17 - Rumit

1K 56 28
                                    

Hidup itu gak segampang kayak iklan cornetto. So, trying to be better.

- Amanda Raisa -


Ini tuh rumit.

Rumit jika permasalahan dibuat seolah-olah menjadi masalah besar. Dan nyatanya itu memang menjadi masalah besar. Rumit jika hati ikut tersakiti juga. Begitulah perasaan Amanda Raisa. Gadis manis yang hidupnya dipenuhi oleh candaan lelaki yang bernama Revano Rifaldi.

Manda melengos lesu saat mendengar penuturan dari Malvin. Ia semakin frustasi, berita apalagi ini? Semenjak mengenal Feby, hidup Manda serasa tertekan. Bahkan ia sudah tau tentang satu hal.

Bahwa Revan, lelaki yang belakangan ini selalu mengisi hari-harinya adalah mantan dari pacar adik kandungnya sendiri.

Ia mengetahui berita tersebut dari geng Sasha. Masih ingat? Sasha, perempuan modis yang tidak ingin kecantikannya dikalahkan oleh gadis manapun. Juga perempuan yang pernah membully Manda habis-habisan. Dan lebih parahnya, Sasha pernah menjalin persahabatan dengan Manda.

"Aaarrrrggghhh!"

Decakan tersebut terdengar sampai ke telinga seorang lelaki yang saat ini tengah memperhatikan wajah Manda lekat-lekat.

"Kenapa?" tanyanya. "Lo lagi ada masalah? Cerita aja."

"Rumit, kak Rel."

Jelas sekali. Itu bukan Revan. Bukan.

Lelaki yang di samping Manda sekarang adalah Farel. Dimanapun Manda berada pasti ia bertemu dengan Farel. Farel adalah kakak kelas yang menurut Manda adalah sosok orang yang care.

"Gue siap dengernya kok."

"Maaf kak. Kalau masalah yang ini gue gak bisa cerita."

Farel mengangguk paham. Mugkin Manda membutuhkan waktu untuk bisa menceritakan permasalahan ini semua secara tuntas.

"Oke santai aja. Masalah hati ya?" tebak Farel

Sorot mata Manda berubah menjadi sendu. Farel bisa melihat jika Manda mempunyai masalah yang membuat hatinya tertekan. Ingin sekali mendengar cerita dari gadis yang ada di sampingnya sekarang. Tapi apadaya, ia tidak berhak memaksanya.

Manda hanya mengeluarkan seulas senyum. Lidahnya terasa kelu, susah untuk menjawab.

"Hujan kak, ayo balik."

Mereka berdua memang sedang berada di taman belakang sekolah. Bertemu saat keduanya berpapasan di koridor. Farel yang merasa ada perbedaan di diri Manda, segera mengikuti arah kemana Manda akan pergi. Dan disinilah mereka duduk. Merenung dengan pikiran masing-masing.

"Bukannya lo suka hujan ya?"

Sontak Manda menggeleng. "Bukan-bukan. Gue cuma suka petrikor  kak. Bau tanah yang sehabis terkena air hujan," jelasnya kembali.

Farel tersenyum geli melihat wajah Manda sedikit tertutup poni rambutnya yang terkena air hujan. Manis.

Langsung saja ia mengaitkan jemari tangannya ke jemari tangan milik Manda. "Gue hitung sampai 3 langsung lari. Oke?"

Tak ada jawaban dari Manda.

"Hoi. Jangan bengong. Baru juga pegangan tangan masa udah deg-degan." goda Farel

"Apasih kak." Blushing! Pipi Manda berubah menjadi merah merona.

"Satu..dua..ti..ga!"

"Haaaaaaaaaaaaaaaa"

Di tengah hujan yang mulai deras, dan di situ juga ada sepasang mata yang diam-diam memperhatikannya nanar dengan jarak yang lumayan dekat.

* * *

My Perfect Bodyguard Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang