6 - FRIEND

503 33 15
                                    

BRAK!

Aku membuka pintu dengan kasar saat berada di rumah. Ibuku langsung berdiri dari sofa saat melihat kedatanganku. Sedangkan ayahku hanya menatapku datar sambil menyerumput minumannya.

"Dimana Gheo?" Tanyaku perlahan dengan nada rendah. Hampir saja aku kehilangan kendali dan melupakan rencanaku untuk tetap bersikap normal. Aku harus bisa menahan diri.

"Aku sudah mengirim mereka berdua ke rumah saudariku." Jawabnya ringan. Aku menjatuhkan tasku ke lantai. Perlahan aku berjalan mendekatinya.

"Apa? Kenapa kau melakukannya?" Tanyaku dengan napas tak karuan.

"Kau harus belajar mandiri. Kurasa kau terlalu bergantung pada mereka." Jawabnya. Aku benar-benar geram mendengar setiap jawabannya.

"Kau tidak bisa melakukan ini." Balasku dengan nada mulai meninggi. Wanita itu tersenyum iba lalu berjalan mendekatiku.

"Aku melakukan ini untukmu." Ucapnya sambil memegang bahuku. Dia tersenyum manis seolah dia melakukan hal benar.

"Untukku? Lelucon macam apa ini? Kemana kalian mengirim mereka!" Geramku sambil menghempaskan tangannya dari bahuku. Tiba-tiba ayahku berdiri dengan cepat.

"Bersikaplah lebih sopan pada ibumu. Dia mengirim mereka agar sikap mereka berubah." Ucapnya dengan tegas.

"Tapi,ayah..." Sanggahku merendah.

"Aku tidak pernah memiliki anak perempuan." Balasnya sambil memalingkan wajahnya dariku. Aku terdiam melihat kepergiannya. Dengan cepat aku berlari menaiki tangga dan memasuki kamarku. Aku menangis dengan keras di dalam bantal tidurku. Kenapa ayah selalu berkata seperti itu? Walaupun dia memukuli kakakku tapi dia tidak pernah mengatakan hal itu pada mereka. Aku tidak pernah mengerti mengapa dia mengatakannya. Kuhembuskan napas kasar sambil berusaha tetap tenang. Perlahan aku bangkit dan duduk di tempat tidurku. Aku takut sekali. Aku tak tahu harus berbuat apa. Apa sebaiknya aku kabur dari rumah? Kurasa itu adalah ide terbaik. Tapi untuk saat ini aku harus memastikan keberadaan kedua saudaraku lebih dulu. Aku memejamkan mata sambil berusaha menguatkan hatiku. Aku bahkan tidak sempat mengucapkan apapun pada Leo. Apa yang harus kulakukan tanpa mereka? Aku menuruni tempat tidurku dengan perlahan. Aku berjalan dengan lemas menuju kamar mandiku.

Srek!

Aku mengernyitkan dahi saat menginjak secarik kertas. Dengan cepat aku mengambil dan membukanya. Mataku menangkap nama yang tidak asing saat aku ingin membuangnya ke tempat sampah.

Aku baik-baik saja. Kau tak perlu mengkhawatirkanku. Jangan bertindak gegabah dengan melawan mereka. Aku berjanji akan kembali dan membawa kalian pergi dari sini. Jaga diri kalian. Bertahanlah.

Aku meremas surat itu dengan kasar sambil berusaha menahan suara tangisanku yang mulai pecah. Leo bahkan tak tahu Gheo menghilang. Tanpa sadar aku melayangkan tinjuku ke tempat tidur. Sebenarnya apa yang sedang terjadi!

***

Aku melewati hari di sekolah dengan lesu. Kurasa aku benar-benar seperti mayat hidup sekarang. Aku menyadarinya karena Claire dan teman-temannya terus tertawa ke arahku.

"Hei,zombie." Sapanya sambil tertawa sinis. Aku tahu itu panggilan yang ditujukan padaku tapi aku tidak menghiraukan perkataannya. Dia berjalan ke arahku sambil menyerumput minumannya yang sudah habis.

"Dimana para pengawalmu?" Aku masih menutup mulutku saat dia mulai membahas mereka. Karena tak ada jawaban dariku,dia pun mulai geram.

"Jawab jika aku sedang bicara!" Geramnya sambil mendorong tubuhku. Aku menarik napas kasar lalu menatap matanya tanpa ekspresi dan beranjak pergi keluar kelas.

REVENGE 1 - THE DARKNESS IN THAT PRETTY FACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang