16 - Ternyata

1K 63 34
                                    

Masalah itu untuk diselesaikan, bukan untuk diperbesarkan.

- Revano Rifaldi -

"F-feby?"

Mungkin kalau dipikir suara itu muncul dari Malvin. Tapi salah, lelaki yang sedari tadi diam sekarang sudah menatap perempuan yang kini menghampiri Malvin dengan sangat intens.

Entah kenapa, tiba-tiba Revan memanggil nama Feby begitu saja. Mungkin Revan syok melihat Feby bisa ada di sini. Terlebih lagi ia terlihat sangat akrab dengan Malvin.

"Revan?" ujar Feby seraya menunjuk Revan. "Manda?"

"Loh, kalian udah saling kenal?" sahut Malvin dengan senyum sumringah. "Wah bakal asik dong."

Wajah Revan berubah merengut kesal. Asik pala lo soak, batinnya.

"Si Manda ini kakak aku Feb, kita kembar. Beda 10 menit doang. Waktu masih di rahim bunda, aku kebelet main bola makanya nendang Manda, dan akhirnya dia lahir duluan." jelas Malvin kepada Feby disertai kekehan pelan.

"Maaf Man, kalo gue jarang cerita tentang Feby ke lo. Jadi gue kenal Feby itu sebelum gue pergi buat pertukaran pelajar." Jelas Malvin lagi tertuju untuk kakaknya. Manda.

Senyum manis terukir di bibir milik Feby. Tentunya senyum kebohongan. "Iya gak apa kok. Lagian kita sudah saling kenal karena sekarang satu sekolahan. Iya kan Man?"

Revan yang mendengar penuturan dari Feby hanya bisa menyenggol lengan Manda pelan. Memberi isyarat menggunakan matanya seolah berkata 'iyain aja'.

Manda tersentak kaget, ia tersadar. "Eh haha iya lah."

"Yaudah mending sekarang pada balik kerumah. Kamu mau ikut sekalian mampir ke rumah gak Feb?" ajak Malvin tulus.

Mulut Manda berkomat kamit, tangannya sudah mengenggam menjadi satu seolah ia berdoa agar Feby tidak ikut mampir ke rumahnya.

"Lain kali aja ya, Vin. Soalnya aku mau mampir ke rumah temen."

Seperti ada sesuatu kebahagiaan, Manda menghela nafasnya puas. Untung saja si tolol yang satu itu tidak mau di ajak ke rumah. Tetapi ia masih bingung, kenapa Malvin berbicara dengan Feby menggunakan aku-kamu. Seperti mempunyai hubungan spesial saja.

"Hati-hati ya Feb."

Selepas kepergian Feby untuk menuju ke mobil yang terletak tak jauh dari mobil milik Manda, mereka bertiga memasuki mobil yang akan dikendarai oleh Revan.

Sepanjang perjalanan pun Malvin terdengar heboh karena baru saja ia melihat kembali gedung-gedung setinggi langit menghiasi kota kelahirannya pagi hari ini.

"Kayak udah 10 tahun aja gak ke Indonesia. Padahal baru 3 bulan ninggalin Indonesia." decih Manda kesal melihat kembarannya tersebut.

"Heh, gimana kabarnya ketiga temen lo yang sok kecakepan itu?" timpal Malvin menyindir Revan.

"Bangsat, biasa aja ngatainnya."

"Selow. Main futsal nya masih pada jago gak tuh." Malvin diam-diam mencari masalah dengan cara memanas-manasi Revan.

"Bacot. Lo sering kalah aja bangga."

"Eits, jangan salah. Gue udah profesional."

Revan memutar bola matanya malas. Namanya anak kembar, makanya kakak sama adek tersebut punya sifat tidak jauh beda. Menyebalkan.

Mobil yang berisi tiga penumpang telah masuk ke rumah megah berwarna putih. Setelah Pak Jono, penjaga pos depan membukakan pintu gerbang utama rumah tersebut.

My Perfect Bodyguard Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang