Part - 17

1.6K 182 26
                                    

Unknown
Mati saja. Gadis gila.

Aku hampir saja melempar ponselku ke udara, kalau saja tidak ingat benda itu baru dan harganya mahal.

Seumur-umur baru sekali ini mendapat pesan bernada ancaman. Selama ini aku tidak punya musuh. Aku juga bukan siswa populer yang suka membuat masalah disekolah. Apa ini semacam—teror?

Aku pernah mendengarnya dari Nayeon, ketika kakak kelas —Hwang He Soo— sering mendapat pesan bullying sesaat setelah ketahuan sering keluar masuk kelab malam, sebelum akhirnya dia memutuskan untuk mengakhiri hidup.

Hidupku tidak akan berakhir seperti itu, kan.

Tepat setelah kecemasan yang ku alami, terdengar suara gaduh dilantai bawah.

"Yerin!! Tolong Yerin!!"

Chanyeol berteriak seperti orang kerasukan.

Segera aku berderap turun. Takut tejadi sesuatu dengannya.

Beberapa hari ini dia sering mengeluhkan rasa sakit dipunggungnya.

"Ada apa?" Tanyaku kesal. Seharian ini dia terus memintaku melakukan ini itu.

Chanyeol menyerigai. Seolah menikmati raut kesalku. "Ambilkan minum, aku haus."

Dengan segala rasa malas yang menghinggapi, aku segera pergi ke dapur dan mengambil apa yang dia minta.

"Perbanmu sudah diambil dua hari yang lalu. Seharusnya kau bisa melakukan semuanya sendiri." Kataku sambil menyodorkan segelas air ke hadapannya. Dia tidak bisa terus-terusan merengek padaku. Bagaimanapun tugasku bukan hanya mengurusnya seorang. Aku punya hidupku sendiri dan segala masalah yang akhir-akhir ini membuatku kepalang pusing.

Chanyeol bangkit lalu merubah posisi duduknya dengan benar. "Aku masih sakit." Ucapnya benar-benar membuatku naik pitam.

Biar begitu aku tetap senang melihatnya menghabiskan segelas air. Ralat—bukan benar-benar menikmati.

"Kalau sudah tidak ada lagi yang kau butuhkan, aku pergi. Jangan coba-coba memanggilku lagi." peringatku sebelum pergi.

Dua minggu lebih aku dibuat gila olehnya yang selalu merengek seperti bayi besar. Membangunkanku tengah malam hanya karena kecoa dibawah tempat tidur. Oh jangan lupakan saat dia memintaku pergi kerumah tetangga hanya karena anjing yang menggonggong sepanjang hari. Aku heran dengan pemuda satu ini, kenapa dia hobi sekali menyiksaku.

Kalau begini terus, rasa-rasanya aku bisa mati muda.

"Tetap disini." Perintahnya tepat setelah langkahku berjarak dua meter darinya.

"Shireo." (Tidak mau).

Pekerjaanku masih banyak.

"Jangan khawatir nanti ku bantu mengerjakan PR mu." Ucapnya tiba-tiba.

Aku senang, tentu saja. Namun sedetik kemudian rasa senang itu hilang terganti dengan rasa takut akan bagaimana kerasnya dia mengajariku. Bisa-bisa aku bodoh sungguhan karena sering dipukul.

Segera ku palingkan wajah. "Tidak usah. Aku bisa mengerjakannya sendiri."

"Tidak ada hukuman. Aku janji." Katanya merendah dan terkesan tulus.

Haruskah aku percaya padanya atau tidak.

"Sekarang kemari." Chanyeol menepuk sisi kosong sebelahnya.

Dengan berat hati, akhirnya aku menurut. Duduk disebelahnya tanpa membuang rasa curiga akan kebohongannya. Sudah ku bilang, dia itu sulit dipercaya.

Suspicious StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang