Hukum Kekekalan Energi

2.2K 120 3
                                    

BAB 12

Pagi ini Devan sengaja menggunakan sepeda untuk berangkat ke sekolah. Ia rela menguras tenangnya hanya untuk berangkat bersama Aileen. Devan sudah tahu jika hari ini Aileen akan berangkat menggunakan sepeda dan tentu saja kabar itu dari Alex atau yang sering di panggil Abraham oleh Devan.

Devan tersenyum sendiri mengingat kenangannya dulu bersama Aileen saat mereka mengelilingi London menggunakan sepeda bersama, saat itu Aileen kesal dengan Devan karena membuatnya bangun pagi hanya untuk menemani Devan bersepeda mengelilingi London.

"Astaga ternyata bersepeda hingga sejauh ini capek juga," guman Devan. Masih mengayuh sepedanya dengan susah payah. Walaupun nafasnya sudah tak beraturan tapi semangatnya menepis semua itu.

Senyum Devan semakin mengembang ketika melihat seorang gadis tengah mengayuh sepedanya keluar dari rumah sederhana nan mewah itu. "Aileen?" panggil Devan kemudian mempercepat kayuhan sepedanya untuk menuju kearah Aileen.

Aileen menoleh mencari gelombang suara yang menyebut namanya. Aileen tersenyum begitu melihat Devan datang dari arah berlawan tentunya menggunakan sepeda sama sepertinya. "Devan? Sejak kapan lo naik sepeda ke sekolah?" tanya Aileen sambil mengerutkan sepedanya.

Devan tersenyum kikuk,"Sejak sekarang," Devan terun dari sepedanya dan mensejajaran posisinya dengan Aileen. "Kita berangkat bereng yuk," ajak Devan dan di balas senyuman senang oleh Aileen.

Merekapun berangkat bersama, menikmati udara pagi yang sejuk dan angin segar yang menerpa tubuh mereka. Inilah yang di sukai Aileen, ia lebih nyaman menggunakan sepeda daripada kendaraan bermotor. Ia hanya akan menggunakannya saat ia terdesak tidak seperti sekarang ini. Masih banyak waktu sampai bel masuk berbunyi.

Sementara Devan tak kunjung melepas senyuman kebahagiaan di wajahnya. Ia mereka seakan Aileen telah mengingatnya, walaupun sebenarnya tidak. Tapi dengan mengulangi semua yang mereka lakukan bersama menurut Devan akan membuat Aileen lebih cepat mengingatnya.

"Leen?" panggil Devan, Aileen menoleh sekilas."Gue mau cerita sesuatu, lo mau denger nggak?" lanjut Devan.

"Boleh, " jawab Aileen singkat tanpa menoleh kearah Devan.

"Gue sayang sama seseorang, tapi orang itu udah lupa sama gue. " jelas Devan. Aileen terkejut seketika, entah kenapa perkataan itu membuat hatinya tergores seketika. "Dan lo masih sayang sama dia?" tanya Aileen

"Gue masih sangat sayang sama dia, gue suka dia dari kecil karena kita emang udah kenal dari kecil. Dulu gue pernah buat dia bangun pagi padahal dia enggak suka bangun pagi. Gue maksa dia buat nemenin gue keliling kota kelahiran gue," jelas Devan

Aileen diam tidak tahu harus berbuat apa, ia hanya terus mengayuh sepedanya. "Sama seperti kita sekarang gue minta dia naik sepeda bareng gue keliling kota. Dengan wajah bantalnya dia juga rasa kesal bercampur jadi satu membuat gue geli liatnya, dia sangat manis. Dan saat itu gue baru sadar jika kata orang tentang seorang gadis akan terlihat manis saat dia kesal," kata Devan

"Lo masih sayang sama dia?" pertanyaan itu pertanyaan terbodoh yang pernah Aileen keluarkan dari mulutnya. Seharusnya dia sudah tahu jika Devan masing suka sama gadis yang ia ceritakan. "Perasaan itu sama seperti hukum kekekalan energi, enggak bisa di musnahkan ataupun di ciptakan. Rasa gue ke dia masih sama, enggak ada yang berubah,"

Sesak, itulah yang di rasakan Aileen saat ini. Entah sejak kapan paru-parunya berhenti memproduksi oksigen, padahal indra pemciumannya masih aktif menarik oksigen ke dalam tubuhnya. Tiba-tiba Aileen kehilangan keseimbangan, dan ia pun terjatuh.

Devan langsung menghentikan sepedanya dan berloari menghampiri Aileen. "Lo enggak papa?" tanya Devan dengan nada khawatir. Aileen menggeleng pelan. Kemudian mengangkat wajahnya menatap Devan,"Gue boleh tahu gadis itu dimana sekarang?"tanya Aileen pelan.

Fisika Vs Bahasa Inggris [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang