24 - STINKARD

256 18 0
                                    

Max Rebel POV

Well,di hari pertama sekolah,aku sama sekali tidak gugup untuk menghadapi anak-anak di sini. Karena aku sudah menghabiskan waktu 6 tahun tinggal di asrama bersama dengan berbagai macam orang. Kulangkahkan kakiku menuju gedung sekolah dengan percaya diri. Baru saja aku sampai di koridor aku sudah mendapati banyak pasang mata dengan tatapan memuja. Aku tahu,aku tampan dan tubuhku sangat ideal. Tapi ini jelas akan menjadi masalah besar. Karena aku sudah membuat rencana untuk menyambut Vero dan rencana ini tidak akan berhasil jika aku menjadi pusat perhatian.

"Hei!" Aku berbalik ketika mendengar seorang laki-laki menyapaku.

"Ya ampun,aku tidak menyangka akan bertemu denganmu lagi! Kau Max,bukan?" Aku membelalakkan mata saat mengenali wajah dari laki-laki ini.

"Reynad?" Tanyaku memastikan. Sial,bagaimana bisa aku bertemu dengannya di sini!

"Iya benar! Ternyata kau memang Max!" Ucapnya antusias. Aku tersenyum canggung untuk menanggapi perkataannya. Astaga,aku sial sekali. Rencanaku pasti akan gagal.

"Aku tidak sengaja melihatmu lewat di depan tangga jadi aku mengejarmu." Lanjutnya sambil merangkulku. Aku berusaha terlihat senang walau agak sedikit canggung. Aku berdecih kecil sambil berusaha menetralkan wajahku.

"Jadi kau sekolah di sini?" Ucapku basa-basi. Dia mengangguk membenarkan

"Yah,kau pasti tahu alasannya. Ayahku yang memindahkanku ke sini." Aku mengangguk tanda mengerti. Aku bahkan tidak peduli. Sialnya,dia membawa banyak temannya untuk mengerumuniku.

"Bagaimana dengan Claire?" Tanyaku asal.

"Dia masih berada di Los Angeles. Mungkin ayah akan memindahkannya ke sini juga saat dia lulus." Ck. Ayah,ayah,ayah saja yang di ucapkannya dari tadi! Dia juga ayahku,sialan!

"Hmm.. Aku mengerti. Oh iya ini kelasku,smpai jumpa nanti." Balasku cepat lalu memasuki kelas. Aku tidak ingin terlalu lama bicara dengannya.

***

Sialan,bedebah ini terus saja mengekor di belakangku! Jika begini terus rencanaku bisa gagal. Padahal aku ingin membuat diriku kasat mata agar aku lebih mudah mendekati Vero nanti.

"Jadi apa alasan ayahmu mengirimmu kesini?" Tanyaku seolah peduli saat dia mengatakan bahwa dia baru pindah satu tahun yang lalu.

"Ayah mengirimku ke sini untuk mempersiapkan diri memasuki akademi kepolisian." Katanya. Aku mengepalkan tinjuku di bawah meja. Damien sialan itu benar-benar hidup dengan nyaman setelah menghancurkan hidup ibu. Aku benar-benar ingin menghancurkannya hingga ke tulang. Tapi sayangnya rencana itu masih jauh dari daftar rencanaku. Sekarang aku masih punya misi khusus untuk Vero. Aku harus berhasil menghancurkan kerikil kecil itu sebelum meremukkan batu besar.

"Ah,kau juga tidak perlu khawatir tentang kehidupan sekolahmu. Karena aku akan melindungimu. Akan kupastikan tidak ada yang bisa mengganggumu bahkan guru sekalipun." Sambungnya. Aku mengalihkan pandanganku padanya dan tersenyum tipis. Sialan,dia benar-benar akan menghancurkan rencanaku sekarang. Apa yang harus kulakukan? Aku pun menyerumput colaku sambil memainkan kentang goreng di atas saus tomat. Dia terus saja menceritakan beberapa hal yang tidak penting. Rasanya kepalaku akan meledak mendengar perkataannya. Bahkan telingaku sudah mulai panas. Aku ingin sekali melemparkan sampah burger ini ke mulutnya atau sekedar meneriaki telinganya untuk berhenti. Tapi aku tidak mungkin melakukan hal bodoh itu. Aku mengalihkan pandanganku ke arah siswa lain yang berada di kantin. Mereka semua menundukkan kepalanya saat bertatapan denganku. Ck! Bahkan untuk menatapku saja mereka tidak berani. Sial,bagaimana aku bisa menjalankan rencanaku sekarang? Rencanaku bisa saja gagal hanya karena si bodoh yang terus bicara ini. Aku kembali menyeruput colaku sambil berpikir. Aku harus memutar otak dan mencari celah agar aku bisa memanfaatkan pertemanan ini menjadi keuntungan untukku.

***

Tak perlu waktu lama,aku pun mulai masuk ke dalam kelompok Reynad. Tentu saja itu bukanlah kabar baik. Karena kini semua orang takut padaku.

"Freak!" Aku kembali memasang earphoneku saat melihat Reynad mulai merundung lagi. Kulihat dia mendorong anak itu ke loker dan menampar wajahnya. Tak sampai di situ,dia bahkan menarik tas anak itu dan menghamburkan seluruh buku di dalamnya. Aku tak mengerti apa untungnya dia melakukan itu. Anak itu bahkan tidak melakukan kesalahan apapun. Aku benci dengan kenyataan bahwa dia adalah saudaraku. Maksudku siapa yang ingin bersaudara dengan si bodoh ini? Dia sangat memalukan. Dia selalu bertindak seolah dia adalah penguasa.

BRUK!

Aku langsung berdiri saat laki-laki malang itu di dorong hingga tersungkur di depanku. Aku menatap laki-laki itu sekilas. Lalu mengalihkan pandanganku ke ujung lorong saat melihat seorang guru berjalan mendekati kami.

"Bangun freak!" Teriak Reynad padanya.

"Hentikan Reynad." Ucapku datar. Reynad menatapku tak suka. Karena aku baru saja merusak kesenangannya.

"Come on,Max! Bersenang-senanglah sedikit." Balas Reynad dengan nada kesal. Aku menghembuskan napas kasar lalu membantu laki-laki ini berdiri.

"Apa yang terjadi,Max? Ya ampun Reynad." Aku tersenyum miring saat melihat Mrs.Roo mendekati kami. Dengan cepat Mrs.Roo membantuku.

"Biar aku saja." Ucapku pada Mrs.Roo. Aku pun memapah laki-laki ini menuju ruang kesehatan.

"Hati-hati Max." Ucap Mrs.Roo dari arah belakangku. Aku hanya mengangguk tanpa berbalik. Reynad masih menatapku tak percaya. Aku menghentikan langkahku saat berpapasan dengan Reynad.

"Simpan kekuatanmu itu,Bad Guy." Bisikku padanya. Aku pun kembali berjalan setelah melewatinya. Dia masih menatapku tak suka lalu mengikutiku.

"Apa maksudmu Max!" Ucapnya dengan nada kesal. Tapi aku tak menjawab dan membiarkan dia mengikuti kami hingga aku berhenti di depan ruang kesehatan.

"Wanita itu jelas-jelas tidak berani mengatakan apapun padamu,karena kau berkuasa di sini. Tapi aku bukanlah siapa-siapa. Aku harus melakukannya untuk melindungi diriku." Jelasku padanya sambil berjalan dan terus membawa laki-laki di sampingku. Si bodoh ini terus saja berpindah dengan bingung dari sebelah kiri,ke kanan,ke belakang sampai kembali ke sebelah kiriku lagi.

"Hah..." Kuhembuskan napas kasar sambil mendudukkan laki-laki yang terluka di anak tangga.

"Astaga,aku benar-benar tidak bisa membaca aktingmu." Balasnya setengah kegirangan. Aku hanya menatap sikap kekanak-kanakannya dengan malas.

"Habisi dia di sini. Tidak akan ada lagi yang datang." Ucapku lalu pergi meninggalkannya. Tiba-tiba dia menangkap bahuku hingga aku berbalik.

"Hei,aku benar-benar kesal padamu." Ucapnya dengan nada tak percaya.

"Lalu?" Balasku sambil menaikkan sebelah alisku. Dia menggelengkan kepalanya sambil menepuk bahuku.

"Ya ampun,Max. Aku tidak menduga kau sangat hebat. Aku bahkan tidak tahu kau sedang berpura-pura atau tidak." Aku memutar bola mataku mendengar pujiannya.

"I'm good at pretending." Jawabku santai. Dia tertawa lepas sambil menggeleng.

"Aku akan membutuhkannya nanti." Balasnya. Aku hanya menatapnya sepintas lalu pergi meninggalkannya. Bahkan bicara padamu saat ini juga hanya kepura-puraan.

##
TBC?
Dont Forget To Always Vomment
-Life For Dance
.COLD.

REVENGE 1 - THE DARKNESS IN THAT PRETTY FACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang