Dewi

6 0 0
                                    

"Di antar siapa ?"

"Astaga ayah!! Mengagetkan saja" kata ku sedikit berteriak pada ayah yang tiba-tiba saja berada di hadapan ku ketika aku baru saja menutup pintu.

"Eh, maaf. Di antar siapa tadi?" Kata ayah yang merasa pertanyaan nya tidak aku jawab.

"Alan ayah, kenapa?" Kata ku jujur, sedangkan ayah hanya ber oh ria saja kemudian melenggang pergi meninggalkan ku yang masih terdiam di pintu.

Ku rasakan degup jantung ku yang kembali kencang. Rasa apa ini? Mengapa setiap menyebut nama Alan jantung ku selalu berdetak kencang. Rasanya seperti ingin selalu menaruh tangan ini di dada agar jantung tidak copot, oke ini terlalu lebay.

Aku menarik nafas panjang, kemudian menghembuskan nya secara perlahan. Mengulangi nya berulang kali, berharap jantung ku kembali berdetak normal.

"Baiklah Irena Rosmalia, kau harus mandi, dan tidur sekarang!" Kata ku pada diri ku sendiri. Berusaha melupakan kejadian yang baru saja terjadi.

***

Aku berguling di kasur, tidak tidur, tidak. Aku merasa gelisah di kasur ku, mencoba mencari posisi yang nyaman untuk tidur. Aku kembali mencoba menutup mata ku, tapi yang terjadi adalah aku kembali ingat kejadian tadi. Apa ini? Apa artinya aku sudah mulai... ah tidak, tidak. Tapi mengapa aku terus saja memikirkan perbuatan lembut Alan  dari cara nya menatap ku, dari cara nya tersenyum ke arah ku. Ah, rasa nya berbeda sekali dengan orang lain.

"Issshh.. tidurlah!" Ucapku pada diri ku sendiri sembari menutup mata. Ah! Mengapa masih sama saja?! Baiklah aku menyerah, aku berjalan ke luar kamar. Melangkahkan kaki ku ke arah dapur, mengambil segelas air putih kemudian meneguk nya. Setelah selesai, aku kembali ke kamar. Baru saja ingin membuka pintu kamar, aku mendengar suara televisi di nyalakan. Sepertinya Dewi.

Ku dekati ruang keluarga dan.. benar, itu Dewi. Pasti tidak bisa tidur lagi. Aku melangkah menuju sofa, mengambil cemilan dari meja di depan TV. Kemudian aku duduk di sebelah Dewi.

"Kak, siapa yang mengantar mu tadi?" Kata Dewi. Astaga, baru saja duduk, sudah di tanya-tanya. Menanyakan tentang Alan pula, perfect sudah malam ku penuh dengan Alan.

"Alan." Jawab ku singkat sambil membuka toples kue yang ku pegang.

"Oh, kak Alan. Calon suami yang baik." Kata nya lagi dengan nada yang di kecilkan ketika menyebut kalimat terakhir. Dasar paparazi!

"Ih kau ini!" Kata ku yang terdengar semakin jutek.
"Lah, ditanya kok jadi judes." Ucapnya.

Aku tidak menghiraukan Dewi, aku masih dengan posisi ternyaman ku, dengan toples kue di pelukan dan kursi yang ku gunakan menjadi kasurku, karena Dewi memilih untuk tiduran di bawah menggunakan karpet.

"Kak, temanku bekerja sebagai Wedding organizer apa kakak mau kalau nanti acara pernikahan kakak dan kak Alaln menggunakan jasanya? Kalau iya bisa aku hubungi teman ku itu, lumayan biaya nya bisa harga sahabat." Ujar Dewi panjang lebar. Saat ini keluarga ku sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan pernikahan ku dengan Alan, entahlah mereka semua terlihat sibuk sendiri sedang aku? Bodo amat!

"Kak? Di dengar tidak sih, capek tau bicara panjang lebar tidak ada tanggapan!" Kesal adikku yang merasa sarannya tidak di hiraukan oleh ku.

"Ya sudah terserah saja, kakak ikut jadi." Kataku akhirnya. Sedang Dewi mendengus saja.

"Memangnya siapa teman mu yang punya usaha wedding organizer ?" Tanya ku sedikit mengurangi rasa kesalnya pada ku.

"Denis." Ujarnya singkat, balas dendam rupanya.
"Yeee merajuk saja, cepat tua nanti!" Kataku.
"Biar, kakak juga sama tadi!" Katanya. O tidak-tidak, kurasa dia sudah benar-benar merajuk.
"Hahha... iya maafkan kakak ya, kakak sedang banyak fikiran." Ujarku bangun kemudian turun ke bawah.

"Kamu tidak tahu apa yang kakak rasakan dik," kataku padanya. Memikirkan ini semua, membuatku kembali teringat pada Retno. Cinta yang dia miliki, cinta yang aku miliki, dan cinta kita. Bagaikan sebuah benda yang tak bisa terpisah akan. Bahkan sampai saat ini aku masih saja memikirkan dia. Terkadang aku juga memikirkan bagaimana pernikahan ku dengan Alan jika aku saja masih belum bisa melupakan Retno?

"Apalagi sih yang kakak fikirkan? Perasaan apa lagi yang kakak rasakan? Aku rasa semuanya sudah selesai, antara kakak dan dia itu sudah jadi masa lalu." Kata Dewi masih fokus dengan film yabg dia tonton.
"Tidak Dewi, kau belum merasakan apa yang aku rasakan, jadi kau tidak akan tahu. Dan aku berharap kau tidak pernah tahu, karena terlalu sakit jika kau tahu." Kataku menatap sendu ke arah depan.

Dewi bangun dari posisi rebahan nya, duduk berdampingan dengan ku.
"Kak sudahlah, aku memang tidak tahu apa yang kakak rasakan. Tapi sudahlah, pernikahan sudah di depan mata tidak sepantasnya menurutku kakak memikirkan masalah apapun." Katanya.

Aku menghembuskan nafasku kasar. Perasaan ku bergejolak, terlebih melihat kesungguhan Alan padaku. Jujur saja aku pernah berfikiran akan lari dari pernikahanku dengan Alan, tapi setelah mendengarkan kata tulusnya tadi, apa aku tega melakukan itu?

"Hey ayolah, pengantin tidak boleh banyak fikiran kalau mau riasannya terlihat pangling." Ujar Dewi tersenyum padaku. Bisa saja adikku ini!
Aku nengacak rambut panjang nya yang terurai. Rasanya beruntung sekali memiliki adik yang mengerti kondisi kakak nya, yabg bahkan bisa menasihati kakak nya. Sedang kakak nya? Bahkan menasihati dirinya sendiri saja tidak bisa!
Dewi, meabg Dewi penenang ku.

"Terimakasih sudah memberikan semangat pada kakak mu yang bodoh ini." Ujarku sambil tersenyum padanya.
"Iya, tenang saja. Asal traktiran pas, semua kalimat jimat ku bisa keluar kapan saja." Candanya. Aku dan Dewi kemudian tertawa.
Sudah lama rasanya bisa menikmati waktu seperti ini. Bahkan aku lupa kapan terakhir kali aku tertawa selepas ini. Keluarga, adalah segala-galanya untuk ku. Dan Dewi yang telah menyadarkan semua itu.

Tentang Alan, biarlah aku serahkan kepada takdir. Bersama ataupun tidak nanti nya, aku tidak perduli. Aku masih punya kehidupan yang harus aku jalani. Bernyanyi, bermain teater, dan lain sebagainya masih menjadi aktivitas tercinta ku.

.bersambung.

Hoyhoyhoyyy..
Gimana-gimana? Feel nya dapet ngga sih? Komen dong, jempol nya juga jangan lupa kasih yaa... sorry kalau ngaret terus update nya, soalnya aku belum punya jadwal tersendiri buat khusus lanjut cerita di wattpad dan tugas sekolah. Apalagi kalau lagi mager. Abiss udah, jangankan mau ngelanjutin cerita, pegang hp juga ngga 😂
Oke deh, see you next part 👍

💜Asilah.R

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang