2 hari berikutnya, benarlah bahwa Retno akan datang. Dia datang dengan wajah sumringah, dengan sebuket bunga di stang motornya, dan beberapa bingkisan kecil untuk ayah dan bundaku.
"Sudah di taruh semua? Dimana ayah dan bundamu ?" Tanya Retno setelah aku membawakan semua oleh-oleh darinya ke dalam rumah. Selalu seperti itu, kalau datang ke rumah yang di tanya ayah dan bunda ku. Padahal yang paling semangat menyambut kedatangan dia adalah aku.
"Ayah sedang istirahat, baru saja datang bekerja, hari ini dia memang pulang lebih larut dari biasanya.." jawabku.
"Bun__"
"Bunda sedang mengeroki ayah, dia sedikit sakit juga. Oh astaga, tidak bisakah kau tanyakan aku saja yang sudah jelas-jelas ada di depanmu begini? Atau kau ingin kencan dengan ayah dan bundaku saja?" Tanyaku kesal pada Retno. Habis dia ini, mengapa selalu menanyakan bunda dan ayahku jika berkunjung ke rumah. Sedangkan aku, yang sudah berdiri dengan siap menyambut kedatangannya, malah dia acuhkan. Huh, menyebalkan!Retno mengacak rambutku gemas. Menyebalkan sekali, rambutku kan sudah di sisir, bisa berantakan nanti! Aku mencekal pergelangan tangannya, berusaha menyetop aksinya memberantaki rambutku.
"Berhenti Retno, aku sudah sisiran!" Ucapku dongkol.
"Oh oh oh.. Putri cantikku marah rupanya ya.. baiklah, sekarang apa yang harus aku lakukan untuk menebus kesalahanku ini?" Tanya Retno seperti meminta maaf pada seorang anak kecil polos yang dia rebut permennya.
"Retno.. aku bukan bocah ingusan umur 5 tahun yang kau ambil permen darinya.. aku hanya sedang kesal saja.." ucapku memproutkan bibirku.
"Baiklah.. lalu aku harus seperti apa?" Tanya nya lagi.
"Diam saja!" Bentakku karena sudah terlalu kesal dan tidak tahu harus mengatakan apa.
Ku lihat di sana Retno cukup mengerti dengan perintahku. Dia diam.
Hening.
Baiklah cukup! Aku sudah tidak tahan dengan semua ini, kenapa dia seperti ini?!
"Retno kau menyebalkan!" Kataku padanya.
"Kenapa? Kau yang menyuruh ku diam bukan?" Tanya retno dengan polosnya.
Arrgghh sungguh orang ini, kalau bukan karena aku Cinta padanya, akan aku usir dia sekarang juga!
"Baiklah maafkan aku.. aku yang seperti anak kecil di sini.." ujarku mengalah.
"Yes! Akhirnya kau mengaku juga.." ujar Retno sambil tertawa.
Mengapa lagi ini? Dasar aneh."Hei dengarkan aku.." tambah Retno setelah menyelesaikan tawanya yang terdengar jahat sekali. Sementara aku hanya bisa melongo dengan ulahnya itu.
"Aku ke sini, memang untuk bertemu denganmu.. tidak perlu ku utarakan lagi, kan?" Katanya lembut sambil memandangku. Sementara aku hanya bisa memalingkan wajahku dari wajahnya.
"Lagian kenapa kamu sensi sekali hari ini? Aku kan hanya ingin bertemu dengan ayah dan bundamu saja, tidak lebih.. apalagi ingin mengajaknya berkencan, oh sadarlah Iren, aku masih normal untuk itu.." tegasnya kembali. Sementara aku mulai merasa pipiku merona saat ini. Aku mulai merasa bahwa akulah yang salah. Ya, salah..
"Aku ingin bertemu dengan orangtuamu untuk memastikan apakah dia baik, sehat keadaannya.. bukan seperti yang kau fikirkan. Lagipula aku juga harus secepatnya mendapatkan restu dari orangtua mu, agar semuanya menjadi jelas, iya kan?"
Oh sungguh.. aku malu sekali mendengar penjelasan Retno padaku. Terlebih saat dia mengatakan bahwa dia sangat menanti restu dari orangtuaku. Ah, bodohnya aku.. kenapa aku se-sensi ini??
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny
RandomKalau tahu akan jadi seperti ini jadinya, kenapa aku tidak mulai dari awal cerita dalam diam ku? Rasanya menyenangkan hanya bicara dengan hati. Tidak perlu mendengarkan yang lain bicara, cukup dengarkan hati ku. Ku rasa senja juga melakukan yang sa...