Memulai Atau memutuskan

945 73 4
                                    


Bab 29


Aileen terus mendengus kesal karena ulah Abrahm yang membohonginya. Entah apa yang merasuki pikiran kakaknya itu hingga berani-beraninya melakukan hal itu kepadanya. Abraham mengatakan kepada Aileen jika ia kecelakaan, namun setelah sampai bukan sosok Abrahm yang ia temukan melainkan Devan.

Aileen sama sekali tidak masalah jika Devan ingin bertemu tapi berbohong untuk hal yang sama sekali tidak lucu itu menyebalkan. "Kalau tau gini gue nggak akan buru-buru sampai gue jtuh di aspal tadi," guman Aileen sambil berjalan di tepi jalan.

"Dia nggak punya otak atau emang bego sih."

Tiba-tiba tanpa sengaja mata Aileen melihat sebuah mobil melaju dengan kencang, sementara di tengah jalan seorang wanita paru baya yang tampak masih sangat muda sedang memungut barang-barangnya yang berserakan di tengah jalan.

"Oh tidak, bagaimana ini?" guman Aileen

Otak Aileen semakin tidak karuan ketika melihat mobil itu semakin mendekati wanita itu sementara wanita itu sama sekali tidak menyadari jika nyawa terancam. "Pergi!" pekik Aileen namun nampakkany wanita itu tidak mendengarnya.

"Bibi pergi dari sana," teriak Aileen, barulah wanita pru baya itu mendongkak, "Bibi pergi dari sana," kata Aileen sekali lagi-lagi, namun sayangnya wanita paru baya itu diam di tempat tidak tahu harus berbuat apa setelah melihat sebuah mobil melaju dengan kencang ke arahnya.

"Aisshh," dan setelah itu Aileen berlari menghampiri wanita itu. Untungnya sedetik setelah mobil itu melaluinya Aileen dapat membawa wanita paru baya itu menajuh dari tengah jalan.

"Bibi baik-baik saja?" tanya Aileen dengan kesadaran di ujung tanduk, karena tadi kepalanya sempat terbentur aspal.

Wanita paru baya itu tidak menjawab, malah menarik Aileen dalam pelukannya karena melihat darah yang keluar dari kepala gadis itu. " Saya yang harus bertanya seperti itu," guman wanita paru baya itu. Dan setelah itu semuanya menjadi gelap.

***

Cakra berlari menyusuri lorong rumah sakit, mencari sebuah ruangan dimana di sana ada seseorang yang tidak di inginkannya berada di sana. Vanila juga ada di belakang Cakra, hanya saja Vanila tidak bisa menyeimbangkan larinya dengan Cakra.

Deretan tiga angka itu di tatap penuh dengan kecemasan oleh Cakra. Akhirnya ia menemukan ruangan yang ia cari. Cakra terdiam di tempatnya, sambil mengatur deru nafasnya. Terlalu takut mengetahui kenyatan yang ada di dalam sana. Tangannya seakan engggan membuka knop pintu, hingga Vanila datang dan langsung membuka pintu itu.

"Ngapain masih di luar, masuk!" kata Vanila

Cakra mengangguk kemudian mengikuti Vanila.

Seorang wanita paru baya langsung menoleh terkejut begitu melihat dua orang masuk tanpa aba-aba ke dalam ruangannya.

"Vanila?Cakra? kalian sudah datang!" kata Vanessa

"Bunda nggak papa?" tanya Vanila dengan wajah panik

Vanessa menggeleng, "Bunda tidak papa tapi dia," kata Vanessa sambil menatap seorang gadis yang terbaring lemah di atas sebuah kasur dengan perban yang mengelilingi kepalanya dan selang infus yang melekat di punggung tangan kanannya.

"Aileen?" ucap Cakra dan Vanila secara bersamaan

"Kalian kenal dia?" tanya Vanessa dan keduanya mengangguk.

"Kalau nggak ada dia, mungkin Bunda nggak akan liat kalian lagi," kata Vanessa.

Sementara Cakra memilih berjalan mendekati Aileen yang masih setia menutup kedua matanya. Vanila memilih menghubungi kedua orang tua Aileen.

Fisika Vs Bahasa Inggris [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang