"Aku mau....."
"Mau apa sih Mas? Kenapa kok putus-putus bicaranya kayak di telepon?" ucap Wika yang semakin penasaran. Hatinya menjadi berdegup dengan kencang, keringat dingin terasa deras berjatuhan, 'ada apa ini?' pekiknya.
"Aku mau pergi tugas" ungkapnya bagaikan sambaran petir bagi Wika. 'Apa yang ia katakan? Kenapa seperti ini?' batin Wika terus bergejolak ingin menumpahkan semua isi hatinya.
"Maksud Mas Arya?" tanya Wika yang menahan air matanya.
"Aku harus pergi bertugas, pertiwi memanggilku" sahutnya memegang pundak Wika.
"Lalu perni..." ucapan Wika terpotong dengan semua ungkapan Arya.
"Aku sudah cancel semua rencana pernikahan kita. Aku baru akan memulainya kembali setelah aku pulang bertugas, ini bukan tugas sebentar, paling cepat aku tugas satu bulan,, itu pun bila semua berjalan mulus tanpa hambatan dan tanpa perjalanan jauh. Kamu bisa mengerti aku kan?" terang Arya menjelaskan panjang lebar apa yang telah ia rencanakan.
Wika hanya terdiam menatap Arya dengan berurai air mata. Tangisannya tak dapat ia tahan. Semakin lama semakin menjadi, hari bahagia yang tengah ia tunggu tinggal menghitung hari, namun semua itu pupus, lupur dan hilang....
"Aku ngerti seperti apa perjuangan seorang istri prajurit! Untuk mendapatkan indahnya sebuah kebersamaan haruslah melewati pahitnya perpisahan" sahut Wika sambil mengusap air matanya. Arya menautkan pandangannya dengan mata Wika dan memeluknya erat.
"Maaf, aku membuatmu menangis,, tapi aku janji! Aku akan pulang untukmu dan selamat untukmu! Aku akan baik-baik saja selama aliran do'amu tidak terputus padaku" bisik Arya.
Wika hanya mengangguk pasrah dan mencoba melukiskan senyum untuk menyemangati Arya. 'Aku gak boleh bikin dia khawatir, aku harus terlihat ceria didepannya, walau dibelakangnya aku akan merasa kesepian dan khawatir akan keselamatannya,, aku yakin Allah selalu melindungimu' pekiknya dalam hati.
"Dimana kamu bertugas nanti?" tanya Wika.
"Aku tidak bisa memberi tahumu.. Jika kamu bertanya lagi untuk apa aku ditugaskan maka jawabanku tetap sama! Seorang prajurit memiliki seribu rahasia yang tidak akan orang-orang ketahui termasuk istrinya sendiri" pungkas Arya.
"Aku tidak punya banyak waktu, 1 jam lagi aku akan berangkat, jaga dirimu baik-baik dan setialah menungguku sampai pulang! Berjanjilah padaku!" Arya mengusap pipi halus Wika dan kembali memeluknya erat hingga Wika merasa sulit bernapas.
Arya melepaskan pelukannya dan mulai berpesan pada Wika. "Aku akan ditugaskan di daerah pedalaman yang mungkin tidak akan ada signal, jadi kita tidak bisa berkomunikasi. Tetapi bila aku ada waktu luang aku akan menyempatkan untuk mengirimi mu surat, tidak perlu kamu balas karena aku tidak akan memberimu alamatku".
Perkataan itu bagai petir yang menyambar keseribu kalinya di kepalanya. Apa yang bisa Wika lakukan ketika ia merasa rindu setengah mati pada Arya yang jauh dengannya? apa mungkin ia hanya bisa berguling-guling jungkir balik dikasur sambil memeluk foto Arya? Itu sangat tidak membantu..
"Iya, kabarmu akan selalu aku tunggu! Berjanjilan untukku bahwa kau akan pulang!" sahut Wika. Arya mengangguk tersenyum melihat wajah Wika yang begitu imut. Apa bisa ia meninggalkan kekasih hatinya yang begitu menggemaskan ini?
"Iya, oh ya, aku sudah memberi tahu orang tuamu dan kakak mu, salamkan ya pada kakakmu!" pungkas Arya. Ia mulai berpamitan pada Wika dan Una yang juga berada disana. Ia melajukan mobilnya yang terparkir didepan kosan. Wika tak henti melambaikan tangannya hingga mobil hilang ditelan jarak, air matanya berjatuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Is Dangerous (Selesai)
De TodoSeorang gadis yang menemukan takdirnya bersama pria TNI "Sebenarnya aku cinta sama kamu, tapi kenapa kamu sering banget pergi tanpa pamit, kamu sering lost contact, bahkan gak ngabarin aku berminggu minggu"-Wika "Maaf, aku sering buat kamu khawatir...