Well,This Time.
Aku beranjak dari tempat tidur ketika menyadari jam tanganku menunjukkan pukul 1 malam. Aku segera menyambar hoodie hitamku yang bertudung. Sudah berjam-jam aku memikirkan hal ini. Aku tak ingin melakukan ini tapi aku harus. Aku sudah memikirkan sebuah rencana. Aku tak tahu apa ini akan berhasil tapi aku harus mencobanya. Saat ini aku merasa sangat gugup. Dengan cepat aku menggunakan masker hitam dan membawa botol yang diberikan pria itu. Aku menatap botol berisi pil itu selama beberapa detik. Aku tahu Alex tidak akan menepati janjinya. Dia pasti tidak akan memberitahu keberadaan kakakku. Aku tahu selicik apa dia. Dia pasti akan melaporkanku jika aku berhasil. Tapi jika aku gagal maka dia akan benar-benar membunuhku. Pilihan mana pun tak ada yang menguntungkanku. Jadi aku hanya bisa berharap rencanamu berjalan dengan baik. Aku pun mulai pergi menuju kediaman Wyden dengan sepedaku. Butuh waktu sekitar 45 menit untuk sampai di sana menggunakan sepeda. Di dalam perjalanan aku terus merasa gugup. Bagaimana jika rencanaku gagal? Bagaimana jika reaksi tuan Damien tidak seperti yang kuharapkan? Sepanjang jalan yang kurasakan hanya ketakutan dan gugup.
Srek!
Aku menghentikan sepedaku tak jauh dari kediamannya. Kutatapan rumah besar itu dengan seksama. Aku tidak tahu bagaimana caranya mengendap-endap agar tidak ketahuan. Tapi aku akan mencobanya. Aku pun mulai memanjat pagar besar itu perlahan. Dalam sekejap aku sudah berada di halaman rumahnya. Perlahan aku kembali mengendap-endap memasuki halaman luasnya itu. Kuakui rumahnya memang lebih mewah dari rumahku. Mungkin itu alasan pria itu cemburu. Tak terasa kini aku telah berada di samping salah satu jendela kamar di halaman belakang. Aku mencoba untuk membuka jendela itu perlahan. BINGGO! Jendela itu tidak terkunci. Aku pun segera melompat masuk dengan sangat hati-hati. Saat aku berada di dalam ruangan itu,aku baru menyadari jika tempat itu kosong. Seperti tidak di huni. Astaga,kenapa ini sangat mudah! Sesuatu tolong hentikan aku! Aku membuka pintu kamar itu perlahan tapi aku malah dikejutkan oleh seorang pria.
"JANGAN BERGERAK!" Aku segera mengangkat kedua tanganku saat berhadapan dengannya. Dia telah berdiri di depan pintu kamar ini dengan sebuah pistol di tangannya. Aku tak tahu harus merasa lega karena tidak jadi membunuhnya atau malah sebaliknya.
"Kau pikir di rumah ini tidak ada CCTV!" Katanya lagi sambil menarik maskerku. Bagus sekali Vero,kau melupakan satu hal yang sangat penting. Saat ini aku lumayan ketakutan. Apa yang akan dia lakukan padaku? Ah,bukan itu maksudku. Apa yang harus aku lakukan sekarang?
"Sekarang kau ikut aku ke kantor polisi! Masih kecil ingin mencuri!" Bentaknya sambil menarik tangan kiriku. Tunggu,dia harus mendengarkanku sekarang!
"Hei,tunggu sebentar. Kau harus mendengarkanku." Ucapku setengah berteriak. Dia menatapku dengan penuh amarah. Dia pun berjalan mendekatiku sambil terus menodongku dengan pistolnya. Perlahan dia merogoh tubuhku dan menemukan sebilah pisau di saku hoodieku.
"Kenapa aku harus mendengarkan berandalan kecil sepertimu?" Geramnya padaku. Aku menarik napas berusaha menenangkan kepanikannya.
"Ini adalah pertama kalinya aku melakukan ini." Ucapku sungguh-sungguh. Dia berbalik dan menatapku marah.
"Aku terpaksa melakukannya karena ayahku. Dia melakukan sesuatu pada saudaraku." Dia tak bergeming dari tempatnya dan masih menatapku dengan tatapan yang sama.
"Aku bisa menolong mereka jika aku membunuhmu menggunakan ini." Jelasku sambil mengeluarkan botol pil yang diberikan ayah. Hal itu membuat pria di depanku menatapku tak percaya.
"Tapi aku pikir lebih baik aku meminta bantuanmu. Bisakah kau menolongku? Ayahku sudah kehilangan akalnya. Aku benar-benar butuh bantuan." Sambungku lagi. Akhirnya dia pun mulai membuka suara.
"Apa yang dia lakukan padamu?" Tanyanya dengan nada sedikit ragu.
"Dia menyiksa kami." Jawabku sambil meremas pakaianku kasar. Tiba-tiba pandanganku kabur karena air mata yang menutupi penglihatanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE 1 - THE DARKNESS IN THAT PRETTY FACE
Mystery / ThrillerSeorang putri bungsu dari keluarga terpandang harus menjalani kehidupan yang kejam. Dia berulang kali dipermainkan oleh kehidupan. Dijatuhkan berulang kali ke dalam lubang kehancuran. Dipisahkan dari orang berharga. Dihancurkan masa depannya. Hingga...