Epilogue

1.2K 93 22
                                    

Menghilangnya aku selama tiga bulan di New York, bukan berarti aku telah melupakan Seoul. Masih begitu banyak kenangan yang tertinggal hingga ke sulit bagiku untuk melupakannya. Terutama jika hal itu menyangkut Park Chanyeol. Aku sama sekali tidak memiliki keinginan untuk menghapusnya dalam memoriku.

Setelah melewati penerbangan yang cukup melelahkan. Hari ini tanpa seorangpun tahu, aku mencoba meyakinkan diriku untuk melihat keadaan Seoul lagi.

Tentu semua masih sama, hanya saja aku yang mulai berbeda.

Tiga bulan yang lalu aku pergi seorang diri seperti pengecut yang takut melihat kenyataan. Akan tetapi aku kembali dengan diriku yang lama, namun bersama orang baru yang telah mengisi sebagian diriku. Semua ini tak akan terlepas dari peran Park Chanyeol.

Mungkin saja dia akan bahagia setelah mendengar kalau sebentar lagi akan menjadi seorang ayah. Tapi hal itu akan tampak kontras dengan kenyataan bahwa kami bukan siapa-siapa lagi sekarang, hingga seterusnya.

Dunia ini memang kejam.

Aku dinyatakan hamil, tepat tiga hari setelah perpisahan kami. Cukup miris, bukan.

Aku tidak akan menyalahkan siapapun, tentu saja. Bahkan bayi dalam perutku masih terlalu suci untuk melakukan sebuah dosa. Hanya saja, aku merasa dunia mulai tidak adil.

Aku sudah memikirkan banyak hal selama di New York dan keputusan untuk mendatangi Korea kembali bukan hanya keinginan gegabah yang hanya berimbas pada emosi sesaat.

Aku menginginkannya, bayiku yang menginginkan kami untuk singgah sebentar dikampung halaman.

Sudah menjadi alasan yang cukup kuat bukan, mengapa aku sampai tersesat di Seoul lagi.

Setelah menyetop taksi hingga sampai dikawasan apartemen, aku merasakan diriku yang kelihatan cukup lelah. Aku tahu, akhir-akhir ini aku memang kerap merasa lelah serta memiliki tekanan emosi yang kurang stabil. Ku dengar-dengar, ibu hamil dalam masa sickness memang begitu.

Sedikit mengabaikan rasa lelah, aku segera melangkah masuk ke dalam. Aku rindu tempat tinggalku. Oleh sebab itu, aku sengaja datang kemari untuk melihatnya. Meski kemungkinan besar unit itu telah dihuni orang lain, aku tidak peduli. Aku hanya ingin melihatnya. Sebentar saja.

Nyaris terlihat seperti orang tolol, ku habiskan lima menit hanya untuk berdiri didepan pintu tanpa melakukan apapun. Aku tahu semua yang kupikirkan hanya hal konyol yang tak mungkin terjadi.

Aku merasa Chanyeol masih berada didalam sana dan menungguku. Sungguh pemikiran konyol, bukan.

Meski begitu tetap kucoba untuk menekan enam digit passcode lama pada sisi handle pintu. Ku gigit bibirku tanpa sadar.

Perasaanku mendadak cemas.

Kurang dari dua detik, kupikir pintunya tidak akan terbuka. Akan tetapi aku dibuat terkejut setelah terdengar bunyi klik diikuti pintu terbuka otomatis.

Astaga, jadi...

Chanyeol belum mengganti password nya. Ku kira setelah sekian lama dia akan menjual apartemen ini.

Dengan perasaan cemas yang menyelimuti, ku mantapkan langkahku untuk masuk ke dalam.

Keterkejutanku berubah menjadi berlipat-lipat ketika ruangan serta semua benda didalam apartemen masih sama persis seperti saat dulu kami masih bersama. Tidak ada yang berubah. Semua masih sama persis.

Suspicious StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang