"Ergh..." Aku mengerjakan mataku perlahan sambil memegang kepalaku yang terasa pusing. Aku berusaha memfokuskan penglihatanku yang masih buram. Saat penglihatanku membaik,aku dapat melihat seorang pria duduk di sebuah sofa panjang sambil menatapku tajam.
"Max..." Panggilku dengan ragu. Aku memperhatikan pakaiannya dengan cermat. Dia hanya menggunakan kemeja putih dengan kancing atas yang terbuka. Entah jasnya telah hilang kemana. Perlahan aku mulai mendudukkan tubuhku di tempat tidur. Tapi aku tak bisa menahan keterkejutanku saat melihat pakaianku. Dengan cepat aku menarik selimut untuk menutupi tubuhku yang hanya terbalut baju putih tipis.
"APA YANG KAU LAKUKAN PADAKU!" Teriakku padanya. Dia tersenyum miring sambil mendekatiku. Aku pun memundurkan tubuhku ke dinding sambil berusaha melindungi diri. Apa yang dia lakukan!
"Menurutmu apa? Tentu saja bersenang-senang." Jawabnya sambil menyeringai tipis.
"KENAPA! KENAPA KAU MELAKUKANNYA!" Teriakku sambil memundurkan tubuhku. Sial! Sial! Sial!
"Aku? Kau bahkan terlalu agresif,baby. Lihat ini,begitu banyak dan cukup merah bukan?" Balasnya sambil menunjukkan bercak merah dari leher hingga dadanya. Dengan ragu aku menyentuh bibirku dan menengok ke kanan untuk melihat kondisiku di cermin. Aku melihat wajah seorang gadis yang sangat menyedihkan dengan bekas lipstik yang berantakan. Air mata mulai memenuhi pelupuk mataku. Bagaimana ini? Aku benar-benar telah hancur.
"Tidak... Tidak mungkin kau benar-benar melakukannya,bukan?" Balasku berusaha menenangkan diri. Tiba-tiba Max mendekatkan tubuhnya padaku.
"Kau ingin kita mengulanginya?" Bisiknya sensual. Perlahan dia mulai mencoba mendekatkan bibirnya ke leherku.
Plak!
"MENJAUH DARIKU!" Teriakku sambil menampar wajahnya. Dia menyeringai sambil memegang bibirnya. Aku benar-benar tidak dapat mengingat apa yang terjadi. Kenapa dia melakukannya padaku! Perlahan air mataku mulai keluar saat memikirkan apa yang akan terjadi di masa depan.
"Kenapa?" Gumamku sambil menunduk.
"Hah?" Balasnya tanpa rasa bersalah.
"Kenapa kau tega melakukannya? Jika kau mencintaiku seharusnya kau tidak melakukan ini." Ucapku sungguh-sungguh. Tiba-tiba dia meledakkan tawanya. Dia tertawa sangat keras sampai air matanya keluar. Aku hanya memperhatikannya dengan takut sambil menunggu penjelasanmya. Bagaimana bisa aku terjebak dengan laki-laki ini?
"Aku bertaruh dengan sobat karibku demi Buggatinya." Jawabnya santai sambil menepuk pundakku. Aku bahan taruhan? Aku mengalihkan pandanganku saat dia melanjutkan perkataannya
"Reynad akan memberinya jika aku berhasil menghancurkanmu." Deg. Ternyata dia adalah komplotan bajingan itu!
"Apa semua yang kau lakukan hanya untuk rencana ini?" Tanyaku sambil berusaha menutupi rasa kecewaku. Dia mengangguk santai untuk menjawab perkataanku.
"Apa yang salah dengan otakmu? Kau bahkan tidak mengenalku sebelumnya." Balasku sarkas. Tiba-tiba dia membalikkan tubuhnya ke arahku dengan santai.
"Apa kau yakin?" Balasnya menantang. Aku mengernyitkan dahi mendengarnya.
"Apa maksudmu?" Tanyaku bingung.
"Aku sudah mengenalmu sejak lama. Hanya saja kita tidak pernah bertemu." Aku mengernyitkan dahi mendengar perkataannya. Apa maksudnya?
"Aku juga tinggal di Los Angeles dalam waktu yang cukup lama. Tapi aku tidak bersekolah di tempat umum. Aku sekolah di tempat khusus yang memiliki asrama. Seumur hidup aku tidak pernah bisa hidup bebas karena kau. Tapi akhirnya penantianku selesai karena seseorang memberiku tugas untuk menghancurkanmu. Oleh karena itu aku pindah ke sini. Lalu takdir mempertemukanku dengan Reynad. Beruntungnya aku karena Reynad juga memiliki misi yang sama denganku. Apalagi dia sudah menyelidiki keberadaan kalian selama bertahun-tahun. Jadi dia mengumpulkan data-data soal dirimu karena dia tahu keberadaanmu. Setelah dia menemukan data-data itu,dia pun mengajakku bertaruh. Taruhannya mudah,aku hanya perlu mempermainkanmu dan aku akan mendapat Buggatinya. Walaupun dia tidak tahu,bahkan tanpa Buggatinya aku tetap akan menghancurkanmu." Aku meneguk salivaku mendengar penjelasannya. Dia membicarakan hal ini dengan santai. Seolah ini hanya sebuah pembicaraan ringan.
"Semua yang kau lihat hanyalah tipuan. Aku sama sekali tidak dikucilkan. Kita tidaklah sama. Hidupku sempurna,tidak seperti hidup sampahmu itu." Sambungnya membuatku semakin marah. Mataku mulai berair untuk menahan amarah di dalam diriku.
"Kau tahu apa yang lebih hebat dari ini? Damien Wyden adalah ayahku dan namaku Max Rebel,baby." Deg. Rasanya aku seperti baru saja di sambar petir. Lelucon macam apa ini? Dia anak dari Damien? Namanya Max Rebel? Rebel? Apa dia ada hubungan dengan Mailey? Tunggu! Mailey bajingan itu! Kukepalkan tanganku sambil berusaha menahan amarahku. Aku tak percaya mendengar semua ocehannya yang menunjukkan betapa bodohnya aku dari awal. Tiba-tiba ingatan demi ingatan mulai memasuki kepalaku. Mailey pernah berbicara tentang anaknya. Apa Max adalah anak yang dia maksud? Apa Mailey yang merencakan ini semua?
"Hah..." Ucapku tak percaya sambil tertawa sinis. Air mata mulai mengalir dari mataku. Kenapa semua orang selalu berusaha untuk menyakitiku? Saat pikiranku mulai penuh dengan beberapa hal acak yang mulai berkaitan,Max mulai berdiri dari tempat tidur. Aku berusaha menangkap tangannya dengan cepat.
DBRUK!
Aku terjatuh saat berusaha untuk mengejarnya. Kenapa? Kenapa kakiku terasa sangat sakit? Aku merasa lumpuh pada bagian kaki.
"Astaga,apa yang kau lakukan,baby? Bukankah sudah kubilang kita telah bersenang-senang sepanjang malam? Aku yakin kau takkan bisa berjalan dengan mudah untuk sementara. Aku adalah laki-laki muda yang kuat,sayang." Ucapnya dengan nada brengsek. Aku mengepalkan tinjuku sambil berteriak putus asa. Aku mulai menangis sambil melemparkan bantal dan guling dari atas tempat tidur ke arahnya. Dia benar-benar melakukannya padaku!
"Hentikan." Gumamnya sambil melindungi wajahnya dari lemparanku. Aku tidak mempedulikannya dan terus melemparinya dengan bantal. Setelah bantal dan guling berserakan di lantai,aku langsung mengambil lampu tidur yang berada di sebelahku. Dengan cepat Max menutup wajahnya saat aku melemparkan lampu itu ke arahnya.
PRANG!
Lampu itu pecah saat berbenturan dengan lantai. Max pun menatapku dengan mata merahnya. Dia langsung menghampiriku dan melemparkan tubuhku ke atas tempat tidur. Dia mengambil bantal dari lantai lalu menutup wajahku dengan benda itu. Aku berusaha memberontak tapi dia jauh lebih kuat dariku. Sesak! Napasku sesak sekali! Aku tidak akan bisa bertahan lebih lama lagi! Perlahan aku mulai kehabisan tenaga. Saat dia menyadari pergerakanku yang mulai melambat. Dia langsung membuang bantal itu ke lantai dan memberiku napas buatan dengan bibirnya. Aku memukul dadanya dengan sekuat tenaga saat dia mulai menciumku dengan kasar. Dia benar-benar gila!
"Ya ampun,hampir saja." Ucapnya sambil tersenyum miring ke arahku. Dia masih berada di atas tubuhku. Aku benar-benar takut dia melakukan hal yang lebih gila daripada ini. Perlahan dia menuruni tempat tidurku. Lalu menyambar tuxedonya yang berada di atas sofa kemudian berlalu meninggalkanku sendirian di dalam ruangan ini. Aku meremas bajuku kasar sambil menangis tanpa suara. SIALAN! BAGAIMANA BISA AKU KEHILANGAN HAL PALING BERHARGA YANG KUMILIKI! Aku tidak bisa menahannya lagi,pertahananku sudah jatuh. Dia bersekongkol dengan Mailey untuk menyakitiku. Dia juga bersekongkol dengan Reynad untuk menyakitiku. Entah berapa banyak orang yang berusaha menyakitiku. Aku sudah dipermainkan,dipermalukan bahkan dinodai. Hebat,semuanya sempurna! Semuanya benar-benar sempurna dalam mengelabuiku. Aku meremas tanganku dan melayangkan tinju ke udara dengan sisa tenagaku. Padahal aku sudah berhati-hati tapi niat jahat seseorang selalu berhasil menembus pertahananku. Aku merindukan kedua kakakku. Aku membutuhkan mereka. Aku tidak serakah. Aku hanya menginginkan satu kebahagian saja tapi Tuhan tidak memberiku.
##
TBC?
Dont Forget To Always Vomment
-Life For Dance
.COLD.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE 1 - THE DARKNESS IN THAT PRETTY FACE
Mystery / ThrillerSeorang putri bungsu dari keluarga terpandang harus menjalani kehidupan yang kejam. Dia berulang kali dipermainkan oleh kehidupan. Dijatuhkan berulang kali ke dalam lubang kehancuran. Dipisahkan dari orang berharga. Dihancurkan masa depannya. Hingga...