Part 24

13 2 0
                                    

'sungguh kelu lidah ini, mengucap 'tidak' saja pun tak sanggup' 

___________

"Gue sebenarnya nggak suka lo sama Andre deketan kayak gitu,"

Entah kenapa kata kata keyla langsung menusuk dada ku. dan membuat ku mematung seketika. 

"Gue emang udah mau bilang ini dari lama, tapi waktunya nggak pernah pas. Andre selalu inget lo terus walaupun dia lagi sama gue sekalipun. kayak waktu mau makan es krim di toko yang baru buka di ujung jalan sudirman, dia inget lo dulu sebelum pergi kesana walaupun in the end lo gamau ikut, gue bersyukur banget saat itu."

Keyla terus bicara tanpa melihat ku. wajahnya lurus menatap tembok rumah sakit. keadaan rumah sakit petang ini lumayan sepi. hanya terlihat suster sedang berlalu lalang ke kamar pasien sesekali. aku tidak tahu harus apa. badan ku kaku.

"Milih ikut bokap gue, dan ninggalin Andre itu udah jadi nightmare buat gue. 2 tahun gue nggak ngomong sama bokap, sampe akhirnya dia janji di ulangtahun gue yang ke 18 kita balik ke Indonesia. Dan bokap nepatin janjinya."

"Gue udah nyari socmed nya Andre  but  nihil, dan dari saat itu gue cuma janji sama diri gue buat belajar yang bener dan menanti waktu ketemu Andre. tapi sekarang semuanya hancur, gue yang bikin Andre kecelakaan."

Jantung ku seakan akan berhenti berdegup. sungguh, aku kesal.

"Kok bisa?" aku bertanya dengan nada lirih. sungguh, bila disuruh berdiri pun aku tak mampu, entah kenapa.

"Gue minta Andre datang ke rumah gue, tapi dia nggak bisa karna katanya ada urusan ketemu temennya. gue mohon mohon sama dia karna dirumah gue nggak ada siapa siapa, gue panik karna saat itu gue muntah darah, disaat itu juga Andre matiin telpon nya dan sekarang dia ada disini," Suara Keyla merendah dan diganti dengan isak tangis. 

Tangan lu refleks merangkul pundaknya. Sepertinya Keyla menderita sakit yang parah. 

"Kanker Pankreas, stadium 3." Ujarnya lirih, dia berhasil menebak pikiran ku!

"Kok bisa, Key?" 

"4 tahun lalu gue muntah muntah hebat dan perut gue nyeri banget. diagnosa dokter bilangnya gitu," Keyla masih berbicara diselingi Tangis.

"Maafin gue," aku berbicara lirih, tanpa terasa air mata ku ikut menetes.

"Maaf untuk?"

"Karna nggak ngerti apa yang lo rasain," 

"You're the kindest person i've ever meet , Ta, jadi gue mohon sama lo jangan terlalu dekat dengan Andre,"

Berat. Beban yang dia emban sungguh berat. aku tidak tahu harus berkata apa. aku hanya bilang akan jaga jarak dengan Andre demi Keyla. entah benar atau salah yang terpenting Keyla bisa bahagia.

****

Beberapa minggu setelah kecelakaan yang Andre alami dan tentang sebuah pernyataan yang Keyla buat Gue benar benar jaga jarak dengan Andre. Tante Reyna sering bertanya padaku kenapa jadi jarang menjunguk Andre atau bermain lagi dengannya. Aku hanya menjawab karna Tugas sekolah semakin menumpuk dan waktu ku semakin mepet menuju ujian akhir. padahal tidak sama sekali.

Andre akhirnya menjalani homeschooling karna kondisinya perlu waktu lama untuk pulih, beruntung tangan kanannya sudah tidak di infus lagi karna sudah diperbolehkan pulang. Aku sering melihat Keyla ikut menemani Andre belajar bersama salah seorang guru sekolah ku di Taman belakang rumah Andre. Aku sangat hati hati sekali saat melihat mereka, takut ketahuan dan malah menjadi pikiran Keyla.

Kriiiiinggggg

Dito's calling

Senang sekali rasanya Dito menelepon, karna sedari minggu lalu dia belum menyempatkan diri menelepon ku. 

"Hallooooo," Aku mengangkat telpon Dito dengan Nada senang.

"Yeh, si ibu sumringah amat jawab telponnya.. gimana kabar?"

"Baik kok, lo gimana Dit?"

"Nggak, kabar Andre maksudnya? hahaha" 

"Huh Nyebelin, udah pulang ke rumahnya. tapi masih pake kursi roda kemana mana," 

"Oh gitu, baguslah.. 2 minggu lagi gue balik dong!"

"Nggak peduli tuh.."

"Oh, jadi ceritanya ngambek nih?"

"Nggak." jawab ku ketus.

Aku suka menggoda Dito dengan cara seperti ini.

"Yaudah oleh oleh nya gue kasih Andre aja deh,"

"Eh, oleh oleh apa?"

"Rahasia!!"

"Ih, Dito!!"

Dan begitulah, setelah itu aku bercerita banyak hal penting yang terjadi. Dito menanggapinya dengan Bijak dan entah kenapa aku jadi tenang di buatnya. dia benar benar berubah berbeda sekali dengan sikapnya 4 tahun lalu yang keras kepala, baik kalau sedang dalam mood nya, dan selalu saja cuek padaku.

Sore itu bersamaan dengan memudarnya langit senja yang memerah aku baru sadar kalau ternyata rasa khawatir ku terhadap Andre hanya rasa Khawatir antara teman saja, dan rasa senang ku mendapat telpon dari Dito adalah Murni karna aku masih memiliki rasa dengannya.

****


Jangan lupa Vote dan Comment yaaa, Cerita semakin deg deg an!!!

thx!


Among the MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang