Day - 6

1K 113 31
                                    

Seberapa banyak kau terluka, maka sebanyak itu pula kau berusaha menutupnya. Berusaha menyembuhkannya meski cukup mustahil dan membutuhkan waktu yang lama. Rasa sakit itu akan tetap ada. Karena sebanyak apapun kau mencoba melupakannya maka sama saja dengan dirimu mengingatnya lebih banyak lagi. Jadi yang bisa dilakukan hanya menjalani hidup yang terasa semakin mencekik dirimu. Hal itu yang sedang ku lakukan—diam-diam tanpa sepengetahuannya.

"Selamat pagi."

Akhir-akhir ini Chanyeol selalu menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat pagi untukku. Memberiku sebuah kecupan manis serta pelukan yang menghangatkan. Sisi romatisnya benar-benar membuatku meleleh seperti es krim diterik matahari. Laki-laki dingin yang tiba-tiba berubah manis dalam sekejap. Aku suka priaku yang sekarang.

"Aku ingin bangun dan membantu bibi Min didapur, tapi setelah melihatmu aku jadi malas melakukannya." Aku mengungkapkan ketertarikanku untuk selalu berada disisinya. Menikmati berbagi rasa selimut yang sama dan menikmati kehangatan yang melingkupi kami berdua. Aku tidak ingin bangun. Sungguh.

Chanyeol menunjukkan segaris senyum yang nyaris membuatku terkapar. Lesung pipinya adalah godaan terbesar dalam hidupku. "Memangnya siapa yang mengijinkanmu meninggalkan tempat tidur. Tidurlah selama yang kau mau. Peluk aku selama itu bisa menghangatkanmu. Tataplah aku selama yang kau bisa. Karena kita tidak bisa la—"

Aku membungkam bibir Chanyeol dengan kecupan singkat. Cukup sudah, aku tidak ingin mendengarkan kisah kelam tentang perpisahan kami. Itu menyakitkan.

"Aku mencintaimu." Tutup Chanyeol setelah tahu apa yang ku maksudkan. Mempersempit jarak diantara kami dan mendekapku bagaikan tak ada hari esok. Menikmati irama dan detak jantung yang saling bersahutan.

"Aku juga mencintaimu." Membalas pernyataannya yang membuatku sedih sekaligus bahagia dalam waktu yang bersamaan.

Bagiku, kalimat tidak akan cukup untuk menjelaskan, kata tidak memiliki makna yang sanggup menggambarkan perasaanku. Karena semua itu dimulai saat aku jatuh cinta padanya. Akan tetapi, apa yang bisa ku lakukan sekarang? Tidak ada.

Jemari Chanyeol menyentuh wajahku dengan lembut. "Tidurlah lagi." Dan menuruti sarannya yang terlampau menjanjikan.

###

Bagiku pergi memancing adalah kegiatan yang paling membosankan dan amat sangat menguras waktu. Tapi sore ini Chanyeol membawaku pergi memancing didanau dan berhasil merubah pandanganku tentang hal itu. Semua waktu yang terlewat begitu mengesankan jika bersamanya.

Chanyeol masih sibuk menarik-narik kailnya ke atas dan ke bawah berharap akan ada ikan malang yang akan menyambar umpan cacingnya. Tapi bukan itu yang menjadi objek pandanganku, melainkan wajah menawan yang tak berbeda jauh dengan bocah umur lima tahun. Disaat serius seperti ini, dia justru terlihat menggemaskan.

"Jangan menatapku seperti itu. Aku tahu aku tampan." Dan mengerling padaku untuk memberikan godaan. Selalu seperti itu.

"Tsk. Tampan? Yang benar saja. Kau itu tidak tampan, tapi sangat tampan." Astaga aku patut menampar mulutku yang terlampau genit. Terlalu sulit menyembunyikan ketertarikanku yang berlebih padanya.

Aku memang sudah gila karena Chanyeol.

"Tuh kan. Kau saja mengakuinya." Tukas Chanyeol percaya diri.

Dia menyelipkan pancingnya pada sela batu lalu bergeser mendekatiku yang sengaja agak menjauh darinya. Berada didekat Chanyeol itu sama seperti tersengat listrik. Aku tidak mau ambil resiko.

"Astaga, aku jadi gemas sekali padamu. Kalau saja kita sedang dirumah, langsung ku terkam kau." Chanyeol menyengir lucu dengan tangan yang dibuat seolah akan mencakarku. Alih-alih melihat wajahnya yang menggemaskan, justru aku bertanya-tanya dalam hati, apa semua pikiran laki-laki itu selalu mesum begitu.

Suspicious StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang