Part - 32

1.4K 154 37
                                    

Pagi ini aku terbangun karena mimpi yang mengerikan. Ketakutan mencekikku lagi seperti semalam. Napasku masih terengah-engah tapi segera berbalik begitu sadar bahwa aku memunggungi Chanyeol. Tiba-tiba aku ingin menemuinya.

Dia tidak ada. Chanyeol tidak ada disisiku.

Permukaan kasur yang dingin cukup membuktikan bahwa dia tidak tidur disampingku semalam penuh.

Ada perasaan ingin melihatnya tak terkendali. Aku ingin melihatnya pagi ini, sebentar saja.

Dengan kesadaran yang sepenuhnya belum terkumpul, aku berjalan tertatih kesamping kamarku dan membuka pintu kamar Chanyeol hati-hati. Dia pasti tidur dikamarnya.

Tidak ada,

Tempat tidurnya masih rapi. Rasanya ingin menangis begitu melihatnya tidak ada dimanapun. Kenapa aku menjadi begitu sensitif pagi ini.

Aku merasa seperti Chanyeol akan pergi dariku. Tanpa sadar aku terisak hingga mata sehabis tidurku rasanya berat sekali untuk dibuka. Kenapa sepagi ini aku merindukan Chanyeol begitu banyak.

Dalam hatiku sudah merapalkan banyak doa, agar jangan sampai bayangan Chanyeol meninggalkanku menjadi kenyataan. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya aku tanpa dia. Aku membutuhkannya, lebih dari apapun.

Sesaat aku dibuat terkejut banyak begitu ada lengan yang memeluk perutku dari belakang.

"Wae ureo?" suara Chanyeol bergetar dileherku. (Kenapa menangis).

Aku segera menyeka air mataku dan berbalik, memeluknya erat. Aku tindak sanggup kehilangan Chanyeol, sungguh.

"Jangan tinggalkan aku." Kataku parau. Aku tidak mau kehilangan pelukan hangatnya, aku tidak mau kehilangan ciuman manisnya, aku tidak mau kehilangan perhatiannya, aku tidak mau kehilangan semua hal dalam diri Chanyeol. Aku tidak tahu sejak kapan ada begitu banyak cintaku untuknya sampai-sampai aku tidak rela berada sejengkal pun darinya.

Chanyeol menjauhkan jarak diantara kami, memberikan reaksi terkejut amat sangat. Alisnya terangkat begitu tinggi. "Hey, siapa yang akan meninggalkanmu." Dan menatapku tidak setuju.

"Semalam aku tidak menemanimu tidur, itu karena aku ketiduran disofa. Maafkan aku, hemm." Matanya tidak membuktikan bahwa dia menghabiskan waktu tidur yang cukup. Kantung matanya jelas sekali.

Chanyeol berbohong?

Ketimbang hanya melihat sisi manisnya pagi ini, aku lebih tertarik untuk melihat sesuatu yang mau coba disembunyikan oleh Chanyeol dariku. Aku merasa sedang dibohongi. Atau hanya perasaanku saja?

Aku memilih tidak menjawabnya dan memeluknya lagi, lebih lama.

###

Setelah kupikir-pikir aku jadi malu sendiri. Hampir setengah pagi hanya ku habiskan untuk menempel pada Chanyeol seperti koala memeluk pohon.

Masih pukul 9.

Aku mendesah panjang lalu kembali ke kamar untuk mengambil tasku. Pagi ini Chanyeol akan mengantarku untuk melakukan proses daftar ulang di universitas Hanguk. Bukanya aku tidak suka kuliah disana, universitas itu bagus dan juga banyak alumni yang menjadi orang hebat. Hanya saja aku berpikir tidak ingin jauh-jauh darinya.

Mungkin setelah kami sama-sama sibuk kuliah, akan lebih sedikit waktu untuk bertemu. Aku takut sendirian, aku takut tanpa Chanyeol disisiku.

"Kita bisa pergi besok saja kalau kau masih kurang sehat." Chanyeol datang padaku, mengambil alih tasku dan menyampirkannya dilengan. Lalu mengambilkan ponselku yang tergeletak ditempat tidur.

Suspicious StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang