"Pegangan. Saya mau ngebut."
"Iyah Mas" Ucapku
Dia langsung menjalankan mesin nya. Apa kalian tau? Sekelilingku semua tertuju pada kami. Bagaimana tidak, Mas Kumis Manja ku ini terkenal sebagai orang yang dingin di sekolah.
"Priwiiiit! Wadaw Adrin. Mainya adek kelas ya diem diem ya. Priiiwiiit"
Begitulah sebagian sindiran mereka.
Aaah jujur. Aku sangat senaaaang.
"Udah?" Tanya nya
"Iyah udah"
"Yaudah sok turun" katanya sambil cengengesan
"Dih, ngelawak tah mas?" Tanya ku asal
Dan tiba tiba dia melajukan motor nya dengan cepat. Gila. Untung gue gak jatoh. Sedeng nih anak.
Di perjalanan. Kita lalui dengan keheningan. Aku dalam fikiran ku, dan dia, yang ku yakin sedang berada di dalam fikiran nya walau sedang fokus menyetir.
"Udah sampe. " ucapnya
Lalu aku turun. Aku tak melepas helm karena aku tak memakai helm.
"Makasih mas. Mau mampir?" Tanya ku
"Ya emang mau mampir. Ngapain saya jemput kamu kalo gak mau mampir. Saya jemput kamu di suruh mamah" katanya dingin sambil menaruh helm nya
Nyess. Sumpah Andin, please. Jangan ke gran dulu. Dia tuh pasti punya alasan, nah kan kalo udah kaya gini jadi malu kan Din? Bego sih!
"Oh." Jawab ku se kenanya
Aku masuk dan dia juga mengikuti ku masuk.
"Assalamualaikum"
Ketika aku membuka pintu, sudah ada 2 orang ibu ibu yang sedang ngerumpi sambil merangkai bunga. Yang satu aku kenal, dia adalah Tante ku. Tapi gak tau kalo yang satu laginya.
"Waalaikumsalam" ucap keduanya.
"Sini sayang, kenalin. Ini Tante Endang, temen nya tante sayang. Salaman dulu gih" Ucap Tante ku.
Aku pun bersalaman dengan nya. Cantik. Itu yang ada di fikiran ku.
"Andini Tante" kata ku
"Bun, udah belum? Adrin mau ke alun alun habis maghrib"
Siapa lagi kalo bukan Mas Adrin yang bicara.
"Bentar lagi sayang. Kamu salaman sama Tante Ratna. Dia yang calon nya Mas Bayu. Tau kan Mas Bayu? Sepupu nya papah yang dari belanda itu loh. Yang kuliah di belanda sekarang kerja di belanda" Ucap Tante Endang.
"Ooh Calon nya Mas Bayu. Hai Tante, saya Adrin. Yang kemarin ambil bunga ituu hehe"
Hah? Apa? Sumpah. Gendang telinga gua pecah kali ya. Tadi si Tante ini bilang apa? Tante gua calon? Calon istri? Iyah? Ko? Ko tante gua gak cerita sih.
"Hah? Calon? Calon Istri?" Tanya ku
"Andin, Tante bisa jelasin semuanya" Ucap tante ku berdiri dan memegang tangan ku.
"Ko Tante gak pernah cerita? Andin udah besar loh Tant. Andin ini sepupu Tante. " ucap ku melemah.
Ya. Aku takut. Aku takut sendiri. Aku takut kesepian. Aku takut kesunyian. Aku takut tak ada lagi yang bisa aku jadikan sandara setelah SajadahNya. Aku takut tak ada lagi yang mau mendengar ku bercerita. Bagaimana masa SMA aku lewati. Aku takut. Aku berlari memasuki kamar. Aku menangis.
Papaah, mamah, Andin takut. Kalian denger Andin kan? Andin taku mah, pah. Kalian balik lagi sini. Sama Andin, Andin mau cerita banyak Mah,Pah.
~~~~~
Ratna Pov'Aku tak tau harus menjelaskanya seperti apa. Tapi, setelah kematian papah Andin, hidupku rasanya hampa. Bayu lah yang datang dengan senang hati membantuku. Membantu ku melewati itu. Mungkin Andin masih shock atas kabar yang di terimanya. Ku terima jika ia marah. Karena ini memang murni kesalahanku. Aku yang selalu menutup diri padanya. Padahal, ku yakin Andin dengan senang hati menerima keluh kesah ku.
Mas Bayu adalah teman SMA ku dulu. Dia adalah kaka kelas ku. 1 tahun di atas ku. Kita dulu tak terlalu akrab. Karena dulu, teman nya lah yang aku sukai. Setelah lulus, aku kehilangan kabar. Dan 2 tahuj yang lalu, aku bertemunya di toko bunga. Dia membelikan bunga untuk sodaranya yang baru melahirkan. Dari situlah, aku mengenalnya. Hingga 2 bulan lalu, ia melamar ku secara tidak langsung. Dia akan melamar ku resmi pada 2 hari mendatang. Aku bingung bagaimana menjelaskannya pada Andin. Ku harap dia mengerti. Pasti.
Hai. Ketemu lagi. Maaf jarang update, lagi ukk yihuy. Maaf ya. Gimana ceritanya? Semoga suka. Jangan lupa vote dan comment. Vote merupakan perhitungan yang akan saya pikirkan untuk keberlangsungan cerita ini.
Salam WT🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
Andini&Adrin
Teen FictionKetakutan terhadap rasa sakit ketika mencintai terus berada kuat mengakar di dalam diri Andini. Dia menyukai seseorang, namun ia takut. Perlahan ia bunuh segala macam rasa yang bersangkutan dengan hati. Hingga datang, Dimas seorang siswa yang uraka...