Part - 23

1.6K 188 29
                                    

Selepas pulang sekolah aku sengaja pergi ke tempat Data Return (tempat pengembalian data) untuk mem-backup semua data yang ku perlukan dari ponselku yang sudah hancur. Keinginanku bukan tanpa alasan, jika ingin menangkap orang keji itu bukankah aku harus mengumpulkan semua bukti terlebih dahulu..

Namun aku harus cukup bersabar karena data itu baru bisa ku miliki setelah menunggu kurang lebih satu minggu. Mereka akan mengirimnya ke email ku.

Selepas pergi ke tempat itu, aku membawa diriku pergi ke kawasan Dongdaemun untuk makan es krim bersama Kyungsoo juga Nayeon. Mereka sudah menungguku disana.

Kakiku terburu-buru menghampiri meja nomor tiga dari etalase depan pintu.

"Mana es krimnya. Kenapa belum pesan?" Tanyaku lalu menjejalkan bokong dikursi kosong sebelah Kyungsoo.

Dia menatap antusias ke arahku. Seperti biasa tatapan matanya selalu teduh dan menenangkan. Hal itu selalu membuatku merasa bersyukur karena tuhan telah mengirim seorang sahabat seperti dirinya.

"Kalau kami pesan duluan, kau mau es krimnya meleleh seperti cintaku." Sela Nayeon. Entah kenapa gadis itu berubah kesal setelah aku datang.

"Ehey, santai girl."

"Aku tidak bisa santai sebelum kau membuatku dekat dengan Bo Gum oppa." Jawabnya ketus.

Oh ya ampun, dia mulai lagi. Obsesinya terhadap Bo Gum oppa masih saja membuat gadis itu lupa diri. Padahal aku sudah memperingatkan kalau pria yang ia gilai itu suka mempermainkan wanita. Biarpun Bo Gum sepupuku sendiri, tetap aku tidak suka dengan sifat playboy-nya yang terkadang ingin ku lenyapkan. Tetapi ini salahku juga sih, yang memberikan username akun instagram milik Park Bo Gum pada Nayeon. Dan hasilnya aku yang repot sendiri.

"Kau mau dekat dengannya? Mimpi dulu sana."

Nayeon mendengus masam. "Gadis kejam."

Ku berikan seulas senyum jahat padanya. "Terima kasih."

"Aku sudah mengingatkanmu, pria semacam itu tidak suka komitmen. Karena kau sahabatku makanya aku tidak ingin kau terluka."

Sebentar kemudian Kyungsoo memberiku isyarat untuk mengabaikan Nayeon. Namun perdebatan ini terlalu sayang untuk dilewatkan.

Lantas dengan sengaja ia menyela pembicaraan serius diantara kami. "Pria saja yang kalian bahas. Tidak sadar apa ada pria juga disini." Sahutnya tak terima.

"Kau bukan pria." Jawabku dan Nayeon bersamaan.

"Hey girls, i'am gentleman." Katanya meyakinkan. Tangannya melipat kedada dan berlagak sok keren.

Melihat tingkahnya yang lucu, aku terbahak bersama Nayeon.

"Kiyowo." (Lucunya).

Lagi-lagi jawaban yang meluncur dariku dan Nayeon membuat Kyungsoo kesal. Wajah cemberutnya yang membuatnya terlihat semakin menggemaskan. Aku ingin mencubit pipinya kalau saja tak banyak orang.

Tawa kami berhenti setelah salah seorang pelayan datang membawa buku menu.

###

Aku mencomot raspberi Kyungsoo yang tergeletak disisi gelas es krim miliknya. Dia tidak suka buah yang terlalu manis, itu memberi keuntungan tersendiri buatku.

Nayeon sudah pergi sejak tiga puluh menit lalu. Kursus menjahit— yang katanya menyebalkan itu, sudah menunggu untuknya. Karena tentu saja ia tidak akan pernah menginjakan kakinya kesana tanpa paksaan dari Ibunya. Bibi Lim memang seperti diktator untuk beberapa alasan. Mungkin lebih tepatnya untuk kebaikan Nayeon sendiri.

Suspicious StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang