Part - 29

1.3K 164 25
                                    

Ku pikir setelah kepergian Kyungsoo hidupku akan terasa hampa. Ternyata aku salah besar, justru ada seseorang yang mampu mengisi kekosongan itu sekarang. Dia adalah seseorang yang ku benci selama ini, dia yang ku benci yang justru selalu mengambil hal pertama dalam hidupku. Aku bahagia melihatnya selalu berada disisiku.

"Aku menyuruhmu tidur, bukan melamun."

Chanyeol menghampiriku setelah menyalakan lilin aroma terapi didekat meja belajar. Malam ini aku akan tidur dikamarnya, tentu berkat ibu dan adikku yang merebut paksa kamarku.

Dia membetulkan selimutku, mengambil satu bantal, lalu beranjak lagi menuju sofa yang tak jauh dari tempat tidur. Berbaring disana dan menutup mata.

Tadi aku yang bilang ingin pergi tidur lebih dulu tapi setelah melihat Chanyeol terlelap malah aku yang tidak bisa tidur.

Aku hanya tidak rela menyia-nyiakan keindahan yang terpampang nyata didepanku saat ini. Oh, kenapa akhir-akhir ini aku sering menjadi gadis labil.

Akan tetapi, sejauh ini kekagumanku jatuh pada wajah damai Chanyeol yang terlelap. Dia terlihat seperti anak anjing versi besar. Orang yang punya badannya sebesar itu kenapa wajahnya imut sekali, sih.

Aku mendesah panjang, mencoba menghentikan pikiran bodohku. Lalu ponselku yang tergeletak dinakas tiba-tiba menyala-nyala.

Unknown.
Good night dear.
Sudah berapa banyak bau keringat lelakiku yang kau curi. Tapi tidak apa-apa sebentar lagi aku akan mencium bau darahmu sebagai gantinya.

Seluruh tubuhku nyaris bergetar.

Aku takut. Juga panik. Aku segera melompat dari tempat tidur. Membangunkan Chanyeol.

"C-Chanyeol-ah." Aku tidak bisa melafalkan namanya dengan benar.

Chanyeol mengerjap mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina, lalu keningnya berkerut banyak. "Yerin-ah, wae?"

Bibirku bergebar hebat. "Ke- ke- keuge..." Aku tergagap. Tidak bisa mengatakan apapun.

Lalu pandangan Chanyeol beralih pada ponsel yang masih menyala dalam genggamanku. Dia mengambilnya.

Tak lebih dari lima detik, dia menarikku untuk duduk disisinya. Menyelipkan tangannya dipinggangku dan memelukku erat sekali.

"Tidak apa-apa. Ada aku yang akan melindungimu." Tepat setelah bibirnya berbisik ditelingaku, aku malah menangis tersedu-sedu. Aku tak mampu lagi menahan ketakutan mendalam. Aku takut sampai-sampai merasa putus asa. Aku selalu seperti ini saat kerap kali ancaman itu datang padaku.

"Nan musowo." (Aku takut) bisikku bergetar.

Chanyeol membawa tangannya mengusap punggungku. "Bukankah aku sudah berjanji akan menemukan psikopat itu untukmu, hemm. Sekarang tenanglah."

Tidak bisa. Aku tidak bisa tenang. Bagaimana kalau ancaman itu benar. "Dia akan membunuhku, kan?"

Hembusan napas Chanyeol terasa berat dileherku. "Tidak ada yang berhak menyentuhmu, apalagi menyakitimu. Siapapun itu aku akan menghancurkannya."

###

Aku tidak bisa tidur sendirian. Meski Chanyeol jelas-jelas didepanku, tetap saja aku merasa takut. Untuk itu aku memintanya menemaniku. Hanya untuk malam ini.

"Benar tidak masalah, kalau aku tidur disampingmu." Tanya Chanyeol ragu. Dia begitu menghormati batasan kami. Tapi aku memintanya menemaniku hanya untuk tidur. Bukan untuk melakukan hal yang lain, dalam tanda kutip.

Aku tidak mengatakan apapun, dan menarik tangannya untuk segera berbaring disampingku.

Aku tidak pura-pura. Aku takut sungguhan.

Suspicious StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang