BAB 15

62.4K 8.1K 790
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Cara kita memandang dunia yang membuatmu ada pada dua pilihan. Jatuh atau bangkit."

(Sesi Curhat Raden Ajeng Judyrastika)

(Sesi Curhat Raden Ajeng Judyrastika)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"SORRY, gue ke sini mendadak."

Itu hal pertama yang Judy katakan setelah banyak hal terjadi. Pertama, Lagas langsung menarik Zidan kembali ke dalam kamar—tentu saja Zidan merengek karena ingin bertemu Judy, tapi Lagas meminta dengan sangat, Zidan harus mandi dulu. Dengan bibir cemberut lima senti, Zidan masuk kembali ke kamar asrama mereka dan mandi. Selanjutnya, Lagas harus menyisir rambutnya dulu dan merapikan kemeja yang ia pakai. Well, bukannya harus rapi kalau bertemu tamu. Iya, kan? Terakhir, Lagas mengambil minuman kaleng milik Zidan untuk Judy.

Lagas tersenyum sebelum duduk di samping perempuan bermata sembab itu. Dia menyodorkan minuman kaleng di tangannya yang disambut Judy penuh suka cita. Apa pun yang ada di pikiran Judy, Lagas tahu bahwa minuman dingin bisa sedikit memperbaiki emosinya.

Sekarang mereka duduk di kursi taman asrama yang sepi. Hanya ada mereka dan suara dengung serangga—mungkin belalang atau kumbang? Lagas masih belum bisa membedakan suaranya. Udara pagi masih segar terasa, membuat kesadaran Lagas seketika penuh.

"Kenapa?" tanya Lagas setelah mereka diam cukup lama.

Tampaknya Lagas terlalu berusaha menahan diri untuk tidak melihat pakaian Judy. Pakaian yang Lagas lihat kemarin saat kunjungan, masih dia pakai. Tapi akhirnya ketahuan juga oleh perempuan itu.

"Baju gue masih sama, huh?" tanya Judy melihat pakaiannya sendiri. "Gue bahkan belum mandi, belum cuci muka, belum—"

"Kenapa, Dy?" potong Lagas langsung. "Dan gue enggak masalah sama hal itu. Yah, kecuali, kalo lo Zidan."

"Emang kenapa kalo Zidan?" alis Judy mengerut.

"Dia kalo enggak mandi, bau," kekeh Lagas.

Kali ini Judy tersenyum. Senyum geli. "Gue wangi, dong?"

HSS (1): DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang