[💘] angel

1.4K 154 16
                                    


"Mark dan Jin-oppa ayo masuk..." ajak Sana saat sampai di klinik sekolah. Mereka berdua mengangguk.

"Kalian duduklah dulu, aku akan mengambilkan obat merah dan plester..." ucap Sana.

Kenapa dia baik padaku?? Padahal aku sudah menyiksanya...
Ucap Mark dalam hati.

"Nih... Aku sudah dapat obat merah dan plesternya... Jin-oppa sini aku obatin..." tutur Sana. Jin pun menuruti Sana.

"Tidak ada yang berdarah... Cuma lebam, sebaiknya Jin-oppa memakai krim lebam..." ucap
Sana sambil memeriksa tubuh Jin. Setelah itu Sana memberika krim lebam pada Jin.

"Gomawo Sana... Aku mau kekelas dulu, dah!!" Jin bangkit dari ranjang, melambaikan tangannya pada Sana dan bergegas pergi.

"Mark... Sini..." ujar Sana kepada Mark yang masih menatap kepergian Jin.

"Bibirmu berdarah, tanganmu lecet, pelipismu lebam. Aku akan mengompres lukamu dulu sebelum diberi obat merah..." Sana berkata pada Mark, Mark mengangguk. Kemudian Sana pergi untuk mengambil air hangat dan baskom.

Astaga.... Kenapa dia masih baik padaku?! Dia bahkan tak mengungkit kejadian yang tadi.... Ucap Mark dalam hatinya. Sana pun datang, dia membawa baskom yang sudah diisi air hangat.

Sana mulai mengompres pelipis Mark. Mark tak mengerang kesakitan, justru dia memperhatikan setiap inci wajah Sana. Sana yang menyadari tatapan Mark langsung bertanya.

"Kenapa kau melihatku seperti itu Mark?? Apa ada yang salah dengan wajahku? Sampai sampai kau selalu bergidik jijik??" tanya Sana datar. Mark tak menjawab, kini Sana mengompres bibir Mark sambil membersihkannya dari darah.

"Aww..." Mark mengerang kesakitan, Sana langsung berhenti mengompres bibir Mark.

"Ups, mianhe Mark... Maaf sekali, aduh maaf..." ucap Sana sambil memegang bibir Mark.

"Lanjutkan... Biar cepat selesainya." tutur Mark datar. Sana pun mengangguk, dengan ragu, dia mengompres kembali bibir Mark. Mark berusaha bertahan agar tak mengerang kesakitan.

"Selesai... Tinggal tanganmu Mark..." ujar Sana sambil tersenyum hangat. Mark yang melihat senyuman Sana langsung terpaku.

Ya Tuhan.... Senyumannya bagai seorang malaikat...dan, kenapa jantungku berdetak lebih kencang?
Mark memegang dadanya dengan tangan kirinya. Sekarang Sana mengompres tangan Mark. Kadang dia mengusap pelan bagian yang lecet agar Mark tak kesakitan.

Ya ampun... Tangannya lembut sekali, kenapa aku jadi begini?!
Mark masih memegang dadanya.

"Mark... Kenapa? Apa dadamu sakit? Sini aku periksa..." Sana yang menyadari perilaku Mark langsung memegang dada Mark.

"Tidak... Sana... Aku tak papa, aku cuma... Ya aku tak papa.." ujar Mark kikuk, dia menggaruk tengkuknya.

"Ooh... Aku kira kau sesak nafas Mark... Syukurlah..." ucap Sana. Sana melanjutkan mengimpres tangan Mark.

Berhentilah berdetak kencang... Kalau Sana mendengarnya.. Dia akan terus khawatir dan bertanya.
Mark sekarang memukul pelan dadanya.

"Mark!! Kau kenapa?!" tanya Sana, dia kembali memegang dada Mark.

"Sana.. Tidak... Aku tidak papa.. Sumpah.." jawab Mark sambil melepaskan tangan Sana dari dadanya. Sana melanjutkan lagi, sesekali melihat Mark.

"Mark... Semuanya sudah selesai, tinggal di plester... Sambil memplester lukamu, bolehkah aku bercerita??" tanya Sana, dia memasang puppy eyesnya. Mark pun yang melihatnya langsung mengangguk.

"Tadi pagi... Saat aku berangkat Sekolah dengan bus, aku tertidur. Dalam mimpiku aku bertemu seorang Namja.... Wajahnya tampan dan bercahaya... Dan tahukah kau Mark? Wajah Namja itu mirip siapa?" cerita Sana sambil menutup luka luka Mark dengan plester.

"Aku tak tahu..." jawab Mark singkat.

"Wajahnya mirip dengan... Kau Mark!! Bahkan aku yakin wajahnya persis denganmu..." ucapan Sana membuat Mark malu. Mark menggaruk tengkuknya. Sana pun yang melihat Mark malu ikut malu.

"Sudah selesai... Aku pergi dulu kekelas..." Sana segera menaruh obat merah dan baskom di meja samping ranjang. Belum sempat bergegas keluar, tangan Mark menahannya. Wajah Sana berubah menjadi merah karena menyadari Mark menahan tangannya agar dia tak pergi.

"Tunggu... Aku ingin berkata sesuatu..." ucap Mark memohon, Sana pun duduk disamping Mark.

"Aku minta maaf soal yang tadi... Sumpah, sepertinya ada setan yang mengendalikanku... Aku benar benar menyesal..." ucap Mark dengan amat menyesal.

"Tak apa apa Mark. Justru aku yang minta maaf Mark... Aku telah merusak ponselmu..." Sana berkata sambil tersenyum.

"...Dan aku berterima kasih padamu karena tak menatapku jijik lagi..." sambung Sana. Mark menatap Sana.

"Itu karena ada setan yang mengendalikanku Sana... Ponselnya bisa dibeli lagi..." tutur Mark.

"Namamu Minatozaki Sana??" tanya Mark. Sana mengangguk.

"Namamu bukan nama Korea, China... Tapi namamu.." belum sempat Mark melanjutkan, Sana menyela.

"Jepang... Yaa.. Namaku dari Jepang... aku pun berasal dari Jepang..." ucap Sana. Mark hanya meng-ooh kan.

"Namamu bukan dari Amerika... Namamu dari Taiwan, ya kan? Kecuali nama panggilanmu." Sana melanjutkan. Mark hanya mengangguk. Mereka berdua terdiam, terjebak dalam situasi canggung.

"Ayo... Sudah jam 2.. Bentar lagi kita pulang..." ajak Sana pada Mark untuk mengakhiri kecanggungan.

"A..ayo..." jawab Mark dengan kikuk.

Mereka pun berjalan keluar dari klinik sekolah bersama. Mark terus memperhatikan Sana yang ada disampingnya.

Sana... Aku tak tahu perasaan apa yang memenuhi hatiku... Tapi, aku yakin... Perasaan ini bukan perasaan benci... Sana.... Kau sangat mirip malaikat... Turun dari Surga... Apa kau ditakdirkan untuk bersamaku?

Tbc.

-
-
-
-
-
-
-
  Hai readers... Ceritanya makin aja gk jebo... Maaf yaa pendek... Bentar lagi ujian nasional... Jadi waktunya gak banyak... Maaf juga yaa yang pada comment, terus comment nya gak dibales... Maaf... Jangan lupa vote n comment... Gk vote n comment gk lanjut... Moga suka...😘😘😘😘✌

precious love | marksana✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang