, sepelan apapun gerbang besi digerakkan. Tetap saja suaranya terdengar.
"Siapa itu?!" gelegar suara satpam berbadan tambun itu membuat Judy tidak berpikir dua kali lagi. Dia langsung menarik slot gerbang tersebut dan menoleh ke belakang.
"Berhenti!!" seru satpam itu tajam, langkah kakinya terdengar mendekat.
Lagas berlari ke arahnya secepat mata berkedip. Lalu tanpa membiarkan Judy bernapas sebentar, Lagas menarik tangannya. Berseru, "Ayo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
HSS (1): Daisy
Teen FictionKeluarga harmonis, teman-teman selalu ada di sampingnya, paras cantik, bahkan otak yang terbilang cerdas. Semua dimiliki oleh Judy. Apa pun yang kamu inginkan, dia punya. Tinggal sebutkan saja, Judy akan memberi dengan cuma-cuma-tentunya, dengan ca...