3 bulan kemudian
.
.
.Pagi ini aku berencana pergi bersama Max untuk persiapan nanti malam. Hubunganku dengan Max baik-baik saja sejauh ini. Kami telah bersama selama beberapa bulan dan aku benar-benar bahagia. Aku bisa melupakan semua masalahku ketika bersamanya. Keadaan dirumah itu benar-benar semakin aneh semenjak Jeff di tahan tiga bulan lalu. Ya,kalian benar. Akhirnya Jeff di penjara karena tuduhan palsu itu dan kesaksianku di pengadilan sama sekali tidak membantu. Mereka pikir aku mengalami Stockholm Syndrome. Dimana penderitanya akan merasa iba pada seseorang yang telah berbuat jahat padanya. Benar-benar gila,bukan? Mereka menyusun skenario kehidupanku dengan sangat baik,sama seperti Mailey dan Alex. Jadi saat ini yang bisa kuharapkan hanya Max seorang. Hanya dia alasanku terus tersenyum setiap hari. Apalagi bibi Gemma semakin sering membawa beberapa pria ke rumah. Sedangkan paman Tom terus-menerus berusaha mendekatiku secara terang-terangan. Untungnya aku selalu berhasil melindungi diriku sendiri. Aku tidak ingin meratapi nasib burukku terlalu lama. Itu sebabnya aku ingin berfokus pada Max untuk hari ini. Hari ini saja,aku ingin melepaskan kegelisahan dalam diriku. Sebenarnya aku tidak peduli dengan acara seperti ini tapi apapun akan kulakukan demi Max. Karena dia sudah memperlakukanku dengan baik selama ini. Aku merapikan pakaianku dan menggunakan sedikit parfum. Kutatap pantulan tubuhku di cermin sambil tersenyum. Setidaknya buatlah hari ini menjadi hari bahagiaku. Saat aku keluar dari kamar,aku berpapasan dengan paman Tom. Aku meneguk salivaku saat melihatnya menatapku tajam. Dia mulai berjalan mendekatiku dan melakukan hal yang selalu dia lakukan yaitu mengendusku.
"Berhentilah melakukan hal aneh padaku!" Geramku padanya. Dia mengernyitkan dahi tak suka saat mendengar perkataanku.
"Hal aneh kau bilang? Ini baru hal aneh." Ucapnya. Lalu mendorong tubuhku ke dinding. Dia mulai mengguncang-guncangkan tubuhku sambil terus mengendus.
"MENYINGKIR DARIKU!" Teriakku padanya. Aku mendorong tubuhnya dengan kuat lalu berlari ke bawah. Orang sinting itu mulai melakukan hal di luar batas.
***
"Bolehkah aku memintamu menggunakan gaun yang ini?" Pinta Max sambil memegang sebuah gaun panjang berwarna merah saat kami berada di toko baju. Kurasa gaun ini sangat menawan,tapi aku tidak yakin aku pantas menggunakannya.
"Sebenarnya itu sangat indah,hanya saja aku tidak percaya diri menggunakannya. Kupikir itu agak berlebihan." Ucapku berusaha berbicara dengan baik.
"Coba saja dulu,aku ingin melihat kau menggunakannya." Paksanya sambil tersenyum manis. Ah sial,dia sangat manis. Aku pun mengalah dan mengambil gaun itu dari tangannya. Aku segera memasuki ruang ganti dan mulai mengenakannya. Aku tertegun melihat pantulan diriku di cermin. Gaun merah yang gemerlapan itu sangat cocok untuk menghiasi tubuh kurusku.
"Hei Max,kupikir ini cukup bagus." Ucapku pada Max dari dalam ruangan.
"Benarkah? Cepat keluar,aku ingin melihatnya." Sahutnya. Aku tersenyum kecil mendengar perkataannya.
"Kau yakin? Aku sedikit malu." Balasku dari dalam kamar ganti.
"Lalu bagaimana aku menilainya jika aku tidak melihatnya? Cepatlah keluar,aku ingin melihat kekasihku yang menawan." Godanya. Sial,Max selalu saja melakukan hal itu untuk membuatku tersipu. Aku pun membuka pintu lalu berjalan keluar.
"Wow." Hanya kata-kata itu yang keluar dari mulutnya.
"Apa?" Ucapku memintanya mengatakan hal yang lebih spesifik.
"Kau terlihat sempurna." Pujinya sambil mengelus tanganku. Aku tersenyum lebar mendengar perkataannya. Tiba-tiba dia mencubit pipiku dengan lembut,sontak aku langsung menatap ke arahnya.
"Harus kukatakan berapa kali,kau sangat manis saat tersipu,Vero." Ucapnya sambil tersenyum. Aku membalas senyumannya lalu kembali ke kamar ganti untuk mengganti bajuku. Tak perlu waktu lama untuk menyelesaikan urusanku di sana. Saat aku keluar,Max langsung mengajakku untuk membayar gaunku. Aku tertegun saat mendengar nominal yang disebutkan oleh pemilik toko. Tapi Max terlihat sangat santai saat membayarnya. Setelah selesai kami segera keluar dari toko itu. Dia langsung mengajakku pergi ke salon untuk menata rambutku. Aku tak henti-hentinya terpukau dengan perhatian Max padaku. Maksudku,dia benar-benar ingin membuatku terlihat sempurna malam ini.
"Silahkan duduk,nona." Aku tersenyum kecil saat seorang wanita memintaku duduk agar dia bisa menata rambutku. Aku menatap Max yang sedang duduk di kursi tunggu. Dia tersenyum ke arahku membuatku membalas senyumannya. Wanita ini mulai memperbaiki rambutku yang sedikit kusam dan tidak terawat dengan teliti. Aku sangat suka saat dia mewarnai rambutku sedikit coklat. Wanita itu terus melakukan pekerjaannya dengan sangat baik. Tak ada sedikit pun keraguan saat dia berurusan dengan rambutku yang sulit di atur. Waktu pun berjalan cukup lama hingga akhirnya aku selesai.
"Hei Max,aku sudah selesai." Bisikku. Kasihan sekali dia terlelap karena menungguku. Dia terlihat sangat manis saat tertidur. Terimakasih Tuhan sudah mengirimkanku seorang malaikat.
"Max..." Bisikku lagi. Dia mengerjapkan matanya perlahan.
"Oh,maaf aku tertidur!" Teriaknya membuatku terkejut. Aku membalas perkataannya dengan tawa. Dia menatapku sengit karena tidak suka di tertawakan tapi itu juga lucu. Hal itu membuatku kembali tertawa. Akhirnya dia berdiri dari tempat duduknya dan berjalan lebih dulu meninggalkanku. Aku pun segera berjalan dengan cepat. Lalu menggenggam tangannya sambil tersenyum. Dia mudah kesal dengan hal-hal kecil tapi dia adalah Max. Max yang selalu baik padaku. Dia tidak akan menyakitiku,aku yakin itu. Dia melepas genggamanku dan merangkul pundakku dengan keras membuat nafasku sedikit sesak. Setelah sedikit terlepas aku menghadap ke atas ingin memarahinya tapi dia malah mencium keningku. Astaga,dia benar-benar romantis.
"Kau tahu,aku tidak menyangka kau bisa lebih cantik lagi. Ya sebenarnya aku tahu,kau memang sangat cantik. Tapi hari ini kau jauh lebih cantik dari biasanya." Pujinya sambil memainkan ujung rambutku yang ikal. Aku hanya tersenyum kecil mendengarnya.
Saat mobil jemputan datang,kami masuk ke dalam mobil dan melanjutkan perjalanan pulang. Aku harus segera mempersiapkan diri agar tampil sempurna malam ini. Aku tidak menyangka sudah 6 bulan aku berada di California dan selama itu juga aku selalu menghabiskan waktu bersama laki-laki ini. Walaupun banyak hal buruk yang terjadi disini. Tapi bersamanya,aku bisa tersenyum bahagia. Apa aku sudah benar-benar jatuh cinta padanya? Aku tidak tahu. Aku sudah mencoba agar tidak terlalu menyukainya tapi nyatanya aku malah terjatuh semakin dalam. Lagi pula apa salahnya jatuh cinta pada kekasih kita?
"Hei,kenapa kau melamun?" Tanyanya memecah lamunanku. Aku pun langsung tersenyum.
"Tidak apa-apa,aku hanya memikirkan betapa baiknya kau melakukan semua ini untukku." Jawabku sambil tersenyum.
"Aku benar-benar ingin pergi denganmu karena kau pasti akan memeriahkan pestanya." Katanya membuatku tersipu. Dia selalu membuat semua kata-katanya terdengar sangat manis. Ini membuat wajahku terasa panas.
"Aku serius,kehadiranmu pasti akan memeriahkan pestanya." Sambungnya. Lalu memegang tanganku. Dia menatap mataku dalam-dalam membuatku tidak bisa menahan rasa maluku lagi. Aku tahu kini wajahku tengah merona. Aku pun dengan cepat menunduk. Tapi dia malah mengangkat daguku memperlihatkan wajahku yang sangat merah.
"Hei,bukankah aku sudah bilang kalau kau sangat manis saat tersipu,Vero." Ucapnya sambil tersenyum. Tidak,dia terlalu dekat! Aku segera memundurkan wajahku dan menghadap ke arah yang berlawanan dari Max. Dia hanya terkekeh geli membuatku semakin malu. Jujur saja,kami belum pernah berciuman walaupun hubungan kami sudah berjalan beberapa bulan. Jadi aku masih sedikit canggung.
##
TBC?
Dont Forget To Always Vomment
-Life For Dance
.COLD.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE 1 - THE DARKNESS IN THAT PRETTY FACE
Mystery / ThrillerSeorang putri bungsu dari keluarga terpandang harus menjalani kehidupan yang kejam. Dia berulang kali dipermainkan oleh kehidupan. Dijatuhkan berulang kali ke dalam lubang kehancuran. Dipisahkan dari orang berharga. Dihancurkan masa depannya. Hingga...