Day - 1

742 85 21
                                    

"Sudah tidak ada lagi yang tertinggal?"

Sekali lagi ku pandangi setiap sudut ruangan yang nyaris kosong dan bersih, berusaha memasukkan semua ingatan kedalam kepalaku. Takut suatu hari aku akan benar-benar merindukan tempat ini, serta suasana didalamnya.

"Kajja."

Setelah itu ku tarik koperku dan menggenggam tangan hangat Chanyeol yang dia berikan padaku.

Selama ini aku selalu berpikir telah mempersiapkan diriku dengan baik. Akan tetapi hari ini aku benar-benar telah hancur. Bayangan tentang bagaimana hidupku selanjutnya tanpa Chanyeol menjadi mimpi mengerikan yang nyaris membunuhku.

Kami berjalan beriringan dalam kesunyian. Hingga sampai didepan lobi kami melepas genggaman dan saling menatap satu sama lain.

Sejujurnya aku tidak bisa menatap mata Chanyeol, aku tidak sekuat itu untuk tidak menitihkan air mata. Semua ini terlalu menyakitkan.

Kucoba untuk melangkah mendekat lalu membenarkan kerah mantelnya. Serta menatap ke pundaknya yang sebentar lagi akan ku rindukan. Mungkin suatu saat nanti bukan aku lagi yang akan bersandar disana.

Kutarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan sebelum mulai membuka suara.

"Ada yang ingin ku sampaikan, jadi dengarkan aku. Untuk hari kemarin kau adalah suamiku, temanku, hidupku, dan juga pintuku untuk menuju ke dunia nyata. Setiap detik bersamamu adalah keajaiban bagiku. Kau akan menjadi lebih baik, bahkan jika itu tanpa diriku. Jadi mulai sekarang, ku harap kau bahagia. Seterusnya."

Chanyeol tidak mengatakan apapun. Akan tetapi dia membuka tas ransel dan mengeluarkan syal merah, lalu menautkannya pada leherku.

Dia tahu kalau salju diluar sana akan membekukan siapa saja yang tidak mengenakan pakaian dengan benar. Sisi perhatiannya ini semakin membuatku tak ingin pergi jauh darinya.

Selesainya memakaikan syal. Chanyeol menatap sendu ke arahku. Meniup telapak tangan dan menempelkannya ke pipiku, lalu berujar.

"Kau membuatku menyadari kalau aku adalah seseorang yang berharga. Dan untuk pertama kalinya aku merasa diinginkan saat berada disisimu. Kau adalah cintaku, teman hidupku. Memperlakukanku seperti hartamu, dan kau membuatku merasa istimewa. Aku tidak akan pernah melupakan semua yang telah kau lakukan untukku. Dan selamanya perasaanku akan tetap sama."

Dan setelah itu aku mulai merasa telah kehilangan Chanyeol. Dia bukan milikku lagi.

Jikalaupun bisa, aku sudah pasti akan memeluknya dan memintanya untuk tetap bersamaku. Tetapi itu tidak mungkin.

"Kuharap kau bahagia dengan hidupmu setelah ini."

"Tentu saja. Kau juga."

"Jaga dirimu."

"Selamat tinggal."

Kupikir saat-saat yang paling mendebarkan dalam hidupku adalah saat tertawa bersama Chanyeol.

Daripada merasakan sakit serta putus asa, hal yang paling tidak dapat kutahan lagi adalah kenyataan bahwa aku bahagia selama bersamanya.

Sekarang, saat-saat yang mendebarkan itu, aku tahu kalau semuanya tidak akan sebanding dengan apa yang telah menghancurkanku.

Aku bodoh, Aku melupakan itu.

Mengatakan bagaimana yang kurasakan dengan seseorang yang telah menyelamatkan dan melindungiku.

Kurasa aku akan gila karena terlalu mencintainya.

Katakan padaku, Park Chanyeol. Apa aku benar-benar jadi sebodoh ini?

.

.

Dan pada akhirnya kami saling mengucapkan selamat tinggal sambil menyembunyikan kebenaran.

.

.

.

END

Suspicious StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang