15. Kau berhasil mengalahkanya-Dimas

66 7 0
                                    

Biarkan aku mengetuk pintu hatimu
Walau hanya mengetuk
Aku harap bisa mencium bau hati mu
Yang membunuhku



Andini. Dia gadis cantik. Dan aku menyukainya. Aku harus mengakui bahwa aku jatuh ke dalam pelukannya hanya dengan beberapa jam bahkan detik. Singkat, tapi aku menyukainya. Tak apa jika dia tidak menyukaiku, itu resiko mencintai seseorang bukan?

Dia sedang menatap keluar. Seketika aku mengikuti arah pandang nya. Dan ternyata, dia melihat manusia brengsek itu. Tatapan itu, aku melihat tatapan kesedihan di mata gadisku. Apa yang membuatnya seperti ini? Dia menyukai Adrin?

"Liat apa?" Tanya ku ketika dua orang di luar telah pergi

"Enggak Dim"

Aku tau. Hati nya murung seketika. Aku sesak. Tapi, ini adalah resiko.

"Dimakan Din"

"Iya Dim"

Dia terlihat kembali ceria. Begitu cepat nya aku membalikkan mood nya. Aku berharap, aku yang akan terus mengembalikan mood mu Din. Itu harapan yang aku semoga kan.

****



Azizah Awani. Wanita yang kerap di panggil jijah ,  Dia adalah sahabat kecil Adrin. Dia yang selalu menemani Adrin sejak sd. Wanita cerdas, ceria, dan cantik. Selama ini, dialah tempat Adrin menumpahkan segala amarah nya, keluh kesahnya, dan tawanya. Bagi Adrin, dia adalah segalanya. Tapi Adrin tau, sahabat hanya akan menjadi sahabat. Bukan belahan jiwa.

Tanpa mereka kedua tau, keduanya menyimpan perasaan namun enggan mengungkapkan. Mereka sama sama memikir resikonya, bisa saja mereka kehilangan salah satu dari mereka. Tapi, sayang akan tetap menjadi sayang, walau akhirnya cinta, siapa tahu masa depan bukan?

Adrin mengantarkan Jijah sampai kedepan rumah nya. Rumah ini, selalu membuat Adrin tak bosan mengunjungi pemeliknya. Mungkin bukan karena rumahnya, lebih tepatnya karena hati.

"Mau masuk dulu engga Drin?"

"Engga usah jah. Udah sore. Mau pulang aja"

"Oh yaudah. Ati ati ya. Salam buat bimo sama bunda ya"

Jijah tersenyum, menampilkan keanggunan seorang wanita

"Iya. Salam juga buat ibu sama ayah ya Jah"

"Iya Drin"

"Aku pamit ya"

"Iya"

Adrin melajukan motornya. Perlahan namun pasti, mereka akan tetap bersama dengan perasaan yang mereka miliki atau akan bersama dengan perasaan yang berbeda?




***


Andini dan Dimas sedang menuju ke rumah Adrin. Rumah yang menjadi tempat tinggal sementara Andin. Mereka terlihat bahagia, seperti seorang sepasang kekasih. Andini memeluk pinggang Dimas, tanpa ia tahu, itu membuat Dimas merasa tak tenang, jantungnya bekerja lebih cepat dari sekarang.

Langit terlihat mendung, seperti tak setuju melihat dua sejoli ini bahagia. Tak setuju dengan hati Dimas, yang sedang bahagia.

Air hujan mulai turun perlahan. Dimas dan Andini berteduh ke halte yang ada di pinggir jalan.

"Dim dingin ya?"

"Hah? Engga ko Din"

Andin melihat Dimas seperti sangat merasa kedinginan. Bibir nya pucat, matanya merah, tubuhnya bergetar. Melihat itu, Andini mendekat ke arah Dimas dan memeluknya.

"Din, ngapain?" Dimas kaget. Melihat tingkah Andini yang tiba-tiba seperti ini.

"Gue tau lu kedinginan, hujanya gede banget ya."

"Gak usah Din" Dimas berusaha melepaskan tangan Andini dari badannya.

"Diem. Gue gak mau lu kedinginan" ucap Andini sambil mempererat pelukannya. Dalam hati Andini, ia tahu apa yang Dimas butuhkan. Dimas membutuhkan serbuk itu. Jadi, dia berusaha untuk tidak mengungatkan Dimas tentang hal itu, walaupun dia yakin, pelukanya tak bisa mengalahkan kehangata serbuk itu.

Disamping itu, Dimas merasa sangat nyama. Andini memeluknya. Kehangatan ini benar benar ia rasakan. Perlahan ia mulai memeluk Andini juga. Agar gadis ini tak kedinginan. Andini berhasil mengalahkan serbuk itu.



















Hai semua. Aku update lagi nih😂 lagi gabut biasa. Vote and comment atau comment doang atau vote doang gapapa kok😊😊❤

Salam WT❤

Andini&AdrinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang