"Ternyata, cahaya dalam gelap itu tampak lebih indah bila kita melihat dari sisi yang lain."
(Kemana Judy Pergi?)
MOTOR Dean meluncur di pelataran parkir SMA Impian Indonesia. Cukup lama Dean berdebat dengan satpam gerbang. Dean mengatakan ini bukan kunjungan biasa yang harus memiliki laporan satu hari sebelumnya. Ini urgensi. Setelah mereka menyerahkan kartu pelajar, baru diizinkan masuk. Itu pun hanya sampai lobinya.
Langit sudah berubah gelap. Memang, jaraknya cukup jauh dari sekolah Dean dan macet parah. Jadi mereka baru sampai.
"Ayo," ucap Dean, melepas helm Minnie Mouse punya temannya, lalu menoleh ke arah Myla.
Wajah Myla sangat pucat, namun dia tetap menyunggingkan senyumnya dengan tegar. Dean membalas senyum Myla, perempuan itu sangat berani.
Myla meloncat turun dari motor dan menaruh helm di spion, sementara Dean di cantolan. Mereka bergegas ke arah lobi dimana Lema sudah menunggu dengan cemas.
"Judy gimana? Udah pulang?" tanya Dean, wajahnya kembali berubah tegang.
Jangan sampai terjadi apa-apa dengan Judy. Jangan sampai.
Lema menggeleng kaku, membuat Dean dan Myla menarik napas berat. Judy tidak pernah pulang selarut ini. Dia selalu menaati aturan meski kelakuannya semena-mena. Bahkan, Judy tidak mungkin keluar kelas kalau bukan karena masalah yang besar.
"Dia keluar sendiri?" tanya Myla, duduk di sofa lobi. Dirinya masih butuh waktu untuk menenangkan diri karena adrenalin yang memacu saat naik motor. Bahu dan lututnya sangat lemas.
Lema tak kunjung menjawab, membuat Dean dan Myla tahu jawabannya. Astaga, ini benar-benar bukan Judy. Judy tidak mungkin kabur bersama seseorang seperti ini. Sejak kecil, bahkan Judy bukan tipe anak-anak yang merepotkan. Omongannya saja yang agak nyablak, sebenarnya hatinya baik.
"Gue udah nelepon Sergy juga, dia lagi perjalanan ke sini," ucap Lema menenangkan. "Kita pikirin jalan keluarnya baik-baik, karena dengan kaburnya Judy, bisa-bisa dia keluar dari Pertukaran Pelajar."
Seseorang melangkah, memecah keheningan di antara mereka bertiga. "Dia sama temen gue."
Lema menoleh cepat. Zidan. Tampak sama cemasnya dengan wajah lain. Cowok itu juga terlihat lelah, seolah sudah mengerjakan sesuatu yang berat. Menurut Lema, Zidan mengurus kejadian di kantin tadi siang. Ya, rumor Lagas menonjok siswa yang orangtuanya berpengaruh di sekolah ini sudah diketahui semua orang. Bahkan kamu nanya petugas kebersihan, mereka tahu. Zidan pasti mengusahakan yang terbaik agar beasiswa Lagas dipertahankan dengan alasan logis di depan kepala sekolah tadi sore.
"Kenapa bisa? Tunggu, lo siapa?" alis Dean tertaut.
Zidan duduk di samping Myla. Sejenak Myla kaget, namun tidak mengatakan apa-apa dan melihat ke arah lain selain Zidan.
"Gue Zidan," ucapnya seraya melirik Myla sekilas, kemudian berkata lagi. "Tadi siang ada huru-hara. Temen gue kabur bareng temen lo."
"Temen lo siapa?" tanya Dean, sungguh dia seperti burung be'o sekarang.
"Namanya Lagas," Lema memberitahu.
Lema menyuruh Dean untuk duduk dan menenangkan diri. Awalnya laki-laki itu mengelak, namun Myla melotot. Yang Dean perlukan sekarang adalah ketenangan. Bukan rusuh.
Dean mendengus sebelum duduk di hadapan pintu geser lobi.
Zidan senyum-senyum melihat Myla yang ternyata galak. Dia menoel bahu perempuan itu. "Kenalan, yuk. Namanya siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HSS (1): Daisy
Teen FictionKeluarga harmonis, teman-teman selalu ada di sampingnya, paras cantik, bahkan otak yang terbilang cerdas. Semua dimiliki oleh Judy. Apa pun yang kamu inginkan, dia punya. Tinggal sebutkan saja, Judy akan memberi dengan cuma-cuma-tentunya, dengan ca...