Haruskah mengalah untuk mereka

9 5 0
                                    

   Seharusnya dari awal dia mengerti. Kenapa senior dari pertukaran siswa itu care banget sama Kei, ternyata pria campuran Tionghoa-Jepang itu menyukai sahabat karibnya. Kini jelas.
   Jelas sekali.
   Awalnya dia kecewa sekali. Tapi kini dalam benaknya tersusun sebuah rencana yang mungkin akan beresiko menyakiti salah satu dari mereka bertiga.
   Termasuk dia sendiri. Wendy.
                   🌿🌿🌿
   Sejak kapan nih cowok tidur di sini! Apaan sih. Gapapa sih tidur di sisi kayak gini. Problemnya itu ya tangannya.
   Jijik gue! Ia menjerit dalam hatinya. Ia merasa tangannya basah oleh keringat yang terasa bercucuran di telapaknya.
   "Curut minggir lo! Stay a-way from me!"
   Storm yang masih setengah sadar gelagapan setengah hidup! Wii..
   "Hey!can you calm hah?"keluhnya menahan pukulan bertubi-tubi dari Kei yang wajahnya memang sudah merah karena malu+gugup.
   "Listen to me! You! What are you doing in my room? Geez"laungnya kini wajahnya seperti telor rebus.😣..kkk!
   Storm mengangkat salah satu alisnya tak mengerti. "Kau itu demam ya. Wajahmu"Storm menunjuk wajahnya sendiri dan memutar-mutar telunjuknya.
   "Apa?"
   "Your face. Red"
Kei menyentuh pipinya dan ia berhasil membulatkan mulutnya -"o"..
   -"Mwo-a-ani... Aishh!!"elaknya membuang wajahnya ke arah lain dan mendengkus tak percaya.
   Apa lagi ini. Malunyaa.
                      🌿🌿🌿
   Soraya kini tengah mengendarai mobilnya ke rumah sakit. Dia harus berbicara empat mata dengan adiknya, bagaimanapun juga ini adalah tanggung jawabnya.
   Selama orangtua mereka tidak ada.
   Sebelum dia pergi. Appa menelpon ke rumah. Ia menanyakan apa mereka baik-baik saja, bagaimana dengan pendidikan dia terutama Kei.
   Dia tidak mungkin mengatakan keadaan Kei yang sebenarnya pada Appa.
   Dia tidak akan tau apa reaksinya saat mengetahuinya.
   "Tekadku sudah bulat. Inilah yang terbaik. Sebelum keduanya saling menaruh hati."ia merasa pria itu dapat berpengaruh negatif untuknya dan Kei. Dia harus bertindak cepat.
   "Mianhae dwaeji."ia berbisik. Menatap lurus ke jalan di depannya, "i hope. You understand."ia mengendarainya lebih cepat.
                     🌿🌿🌿
   Dirga berkali-kali di tegur oleh beberapa dosennya yang selalu menanyakan dimana, ada apa, kenapa dengan Storm yang jarang sering absen belakangan ini.
   Untung saja dia cukup pintar berkelit dan dengan mudah dia meyakinkan semua orang yang menanyakan Storm.
   Dia memang sudah terbiasa mencari-cari alasan yang sangat jitu.
   Dia menghempaskan tubuhnya ke bangkunya bersama Darrel dan Ferre yang tengah melepas lelah sehabis tanding ronde akhir tim basket mereka antar sekolah.
   Ferre membaringkan badannya di lantai kelas.
   "Persetan dengan Zach itu! Jika saja tadi aku tidak menahan tubuh kamu Re. Ambruk duluan tuh lo sebelum tanding!"
   Ferre terdiam, "lagian nih. Kenapa sih tuh orang ngebody-body segala. Dasar ga sportif"
   lanjut Darrel kini melempar tatapan sok pahlawan ke arah mereka berdua.
   "Ini. Ini bukan salah satu kesalahannya aja bro! Gue rasa dia masih dendam sama kita."tanggap Darrel.
   "I mean. Maybe he not can received one a personil hurt. Right?"jelasnya saat kedua temannya itu tak mengerti arah maksud Darrel.
   Re dan Dirga kini mengerti. Keduanya saling mendengus sinis.

   Author pov: gapepe ye ni cerita gue tambah konfliknya. Hehe plis pommen en kommen gais ocee👌^^
   Soraya:
   "eh tengil inget awas aja kalo ada manusia songong lagee.. Dh ya cukup si badai sma siapa itu? Iga penyet (Kei:"sorry gais ni anak stless.. Dirga kakkk!").
   Soraya:
   "Cicing atuhh.. Dasar babi!"

Vommenttnya dank u!
                  

Only cause we a sister,...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang