Part 26

19 2 0
                                    

Sungguh aku tidak bisa menahan tangis ku ketika sudah berada di dalam Taksi. aku menutup wajah ku dan menangis dalam diam.

"Non, udah nggak usah nangis.." 

Nampaknya Supir taksi yang kutumpangi ini masih bisa mendengar isak tangis ku. 

"Maaf pak," Ujar ku yang langsung mengusap seluruh air mata yang tumpah dan menenangkan diriku.

"Nggak perlu minta maaf, percintaan remaja itu emang indah sekaligus tragis kok, Non, jadi biarkan aja.." Ujar supir taksi tersebut. 

Aku hanya tersenyum tipis menanggapi omongannya. Dan setelah itu semuanya hening. tidak beberapa lama taksi yang kutumpangi sampai ke depan rumah ku. Setelah membayar dan mengucapkan terimakasih pada supir taksi tersebut aku memasuki halaman rumah. Gerbang rumah ku terbuka, mungkin si bibi sedang keluar rumah. atau ada tamu?

Terdengar suara tawa yang familiar di telinga ku. setelah menaruh sepatu di garasi aku langsung memasuki rumah lewat garasi. dan menemukan Bibi sedang tertawa dengan seseorang di dapur dari jendela sebelah pintu masuk ke dapur. 

"Iya bi, kalau misalkan bibi nggak mau ke jepang nanti saya bawain mochi aja gimana?" Ujar seseorang. aku belum memasuki dapur, karna sedang mendengar percakapan mereka.

"Ah, mochi jepang yang kayak gimana?" ujar si bibi polos.

"Nggak nggak biar bibi nggak nunggu, saya bawain mochi bandung aja, hehe" 

"Aih, Andre mah bikin bibi ketawa terus!" 

Ah! Andre?!

Dengan cepat aku langsung membuka pintu dapur yang tersambung dari garasi. Dan mendapati Andre serta si bibi yang kaget karna aku membuka pintu dengan Tiba-tiba,

"woi cumi! ngagetin aja!" Ujar Andre mengelus dadanya dengan tangan kanannya, karna tangan kirinya masih di perban. 

"Apasih," Ujar ku ketus. 

Sebenarnya ingin sekali aku mengobrol dengan Andre, namun hatiku masih berantakan. jadi ku urungkan niat ku dengan berbicara ketus pada Andre. 

"Tata, udah makan? nih ada Cheesecake dari Andre," Ujar bibi sambil memotongkan cheesecake dan menaruhnya pada piring kecil beserta sendok nya juga.

"Aku bawa ya bi, Makasih lho, Ndre.." Aku langsung berjalan masuk ke dalam.

Terasa sekali bibi dan Andre sedang menatap ku, namun aku tidak berbalik dan langsung berjalan menuju kamar ku yang berada di lantai atas. Belum sempat aku mencapai tangga aku dipanggil oleh Om Adit, Papa nya Andre. pantas saja tawa yang aku dengar tadi familiar ternyata Papa,mama,Om adit dan Tante reyna sedang bercengkrama. 

"Sini ta, ada cheesecake Andre tadi iseng buat kue. Eh malah kebanyakan," Ujar Om Adit dengan Ramah. 

"Aku udah dapet nih dari bibi di dapur," Ujar ku sambil mengacungkan piring kecil pada om Adit. 

Semuanya nampak mengerti dan kembali mengobrol. Aku lalu menaiki tangga untuk menuju kamar ku dan segera menghempaskan diri ke kasur. 

Setelah sampai kamar aku langsung berjalan cepat ke kasur dan menghempaskan diri ku . Sulit juga merelakan hal yang bukan milik kita lagi. sulit sekali. namun, cara terakhir untu dapat tenang menjalani hidup kembali adalah dengan Ikhlas. just that.

Aku meraih piring cheesecake yang kutaruh di meja kecil di sebelah tempat tidur, memotongnya sedikit lalu memakannya. 

"Enak nggak?" Tanya sebuah suara dari ambang pintu kamar ku. 

"Enak," Aku menoleh ke arah Pintu dan menemukan Andre sedang menatap ku dari luar kamar. 

Aku berjalan menuju pintu lalu mengajak Andre ke ruang tv yang berada di sebelah kamar ku. 

Among the MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang