Andini telah bersiap siap untuk keluar kamar nya dan berangkat sekolah. Sekarang adalah hari ke 3 dimana Andin menginap di rumah Adrin.
Andini turun mengikutin anak tangga dan menuju meja makan.
"Sini Din. Sarapan dulu. Bunda buat roti bakar nih Din"
Andini duduk di sebelah Bimo.
"Mba, mau roti yang mana?" Tanya Bimo
Andin melihat sekeliling meja itu. Andini adalah manusia yang paling Anti dengan roti. Jika tidak terlalu kepepet, Andin lebih melilih untuk makan nasi dari pada roti.
"Andin makan buah aja deh"
"Loh kenapa?" Tanya Bunda. Andin melihat Adrin mendongakkan kepalanya menghadap Andini
"Andini gak terlalu suka roti Bun."
"Laah sih. Terus gak pernah makan roti gitu?" Tanya Adrin kemudia melahap toti yg ia genggam
"Iya kalo gak kepepet sih ya gak makan roti" ucap Andin mengambil apel yang ada di meja
"Aduh sayang maaf ya. Bunda gak tau kamu gak suka roti" ucap Bunda menatap Andini
"Iya Bun gapapa" Andini tersenyum dan menampilkan sederet gigi nya
"Yaudah si Mas gak usah di liatin mulu mba Andin nya" Bimo menyindir Adrin yang sedari tadi matanya tak lepas menatap Andin. Sekarang Adrin tengah menutupi malunya karena kepergok dengan adik sialannya ini. Sedangkan Andin sedang menata hati nya agar tidak marathon.
"Hahaha. Mba Andin cantik sih jadi Mas mu liatin terus, Dek" Cengir Bunda sambil menyindir Adrin
"Apasi bun. Orang gak liatin gitu" Adrin memberekan baju yang ia pakai
"Adrin manasin motor dulu" Adrin berlalu keluar dan membawa tas nya dengan alasan memanaskan motor. Namun itu hanyalah alasan karena sebernya Adrin malu kepada Andin .
"Dia malu tuh, Din" Ucap Bunda Adrin sambil memasukkan bekal Bimo ke dalam tas nya
"Mas Adrin mah suka malu-malu" Bimo tertawa lalu meminum susunya
Bukan tidak malu lagi. Bahkan Andin sangat tidak sanggup lagi memasang muka nya di depan. Ingin ia lepas lalu di pasang di bagian belakang kepala. Adrin, seorang cowo kharismatik yang selalu ia puja puja, tertangkap basah telah memperhatikannya diam diam. YaAllah, belum juga apa-apa. Hati udah olahraga aja.
"Yaudah ya Bun. Andin berangkat dulu " Andin memakai tas nya dan berjalan ke arah Bunda lalu bersalaman dengan Bunda
"Nitip Adrin ya, kalo nakal jewer aja terlinga ya Din"
Andin hanya mengangguk tersenyum, karena Andin merasa bahwa ia bukan siapa-siapa Andin. Jadi tidak perlu ia seperti itu ke Adrin.
"Kamu emang bukan siapa-siapa nya Adrin. Tapi Bunda titip dia ke kamu. Bunda yakin, kamu bisa jaga Adrin"
bagai mengerti apa yang ada di fikiran Andin, Bunda langsung menyambarnya dengan omongan seperti itu. Entah, Andin tak tau harus menyikapinya bagaimana. Dan lagi, dia hanya tersenyum dan mengangguk. Lalu jalan meninggalkan ruang makan dan menuju parkiran. Sesampainya di parkiran. Ia melihat Adrin yang sedang nengkreng di motor nya sambil memainkan ponsel nya.
"Udah?" Tanya Adrin begitu ia sadar ada Andin di saka samping nya
"Iya" Andin menjawab datar. Seperti biasa
"Berangkat sekarang?" Ucap Andin menanyakan
"Iya lah" Andin menjawab ketus. Itu lah kebiasaan Andin dan ciri ciri Andin. Dia akan menjawab pertanyaan seseorang yang ia sayangi dengan jutek. Andin pun tak mengerti kenapa seperti itu, dan itulah yang membuat daya tarik tersendiri bagi kaum adam, contoh nya Bagas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Andini&Adrin
Teen FictionKetakutan terhadap rasa sakit ketika mencintai terus berada kuat mengakar di dalam diri Andini. Dia menyukai seseorang, namun ia takut. Perlahan ia bunuh segala macam rasa yang bersangkutan dengan hati. Hingga datang, Dimas seorang siswa yang uraka...