3 - HABITS

543 36 14
                                    

"APA YANG TERJADI!" Ucap Leo panik saat membuka pintu ruang kesehatan.

"Yo bro." Sapa Gheo sambil terkekeh kecil. Aku pun tersenyum sambil mengangkat jempolku ke arah Leo. Lalu kembali membersihkan luka di ujung bibir Gheo. Tiba-tiba Leo datang dengan cepat dan mengangkap tanganku.

"Vero,apa kau baik-baik saja?" Ucap Leo dengan lembut. Aku mengangguk perlahan untuk meyakinkannya. Dengan perlahan dia meletakkan handuk kecil di tanganku dan memintaku untuk berdiri. Dia memeriksa wajah,tangan dan kakiku.

"Syukurlah kau baik-baik saja." Ucapnya sambil memelukku. Tiba-tiba Gheo menarik kemeja belakang Leo.

"Yang di sini sedang tidak baik-baik saja." Ucap Gheo. Leo menatap adik laki-lakinya itu dengan datar.

"Kau kalah telak oleh bajingan kecil itu? Memalukan." Balas Leo meremehkan. Sepertinya dia tidak tahu jika pria itu datang.

"Jika kau pikir Alexander adalah bajingan kecil. Ya,aku kalah darinya." Senyuman di wajah Leo langsung menghilang saat mendengar nama pria itu.

"Bajingan tua itu datang kemari?" Ucap Leo dengan nada tinggi. Aku pun mengangguk untuk membenarkan perkataannya. Perlahan Gheo mulai menggerakkan tubuhnya untuk duduk jadi aku segera membantunya.

"Tenang saja,aku tak akan membiarkan dia menyentuh Vero." Ucap Gheo sambil mengacak rambutku perlahan.

"Bagaimana Alex mengetahui hal ini?" Tanya Leo padaku. Aku pun menghembuskan nafas kasar dan mulai menceritakannya. Aku benar-benar muak dengan hidupku. Orang tua yang gila,guru-guru pengecut dan teman-teman bajingan. Apalagi yang lebih buruk dari ini?

***

Kami berjalan menuju kelas masing-masing saat bel berbunyi. Aku dan Gheo menghabiskan waktu bersama di ruang kesehatan hingga pulang sekolah. Mrs.Sonya tidak berani mencariku karena dia tahu apa yang terjadi pada kami tadi. Sedangkan Leo kembali ke kelasnya setelah pembicaraan kami tadi. Bukannya dia tidak ingin merawat Gheo,hanya saja dia tidak ingin meninggalkan kelasnya. Aku menghentikan langkahku ketika sampai di depan kelas. Sebenarnya aku tak ingin kembali ke ruangan ini.

"Aku berada tepat di belakangmu." Ucap Gheo seolah membaca pikiranku. Aku pun menatapnya datar tanpa membalas perkataannya. Yap,seperti dugaanku para bedebah itu telah menungguku. Mereka menatapku dengan remeh. Tapi tatapan itu berubah ketika Gheo masuk.

"Ah,Gheo!" Teriak Yasmine salah satu anjing Claire. Claire memiliki dua anjing setia yang sama brengseknya dengannya yaitu,Yasmine dan Erine. Mereka semua sama-sama penggila Gheo. Karena perhatian akan teralihkan pada Gheo untuk sementara,aku pun bergegas menghampiri mejaku. Tapi aku terkejut melihat barang-barangku yang sudah berantakan.

"Apa yang kalian lakukan,brengsek!" Geraman Gheo membuat semua orang langsung berlarian keluar kelas. Aku pun mengepalkan tanganku dengan kuat. Sial,sepertinya apa yang kulakukan tadi pagi belum cukup untuk memberinya pelajaran. Aku pun beranjak untuk mengejarnya tapi tanganku di tahan oleh Gheo.

"Jika kau mengamuk di sana maka rencana mereka berhasil." Ucap Gheo memperingatkan. Aku menghembuskan napas kasar dan kembali merapikan barang-barangku.

"Bawa ini." Aku membelalakkan mata saat Gheo mendorong tasnya ke arahku.

"What the..." Dia memotong umpatanku dengan cepat.

"Berhenti mengumpat." Ucapnya cepat sambil merapikan mejaku.

"Hei..." Panggilku berusaha menyadarkan tingkahnya. Tapi dia tidak mempedulikanku dan masih berusaha merapikan mejaku.

"Gheo..." Panggilku lagi. Dia tersenyum lalu menggendong tasku di punggungnya.

"Shuutt..." Ucapnya sambil mendorongku untuk berjalan lebih dulu. Aku tersenyum kecil menyadari tingkahnya. Harusnya aku tahu,Gheo memang semanis ini. Pantas saja semua orang mengidolakannya. Kami pun terus berjalan tanpa suara sampai ke parkiran. Dari kejauhan terlihat Leo sedang berdiri membelakangi kami.

"Hai Kak!" Seru Gheo. Aku tertawa kecil mendengarnya. Dia sangat jarang memanggil Leo dengan sebutan itu.

"Hai... Eh! Bau apa ini!" Ucap Leo sambil mengkerutkan alisnya. Aku pun tertawa melihat ekspresinya. Gheo tersenyum jahil dan mendekatkan tasku pada Leo.

"GHEO!" Geramnya pada Gheo. Tapi Gheo hanya tertawa.

"Kau tak tahu jika aku baru saja melakukan hal keren!" Ucap Gheo dengan penuh percaya diri. Aku pun menggeleng sambil membuka pintu mobil belakang.

"Apa yang dikatakan si bodoh ini?" Ucap Leo sarkas sambil mengikutiku. Aku pun tertawa lepas mendengar perkataannya.

"Kau hanya iri karena tak bisa membelanya di depan para bedebah itu,kan!" Ucap Gheo percaya diri.

"Ck,aku sudah melakukannya tadi pagi." Ucapan Leo membuat Gheo semakin kesal. Perlahan sopir kami mulai menjalankan mobil.

"Aku tak sabar bertemu ayah terbaik kita." Ucapku sarkas.

"Jika dia adalah ayah terbaik,maka aku tidak bisa membayangkan bagaimana ayah terburuk." Ucapan Gheo membuat aku dan Leo tertawa keras. Dia benar!

***

Menurutku hari ini sekolah berakhir dengan cepat. Sejak tadi aku benar-benar ingin segera pergi dari tempat sialan itu. Tapi bukan berarti aku ingin segera kembali ke rumah ini. Sekarang kami sudah berdiri tepat di depan pintu besar rumah kami. Entah kenapa perasaanku tidak enak.

Krek!

"Bersiaplah,kita semua dalam masalah." Bisik Gheo ketika ayah keluar.

"Ck! Anak-anak tidak berguna. Seharusnya kalian belajar caranya menghindari masalah! Tapi kalian malah muncul dengan berani di depanku!" Teriaknya geram. Kami bertiga hanya diam mematung melihat pria ini berubah menjadi binatang buas yang siap mencabik kami.

"KAU! Berhentilah membuat masalah dan merepotkanku!" Bentaknya pada Gheo. Gheo hanya menatapnya tajam tanpa membalas perkataannya. Lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah Leo.

"Dan kau! Bagaimana caramu mendidik adik-adikmu selama ini,sialan!" Bentaknya pada Leo sambil melayangkan tamparan keras di kepala Leo hingga membuat Leo terjatuh.

PLAK!

"HEI!" Teriak Gheo sambil berlari menghampiri Leo. Dia membantu Leo berdiri dengan perlahan. Sedangkan aku masih terdiam mematung sambil menatap pria itu dengan waspada. Tiba-tiba ibuku keluar dari rumah dengan pakaian yang rapi.

"Astaga,apa yang sedang kalian mainkan? Tidur-tiduran di depan pintu seperti pengemis saja." Ucap ibuku sarkas.

"Apa yang ibu katakan?" Balasku dengan nada sedikit tinggi.

"Tidak sopan! Bagaimana cara Alex mendidikmu? Minggir kau!"
Bentaknya sambil mendorong kepalaku. Sekarang siapa yang tidak sopan? Mereka berdua pun melangkahkan kaki meninggalkan kami. Aku tak tahu apa alasan Tuhan memberikan kami ibu tiri seperti dia. Maksudku lihat dia,dia tidak memiliki sedikit pun peran dalam hidup kami. Dia tidak pernah memasak karena ada koki di rumah. Dia juga tidak membersihkan rumah karena ada asisten rumah tangga. Aku benar-benar tidak membutuhkannya.

"Ayo ke atas,Vero." Ajakkan Gheo membuyarkan lamunanku. Aku pun mengangguk tanpa bicara. Dengan cepat aku membantu Gheo untuk memapah Leo bersama. Kami pun mulai menaiki tangga dengan perlahan.

##
TBC?
Dont Forget To Always Vomment
-Life For Dance
.COLD.

REVENGE 1 - THE DARKNESS IN THAT PRETTY FACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang