19- Gatau diri emang!

112 9 4
                                    

Pacaran yuk?

Ucapan Dimas sore tadi trus meraung raung tak jeals di telinga Andin. Ia tak tau harus seperti apa. Ia tak tau harus membalas apa kepada Dimas. Ia tidak merasakan sama sekali hal hal yang menjurus ke arah jatuh cinta. Baginya, Dimas hanyalah seorang teman yang asik dan menyenangkan.

Line

Notifikasi line hp Andini berbunyi

DimasA

Din?

AndiniPG

Apa?

DimasA

Yang tadi gak usah di pikirin Din. Selo aja

Palalu selo Dim, gue pusing nih mau kaya apa

Batin Andini.

AndiniPG

lu emang serius nembak gue? Kalo gue tolak gimana Dim?

DimasA

Ya gak gimana gimana. Gue si bakalan maksa. Kalo lu mau tapi. Kalo gak mau ya gak papa.nanti biar gue yang bikin lu sayang sama gue dengan sendiri nya.

Andini makin tak tau harus gimana. Ia hanya membaca pesan itu dari Dimas. Ia tak tau harus membalasnya apa. Ia hanya takut sakit, jatuh, dan lemah. Ia tak mau terlihat lemah di depan semua orang apalagi laki laki. Cukup ayahnya saja yang tau bagaimana ia menangis. Cukup itu. Ia hanya takut Dimas menjadikannya bahan taruhan. Ia takut Dimas hanya menjadikannya mainan seperti di luar sana. Ia takut Dimas tak tulus. Karena waktu perkenalan mereka yang sangat singkat yang membuat Andini tak yakin dengan apa yang Dimas akatakan.

Ia sedang membaca buku biologi miliknya di meja belajar.

tok tok tok....

suara pintu Andin

Andini segera bangkit dari kursinya dan beranjak untuk membukakan pintu

"iya sebentar" jawab Andini

Ia membuka pintu dan terlihat Bimo

"kak di suruh Bunda makan"

"oh iya Bimo duluan aja kebawah. Nanti Aku nyusul"

Ucap Andin dan di beri jembol oleh Bimo. Andin kembali dan membereskan bukunya tadi serta mematikan data seluler hp nya. Ia beranjak turun ke bawah untuk makan bersama dengan Bunda,Bimo dan Adrin. Andin turun dan sudah terdapat mereka bertiga.

"makan dulu sayang sini" panggil tante Ratna menyuruh Andin duduk di sebelah kanan nya. Sedangkan di sebelah kiri Tante Ratna sudah terdapat Adrin yang sedang fokus bermain game.

"iya Tan" tepat setelah Andin duduk, Adrin langsung mematikan hp nya

"tadi kerja kelompok dimana sama Dimas?" terang terangan Adrin menannyakan hal itu. Adrin menatap mata Andin penuh dengan tanda tanya.

"di caffe deket sini" jawab Andin seadannya. Karena ia lupa nama kafe itu apa.

"Dimas itu siapa?" tanya Ratna yang sedang mengambilkan piring untuk Bimo

"temen bangku Andin tan" jawab Andin yag langsung mengambil piring di meja

"kamu duduknya kok sama cowo si Din? Di rolling tah?"

"iya mas. Seminggu sekali di rolling sama Bu Ita nya. Padahal sih gak enak"

"ooh " Adrin mengangguk dan mengambil piring yang di berikan bunda kepadanya. Makan malam ini hanya di hiasi oleh obrolan kecil dari mereka dan keluhan dari Bimo yang mendapat tugas banyak dari guru di sekolahnya. Selesei makan malam, niatnya Andin akan belajar di halaman belakang. Andin suka hawa sejuknya yang dingin dan segar. Andin langsung mengambil buku dan pergi ke kursi yang ada di taman belakang rumah ini. Di sana, ia dapat melihat padatnya kota jakarta dan lampu lampu yang menghiasi kota jakarta. Dan lagi, ia kepikiran kata-kata Dimas tadi sore.

Andini&AdrinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang