Part - 10

1.8K 196 19
                                    

Pagi ini aku sibuk mondar-mandir didepan loker. Melakukan sesuatu yang sebetulnya kurang penting.

Aku sudah mengecek didalam loker, mungkin sudah lebih dari puluhan kali. Aku juga sudah bolak-balik dari ujung koridor hingga kembali lagi ke deretan loker. Akan tetapi barang yang ku cari tetap tidak ada.

Aku yakin sekali kemarin sebelum meninggalkan sekolah, aku meletakkan jepitan rambutku —pemberian Chanyeol— didalam loker.

Sebenarnya kehilangan jepitan rambut dengan aksen pita kecil itu juga bukan masalah serius juga, sih. Namun tetap saja sayang kalau hilang. Harganya cukup mahal.

Tunggu sebentar,

"Youngmin-ah." Pemuda itu sedang berusaha memasang sesuatu dikepala.

Anak baru—yang mendadak dikenal banyak orang karena pengaruh orangtuanya disekolah—itu tampak terkejut melihat keberadaanku yang hanya berjarak empat loker darinya. Kami bukan teman akrab tetapi juga bukan masalah serius jika kami saling bertegur sapa. Itu bisa menambah nilai kesopanan dalam diri kita.

"Ah, —Yerin. Kau rupanya."

Aku tahu pemuda itu sedang memaksa senyum. Terlihat canggung dari caranya menyentuh tengkuk ragu. Memangnya apa yang sedang dia lakukan sampai mendadak linglung begitu. Dia tidak sedang berusaha menyembunyikan soal ujian, bukan. Ah, apa yang kupikirkan sih.

"Aku hanya sedang mengecek sesuatu." Aku bisa melihat sorot matanya yang gugup.

Ku coba untuk mendekat. Rasa penasaranku mulai meninggi. "Kau berangkat pagi sekali?"

"Eh, itu—aku. Aku belum mengerjakan PR. Untuk itu aku berangkat lebih awal. Ya, begitu." Dia justru dua kali lebih mencurigakan dengan senyum aneh seperti itu.

Ku intip sedikit ke dalam loker miliknya. Ada yang aneh,

"Youngmin-ah, kau juga gemar mengoleksi jepitan rambut—"

"Tunggu—bukankah itu milikku?"

Anak laki-laki itu bersikap sama kagetnya denganku. Dia mengambil jepitannya dengan gugup. "Aku tidak sengaja menemukannya dilantai." kemudian memberikannya padaku.

Aneh, apa aku telah menjatuhkannya. Tidak. Tidak. Seingatku barang itu sudahk umasukkan kedalam loker.

Seketika wajahnya melesu. Rautnya terlihat tidak rela. "Ini milikmu?"

"Gomawo Youngmin-ah."

"Gwencana. Na galgae." Dia mengusap belakang kepala beberapa kali lalu melangkah pergi setengah berlari.

Youngmin menjadi sosok aneh sejak pindah kemari. Dia terlihat bukan dirinya. Aku merasa ada orang lain yang hidup dibalik sikap yang dia tunjukkan pada orang-orang. Namun aku tidak ingin banyak berspekulasi, mungkin itu hanya perasaanku saja. Aku tidak bisa terus-terusan mencurigai seseorang tanpa sebuah bukti. Hal itu sama saja dengan mengahcurkan diri sendiri. Setidaknya kumpulkan semua bukti sebelum membuat spekulasi. Sebuah asumsi yang tidak berdasar bisa saja menghancurkan hidup seseorang. Keren sekali, seharusnya sejak dulu saja menonton film bergenre thriller.

Bersama dengan punggung Youngmin yang hilang ditelan pintu kelas, datang sosok yang sama sekali tak ingin ku jumpai pagi ini.

Berurusan dengannya sama dengan cari mati. Oh tidak, aku masih ingin hidup dalam waktu yang lama.

Aku berjalan lurus tanpa ingin menyapa Chanyeol yang sedang bersama dengan seseorang yang ku ketahui dari kelas senior—Han Yujin.

Gadis itu mengekor tanpa tahu malu, meski Chanyeol terlihat risih bersamanya. Aku hampir selalu melihatnya bersama Chanyeol setiap waktu. Mungkin dia menyukai Chanyeol. Penggemar atau semacamnya. Terserah, aku tidak peduli.

Suspicious StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang