3 - Abang Revan Ganteng

2.5K 317 299
                                    

Manda menunggu angkutan umum di halte dekat sekolah. Ia pergi meninggalkan kelas dengan cepat lantaran ia tidak ingin pulang bersama Revan. Sekarang suasana sedang hujan. Manda menggigil kedinginan menunggu sangat lama. Tak ada satupun angkutan umum yang datang.

"Sial!"

Ingin sekali Manda kembali ke dalam sekolah. Apa daya saat ia sudah sampai di depan gerbang, gerbang tersebut sudah tertutup sempurna.

Dari kejauhan Manda melihat sebuah lampu mobil mendekat kearahnya. Seragam Manda pun kini sudah basah. Keluarlah seorang laki-laki yang masih sama memakai seragam sekolah seperti milik Manda.

"Lo tuh jadi cewe ngeyel banget! Lo pengen gue dimarahin bokap lo?" Revan menarik tangan Manda untuk lebih mendekat dengan tubuhnya dan Revan menutupi kepala Manda menggunakan jaket yang ia gunakan.

Mobil mereka berjalan membelah jalanan yang sedang terkena hujan lebat.

"Baju lo basah semua ya Man," cengir Revan.

Manda memasang sabuk pengamannya dan kembali menatap Revan. "Nah lo tau kenapa pake nanya?"

"Berhubung hari ini hari Selasa, pake seragam osis lagi. Abis gitu kena hujan lagi. Lo tau lah ya kalo seragam osis kena hujan basah pula alhasil seragam lo daleman--"

Belum sempat Revan menyelesaikan bicaranya,dengan cepat Manda melotot sempurna lalu menimpuk wajah Revan menggunakan jaket yang tadi ia kenakan. "Rese lo!"

"Gue gak suci lagi kan!" lanjut ucapan Manda.

"Lah gua ngapain elo juga enggak! Suci dibawa-bawa lagi. Emang Suci salah apa? Kasian emaknya Suci." ketus Revan tak mau kalah.

"Ya elo pake acara bilang begituan segala. Gua kan malu jadinya!"

Revan menyunggingkan senyum manisnya. Kedua mata Revan telah berpindah kearah badge name milik Manda.

Manda yang mengerti kemana arah pandang Revan,ia merasa kesal. Manda menjambak rambut Revan dengan sangat keras.

"Aww ampun-ampun Man!"

"Otak lo gak waras! Gue tau kemana arah mata lo!"

"Gua cuma liat badge name lo doang kok. Nama lo cakep serius!" ucap Revan menunjukkan jari peace.

"Halaahh, cowo jaman sekarang cuma kebanyakan omong doang. Otak isi paha dada doang. Elo cowok otak mesum lagi. Pantes, barokah idup lo." timpal Manda panjang-lebar.

"Curhat lo?"

Sekali lagi, Revan mendapatkan jambakan dari Manda. Yang nyatanya lebih keras dari sebelumnya.

"Mampir supermarket bentaran." ujar Manda pelan.

"Ngapain?"

"Beli biasa buat bulanan."

Revan mengangguk mantap lalu memakirkan mobilnya disalah satu supermarket. Setelah sampai disana, tak ada tanda-tanda Manda akan turun dan memasuki supermarket tersebut.

"Buruan turun. Gue tunggu disini." Revan melepaskan sabuk pengaman yang digunakan Manda.

Manda menggeleng. "Lo yang beliin. Lo yang masuk." Lanjut Manda. "Please."

Revan melongo tak percaya.

"OGAH! APA KATA MBAK-MBAK PENJAGA KASIRNYA NANTI. OGAH GUA. KADAR KEGANTENGAN GUA NANTI ILANG MONYET!!"

***

"My beloved Mandaaaa!" teriakan suara seorang laki-laki cukup terdengar jelas dari dalam kamar Manda.

Manda mager ingin membukakan pintu disana. Lantaran Manda sedang membuka akun sosmednya. Sampai-sampai ia lupa jika diluar pintu kamarnya terdapat seseorang.

"Manda!"

"Masuk aja! Gak gua kunci pintunya!" teriak Manda dari dalam kamar.

"Woi! Gua udah masuk kali!" Revan menimpuk wajah Manda menggunakan boneka teddy bear.

Manda histeris mendapatkan timpukan di wajahnya. Ia lebih histeris disaat ia melihat terdapat boneka teddy bear yang besarnya melebihi besar Manda.

"Gua sukak! Dari siapa ini bonekanya Van? Barusan ada abang gojek ya ngirim boneka ini? Kok lo gak bilang-bilang!" sahut Manda membawa boneka tersebut kedalam pelukannya.

"Dih abang gojek aja kagak sudi ngasih begituan ke elo!" tandas Revan sambil terkekeh pelan.

Manda mengerucutkan bibirnya sebal. Ia memeluk bonekanya dengan sangat erat. Revan telah duduk di pinggir ranjang.

"Man gue juga mau dong dipeluk gitu." timpal Revan sambil merentangkan kedua tangannya.

"Btw itu dari gue." lanjutnya.

Manda menatap wajah Revan. Lalu ia mengeluarkan senyum tipisnya. "Makasih ya! Tumben lo baik! Tumben lo tau mood gue barusan lagi jelek dibawain beginian."

"Uuuuu, sama-sama. Apa sih yang enggak buat monyet gue," cengir Revan.

"Lo bilang apa barusan?"

"Bilang sama-sama. Apa sih yang enggak buat monyet gue," jawab Revan tanpa dosa.

"Bukan itu. Dua kata belakang sendiri apa itu?"

"Elo monyet. Ya kan?"

"Keluar lo dari kamar gue sekarang!" teriakan Manda menggema di ruangan tersebut.

***

Manda merapikan rambutnya dan mengikatnya menjadi satu. Malam ini ia belajar lantaran besok pagi ulangan harian fisika menghantuinya. Tidak, ia tidak belajar seorang diri. Sekarang Manda sedang diruang keluarga bersama dengan Revan.

Cukup diketahui. Manda serius membaca buku fisikanya dan kadang-kadang mencoret sesuatu dibuku tersebut. Beda dengan Revan, ia diam termangu menatap televisi menampilkan sinetron dan memegang satu bungkus snack ditangannya.

"Ya Allah kasian banget si Rimba dikeroyok sama geng-nya Al." ucap Revan disela-sela sinetron sedang berlangsung.

"Man, kalo gua bisa ngabisin tiga orang sekaligus kayak si Al tuh di tv gua tambah macho kali ya Man."

"Tapi gaperlu juga sih Man. Yang penting gue udah ganteng. Setuju gak lo?" ucap Revan lagi.

Manda memutar bola matanya malas. Ia merebut snack yang berada digenggaman Revan lalu menghabisinya. "Tujuan lo kesini mau belajar apa nonton tv sih. Emang rumah lo gak nyediain tv apa begimana?"

"Snack gua anjir jangan dihabisin!" Lanjut Revan. "Balikin kagak!"

Manda memeletkan lidahnya. "Lo ambil ini juga dari kulkas didapur kan! Bisanya nyolong lo. Ga baik tau!"

"Kalo gue nyolong hati lo, baik gak tuh?" goda Revan menyolek dagu Manda.

"Gausah ngarep! Gue gak bakal suka ya sama lo."

Revan menangkupkan wajah Manda menggunakan kedua tangannya. "Aaa masa sih masa. Muka lo ucul banget dah kayak monyet minta dicium," ledeknya.

Revan membenarkan rambutnya, menatanya menggunakan jari. "Ganteng kan gue?"

Manda berdecih kasar.

"Gausah sok ganteng. Yang ganteng aja jadi bencong." kekehnya pelan.

-My Perfect Bodyguard-

My Perfect Bodyguard Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang