Tikaman Sembilu (14)

4.3K 196 15
                                    

Sudah hampir 5 bulan Arya tugas, hanya sekali-kalinya ia memberi kabar pada Wika. Ia hanya bisa berdo'a agar diberi keselamatan pada dirinya dan rekannya.

"Malam ini, kita akan melancarkan operasi, saya akan bawa kendaraan untuk membuka jalan, kalian berjalan mengikuti mobil dari belakang, kira-kira jarak minimal 500 meter dari mobil. Semoga Tuhan bersama kita! Berdo'a menurut kepercayaan masing-masing dimulai" Arya menundukkan kepalanya dan diikuti seluruh rekannya lalu berdo'a dengan sepenuh hati.

"Berdo'a dapat diakhiri" ucap Arya, para prajurit mengangkat wajahnya dan mulai bersiap.

Arya melajukan mobil jeep terbuka bersama prajurit dua Eko. Ia kembali teringat dengan Wika dan keluarganya, karena malam inilah malam terberat baginya. Ia akan menggempur musuh negara dengan kekuatan peleton yang dipimpinnya. Setelah hampir 5 bulan ini ia dan pasukannya melakukan pengintaian dan merumuskan taktik berperang.

Sudah hampir setengah perjalanan mereka lalui dengan mulus. Waktu menunjukkan pukul 01:00, ditengah perjalanan tiba-tiba mobil yang dikendarainya ditembaki musuh, Arya segera memberi isyarat untuk berlindung.
"Ko! Loncat dari mobil!" Teriak Arya pada anak buahnya.

"Tapi komandan bagaimana?" Tanyanya panik.

"Jangan pikirkan saya! Cepat loncat!" teriak Arya.

Prada Eko segera melonpat dari mobil dan jatuh berguling-guling. Ia segera bersembunyi dibawah semak belukar.

Tembakan semakin deras menghujani mobil yang Arya kendarai. Entah sudah berapa peluru yang berhasil menembus tubuhnya. Pandangannya semakin kabur, lalu ia segera membanting stir dengan sisa tenaganya. Dan mobilnya menabrak sebuah pohon besar ditepi jurang, Arya yang tidak lagi berdaya akhirnya pingsan dengan berlumuran darah. Sebelum pingsan ia sempat melihat bayangan Wika yang merangkul tubuhnya dengan penuh kasih sayang. "Aku a..ak..akan p..pulang, Allahu Akbar" ucapan itu menjadi ucapan terakhir kali yang keluar dari mulutnya.

Tembakan itu tidak berhentinya menembaki mobil Arya yang sudah mogok. Dengan sigap para prajurit dibelakang menembaki sumber suara tembakan tersebut dan menjadi sengit. Tiba-tiba mobil yang Arya kendarai meledak hingga pohon besar yang ditabraknya hampir ikut terbakar.

"BLAAAM"

Suara yang memekakan telinga itu membuat para prajurit tersadar akan keselamatan komandannya yang berada diujung tanduk.

"Komandaaan!" Teriak Serda Prama.

Prajurit lainnya menoleh dan menahan Prama yang hendak berlari menuju mobil yang masih meledak. Suara ledakan itu menjadi berulang-ulang saat komplotan musuh melemparkan bom kearahnya.

"Komandaaan! Lepas! Saya mau selamatkan komandan!" Teriak Prama meronta. Ia menangis melihat apa yang terjadi. Ia tidak tega ketika harus mengetahui atasannya yang tak lain adalah sahabatnya harus meregang nyawa sendirian.

"Kita harus menang! Komandan akan senang bila kita menang! Tim kesehatan kalian cepat susuri hutan dengan hati-hati dan segera temukan komandan dengan Prada Eko! Sedangkan kalian ikut saya! Kita serang musuh! Jelas?" Terang Sersan Mayor Amran yang selalu dituakan oleh Danton Arya.

"JELAS!" sahut para prajurit dengan suara yang bergelora.

Tim penyerang segera memuluskan rencananya. Dengan semangat yang berapi-api mereka melenyapkan setiap musuh dan akhirnya mereka berjaya.

Setelah dipastikan bahwa seluruh anggota komplotan telah dilumpuhkan mereka membantu tim kesehatan yang tengah mencari Arya dan Prada Eko yang masih menghilang atas kejadian sebelumnya.

Matahari mulai menampakkan wujudnya. Pagi menyingsing begitu cepat, tetapi tidak satu dari diantara mereka menemukan jasad Arya dan Eko.

Seorang prajurit berteriak ketika menemukan Prada Eko yang sudah lemah tak berdaya dengan kaki yang berdarah. "Bang! Saya temukan Eko!" Teriaknya.

My Love Is Dangerous (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang