Keputusan Ke-2

4 0 0
                                    

Aku meminta Retno untuk datang ke restoran kecil di kota. Aku ingin meminta maaf sekaligus meminta penjelasan akan foto yang paman berikan lima hari yang lalu. Ya, sudah lima hari lamanya aku dan Retno tidak saling bertemu dan berkomunikasi. Entahlah, rasanya aku sedikit terpancing dengan fakta yang paman berikan waktu itu. Aku tidak tahu apa tindakan ku kali ini benar atau salah, yang jelas aku benar-benar ingin meminta penjelasan dari dia. Lima hari yang panjang, aku lewati dengan penuh pertanyaan di kepalaku. Tentang wanita itu, hubungan nya dengan Retno, dan yang pasti, akan di kemanakan hubungan kami nantinya.

"Sudah lama menunggu?" Kata seseorang membuyarkan lamunan ku.
"Tidak, aku baru datang." Kata ku bohong, padahal sudah 1 jam yang lalu aku datang di sini.
"Baiklah, boleh aku duduk?" Katanya. Dia Retno. Ya, orang yang ku tunggu-tunggu sudah datang. Aku menganggukkan kepala ku, kemudian dia tersenyum kepadaku dan langsung duduk.
"Jadi, ada apa?" Katanya memulai pembicaraan.

"Retno, aku... aku ingin__"
"Kalau kau ingin meminta maaf tentang perlakuan ayah mu pada ku, aku sudah memaafkan nya terlebih dulu." Ujar nya memotong ucapan ku. Aku tersenyum mendengarkan apa yang barusan di ucapkan nya.
"Maafkan aku juga yang sangat lemah  tidak bisa berbuat apa pun saat itu." Ujar ku, sekarang dia yang berbalik tersenyum pada ku.
"Tidak apa, aku tahu apa yang kau rasakan. Jangan merasa bersalah terus seperti ini, aku sungguh tidak apa-apa." Katanya lagi. Sungguh demi apapun, semua tingkah laku Retno pada wanita, semua ucapan Retno pada wanita, semua kesopanan nya benar-benar tidak menunjukkan sedikitpun seperti apa yang ramai di bicarakan orang. Dia lelaki yang sopan, baik, lembut terhadap wanita. Dan aku yakin mereka semua salah menilai Retno.

Mengingat ini, aku jadi teringat kalau aku harus bicara satu hal lagi dengan nya. Satu hal yang akan memutuskan bagaimana hubungan kami nantinya.

"Hhmm... Retno, aku ingin tunjukkan sesuatu pada mu." Kata ku, dia mengerutkan dahinya tanda tak mengerti apa yang aku maksudkan.

Aku mengeluarkan foto itu, foto saat dirinya bersama wanita yang pernah aku lihat saat kami ada di kedai es malam itu.
"Bisa kau jelaskan tentang ini?" Tanya ku. Dia kaget, aku bisa lihat itu saat dia kembali mengerutkan kening nya dan memfokuskan matanya ke foto yang aku berikan.

"Aku dapat itu dari paman. Bahkan sampai sekarang, aku belum bisa menebak seperti apa hati ku. Entah aku harus percaya, atau tidak. Tapi nyatanya di dalam foto itu adalah kau." Aku mulai meneteskan air mata setelah mengucapkan kata-kata itu. Semua yang aku katakan benar-benar keluar begitu saja dari dalam hati ku. Memang benar apa yang ku katakan. Sampai saat ini aku tidak mengerti apa yang hatiku bilang. Di sisi yang satu, aku tidak bisa percaya karena sikap Retno yang menunjukkan dia benar-benar pria yang baik. Tapi di sisi lain, foto ini adalah bukti terkuat ku saat ini. Bukti yang bisa membawaku pada masalah saat ini.

"Aku sudah tahu kau akan cepat mengetahui ini semua." Katanya masih tetap menatap foto itu.

"Jika menjelaskan ini, apa kau juga akan percaya padaku?" Ujarnya lagi sambil menatapku.

"Aku membutuhkan penjelasanmu saat ini, demi kebenaran semuanya." Jawabku.

"Iren, aku minta kau dengarkan aku saja. Jangan memotong perkataan ku, jangan bicara apapun selama aku bercerita, aku mohon. Jika tak bisa, lebih baik aku tidak menceritakan apapun padamu." Pintanya. Sebenarnya aku bingung harus apa, tapi karena aku sangat membutuhkan jawabannya saat ini, aku memilih mengiyakan apa yang dia katakan. Aku menganggukkan kepala ku, dan dia mulai bercerita.

"Iren, sebenarnya aku bekerja di sebuah bar jauh di luar kota ini."
Jelasnya. Aku membelalakan mataku tak percaya. Katanya dia seorang relawan, tapi fakta apa ini? Dia membohongi ku selama ini?

"Jadi kau?" Kataku tak percaya.
"Aku sudah bilang, dengarkan saja Iren." Katanya tak menatap ku sedikitpun. Tatapannya entah kemana, dia menatap ke arah ku tapi bukan menatap ku. Aku kembali menenangkan diri ku, mendengarkan fakta yang sungguh tidak pernah aku duga.

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang