18- pacaran yuk?

95 10 0
                                    

Ketika kita jatuh cinta. Namun orang yang kita sayangi telah menyayangi seseorang, itu seperti tersambar petir neraka. Tidak sakit, namun nyelekit.

Adrin berjalan menuju kelas Andini tergesa gesa. Pasalnya, ia tadi telat keluar dari kelas karena harus piket terlebih dahulu. Dia hanya takut Andin lupa jika ia akan pulang dengan Adrin, karena Adrin tidak mengabarinya.

Adrin sampai di kelas Andin. Semua mata tertuju kepada Adrin, karena jarang sekali sang ketua dewan keamanan terlihat terburu buru. Yap, tampang Adrin yang selalu terlihat kalem, cool, dan tatapan yang membunuh itu membuat Adrin menjadi seseorang yang cukup waduh di sekolah.

Adrin menetralkan nafasnya. Dan ia kembali terlihat cool. Mau kek gimana kalo udah ganteng ya ganteng aja ya Drin.

"Ada Andin?" Tanya Adrin kepada salah satu orang yang ia yakini anak kelas Andin karena berada di ambang pintu.

"Ada Mas."

Andin..!

Seseorang itu memanggil Andin. Dan tiba-tiba Andin datang di ikuti oleh Dimas dibelakangnya.

Adrin yang melihat itu menautkan alisnya dalam hati. Karena jika ia terlihat bertanya-tanya, sama saja membuat si brengsek itu bergembira hati. Batin Adrin

"Kamu pulang sama Saya" ucap Adrin ketika Andin telah sampai tepat di depan wajahnya. Mungkin sekarang Detak jatung dan nafas Adrin yang masih tergesa-gesa terasa oleh Andin.

Anak ini kenapa deket banget,njir. Batin Adrin

"Andin mau pulang sama gue . Tadi gue udah bilang duluan" Ucap Dimas tiba-tiba di belakang Andin.

Andin berbalik dan memasang muka bertanya-tanya. Pasalnya, Andin tidak tau kapan Dimas bilang seperti itu.

"Kamu bilang kapan?" Saat Adrin mengucapkan kata itu, bersamaan dengan tangan yang menggenggam tangan kanan Andin.

"Gue bilang tadi" ucap Dimas masih seperti biasa. Dengan gaya yang sama, yaitu memasukkan tanganya ke saku celana. Karena itu yang bisa menutupi ekspresi geram nya kepada Adrin.

"Gini ya Dim. Kamu bilang nya tadi, mungkin sebelum saya bilang ngingetin Andin" Adrin penuh penekanan di kata ngingetin

"Tapi saya, sudah bilang ke Andin kemaren malam" bersamaan dengan itu, Adrin menarik jemari Andin, dan menautkannya dengan jarinya. Menariknya pergi dari manusia bejad seperti Dimas. Adrin juga tidak mengerti kenapa ia bersikap seperti ini kepada Andin. Walaupun ia sayang kepada Jijah, dia tidak pernah sampai seperti ini.

Adrin tidak memerdulikan tatapan mata anak sekolahnya yang melihat tanganya terpaut dengan jari Andin.

Andin merasa dunianya seketika terhenti. Dan lagi, segala hayalan dan imajinasi tingkat dewanya tentang Adrin harus ia bunuh. Tak apa jika hanya imajinasi dan hayalan, tapi jika perasaannya saat ini, ia sungguh ingin menjerit betapa susahnya membunuh itu.

Adrin dan Andin sampai tepat di samping motornya Adrin. Dan setelah Adrin melepaskan genggamannya, Andin berkata

"Mas maaf, saya gak bisa ikut pulang sama Mas Adrin"

Adrin yang mendengar itu seketika membelokkan iris matanya menatap Andin dengan penuh penekanan.

"Saya mau pulang bareng Dimas, mas"

Seketika Adrin ingin sekali membentak bocah ini.

"Mau apa? Kamu tau kan, saya sudah bilang sama Bunda buat antar jemput kamu" Adrin berkata dengan menaikkan sedikit volume suaranya

Andini&AdrinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang