20 - Pengungkapan

989 45 22
                                    

Hidupku tanpamu bagaikan cos 90= 0. Kau dan aku adalah sin 90= 1 dan selalu bersamamu adalah tan 90= tak terhingga.

- Revano Rifaldi -

"Makan yang banyak."

Gadis tersebut terus menyuapi bubur ayam yang harus dimakan oleh lelaki di depannya. Manda terlihat sangat ceria seperti biasanya karena Revan sudah bisa bangun dan sudah bisa bermain game di ponselnya.

"Gue suntuk banget di rumah sakit. Pengen pulang."

"Nunggu kata dokter dulu."

"Kelamaan."

Manda menghela napasnya pelan. Semenjak Revan sakit, lelaki tersebut berubah menjadi menyebalkan. Manda sudah seperti babunya saja. Sekarang Revan berada di ruang bernomor 445.

"Buka mulut lo."

"Ciah. Galak banget mbak," ujar Malvin ditengah-tengah menonton film bersama ketiga sahabat Revan. Mereka mengunjungi Revan di rumah sakit selepas pulang sekolah, Malvin lah yang mengajak.

"Ini mah suami takut istri namanya." celetuk Aldo.

"Bro, gimana hubungan lo sama Feby?"

Malvin menoleh ke arah Revan. Di sana lelaki tersebut menyengir tanpa dosa. Menyebalkan.
Malvin tak peduli dengan apa kata Revan, ia kembali memfokuskan pandangannya pada film action terbaru.

"Bokap gue lagi tindak lanjutin masalah ini ke kepolisian. Lo gak takut ldr an sama Feby?" desak Revan lagi dan lagi.

Malvin memelotot sebal dan beranjak dari duduknya menuju sofa sembari mengambil satu buah apel dan memakannya.

"Tenang aja, bokap gue baik kok. Katanya sih bukan real salahnya Feby. Ada dalang dibalik ini semua."

Ucapan Revan membuat semua menoleh ke arahnya. Perkataan tersebut justru membuat Malvin kembali berpikir siapa orang tersebut.

"Gue kemarin ketemu Sasha. Dan gelagatnya dia aneh, gue jadi mikir jangan-jangan Sasha dibalik ini semua?" ujar Malvin membuat semuanya bungkam.

"Sasha?"

Malvin mengangguk. "Dia sempat ragu buat ngasih tau siapa pelaku sebenarnya."

"Jangan suudzon dulu deh. Kalian berisik banget." ujar Manda mulai bosan.

"Astaga Amanda! Lo tuh harusnya ikut panik, bukannya malah santai kayak di pantai. Aseek." kata Aldo sembari terkekeh sendiri.

"Halah sok gak peduli. Waktu tau kabar gue di rumah sakit aja lo sampai pingsan." sindir Revan.

Wajah Manda berubah menjadi merah. Ia malu, bisa-bisanya Revan berbicara seperti itu di depan banyak orang. Ia buru-buru mengecek ponselnya untuk menutupi rasa malunya tersebut.

"Eh." decak Manda pelan.

Ia melihat satu notif dari nomor tak dikenal. Setelah membacanya, bulu kuduk Manda terasa merinding. Bibirnya bergetar hebat mencerna kata demi kata yang terpampang di ponselnya.

My Perfect Bodyguard Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang