The Zombie's 1

16.9K 1.7K 85
                                    

12 Januari xxxx. 08.09 a.m

Kuhirup dalam-dalam udara segar di pagi ini. Aku tersenyum senang. Hari ini adalah hari libur dan keluargaku akan berlibur ke  rumah pamanku di pedesaan selama seminggu.

Oh ya, Namaku Valerie Jovita. Umurku 18 tahun di tahun ini.

Aku duduk di tangga depan rumahku mengobrol bersama Joshua sahabatku sambil menunggu Ayah dan Ibu keluar membawa barang bawaan dari dalam rumah. Kakak lelakiku sedang sibuk meletakkan beberapa tas miliknya dan milikku ke dalam bagasi mobil. Astaga, hanya aku saja yang tidak repot di pagi ini.

"Jadi kau akan masuk jurusan apa nantinya?"

Aku mengendikkan bahuku tanda tak tahu, "Sebenarnya aku masih bingung. Ayahku menganjurkanku untuk masuk jurusan hukum nantinya."

Joshua tersenyum, "Kalau begitu pikirkan baik-baik hal ini selama kau berlibur, dan ketika pulang nanti kau harus memiliki jawaban yang pasti."

"Baiklah."

"Aku pulang dulu, Val. Ada yang harus kukerjakan." Ucapnya pamit lalu pergi meninggalkanku.

"Val! Ayo bantu ibu membawa tas ini!" Seruan Ibuku membuatku beranjak dan masuk ke dalam rumah. Ku dapati Ibuku sedang repot membawa dua tas yang lumayan besar. Aku segera mengambil alih tas berwarna coklat yang dipegang ibuku.

"Kenapa membawa banyak sekali baju, bu?" Tanyaku sambil berjalan menuju ke mobil.

"Kita akan berlibur selama seminggu, Valerie."

Kudengar dentuman lantai yang berbunyi. Tap, tap, tap. Ayahku melangkah cepat menuruni tangga dengan tas hitam selempang yang menggantung.

"Ayah, kenapa terburu-buru sekali? Hati-hati atau jika tidak Ayah akan jatuh dari tangga." Peringatku padanya.

Ayahku kini mendekatiku dan mengacak pelan rambutku membuatku memberengut. Ugh! Rambutku jadi berantakan.

Ayahku mengambil alih tas yang ada dipeganganku dan pegangan Ibuku, "Biar Ayah saja yang bawa."

Kami bertiga kini berjalan keluar menuju mobil. Aku berlari kecil menuju kakakku yang kini bersandar di mobil menunggu kedatangan kami bertiga.

"Kenapa lama sekali? Apa ada masalah?" Kakakku bertanya sambil membantu Ayahku meletakkan tas-tas ke dalam bagasi.

"Tidak ada masalah." Ibukulah yang menjawab. Tangannya kini bergerak membuka pintu belakang mobil dan masuk ke dalam diikutiku.

Aku menurunkan kaca jendela mobil dan mengeluarkan kepalaku dan menoleh ke belakang, "Ayo cepat, Yah!" Seruku.

Ayahku melirik dan tersenyum, "Baik, Val."
Setelah menjawab, Ayah dan Kakakku masuk ke dalam mobil dengan posisi Kakakku yang menyetir. Mobil bergetar dan menit berikutnya mobil ini berjalan menyusuri jalan sepi.

Sepanjang perjalanan kami berceloteh riang. Tawa pun menggema di dalam mobil yang kami naiki. Ayahku banyak sekali menceritakan cerita-cerita lucu mengenai dirinya dan teman-temannya di kantor. Dan Ayahku sangat berbakat untuk membuat kami tertawa.

Kami berempat tertawa lepas begitu cerita mengenai bos Ayahku yang tak sengaja menginjak kotoran sapi selesai. Astaga, perutku bahkan sakit jika membayangkan bagaiman mimik wajah bos Ayahku ketika menginjak sesuatu yang lunak dan berbau busuk itu. Ah bodohnya!

"David, kenapa jalanan kali ini tak seramai kemarin?" Ayahku bertanya sambil memperhatikan jalan yang kurang kendaraan.

"Aku tak tahu, Ayah. Mungkin mereka lebih memilih berlibur di rumah." Jawab Kakakku.

Tawaku meredam begitu kurasa getaran dari saku celanaku. Tangan kananku bergerak mengambil benda yang menghasilkan getaran itu. Alis sebelahku naik begitu nama Bibi Alexa terpampang di sana. Tanpa pikir panjang ku gesekkan tombol hijau dan kudekati ponsel itu di telinga kananku.

"Halo bi--"

"Valerie! Kau baik-baik saja? Di mana kalian? Kenapa Ayahmu tak mengangkat telponku?"

Suara keras bibiku langsung menyela ucapanku. Nada suaranya seperti ketakutan dan aku tak mengerti. Ada apa sebenarnya?

"Kami sedang di perjalanan, Bi. Kami semua baik-baik saja." Jawabku.

Ibuku menoleh ke arahku dan bertanya, "Siapa yang menelepon, Val?" Tanyanya pelan.

Aku menjawabnya dengan menggumamkan nama Bibi Alexa.

"Valerie, tolong keraskan suaraku agar Ayah dan Ibumu mendengar!"

Aku segera melakukan perintah yang disuruh Bibi Alexa. Aku mengaktifkan mode speaker membuat suara Bibiku menjadi lebih kuat.

"Kalian mendengar suaraku?!"

Aku sedikit menutupi telingaku karna suara keras dari bibiku. Padahal suaranya telah kukeraskan, tetapi kenapa dia masih saja berteriak?

"Kami mendengarkan, Alexa." Jawab Ayahku.

"Jangan pernah datang ke rumahku! Jangan per-- argghh!!!" Bibiku tiba-tiba berteriak membuat kami berempat tersentak kaget.

"Kau baik-baik saja, Alexa? Apa yang terjadi?" Ibuku bertanya panik. Kekhawatiran menggerogoti dirinya. Aku pun begitu dan mungkin Ayah dan Kakakku juga merasakan hal yang sama.

"Semuanya tidak baik-baik saja" Suara bibiku kini terdengar parau. Aku yakin sekarang ia tengah menangis. "Semuanya kini sangat menyeramkan.--Bumm!" Suara benturan keras yang kali ini terdengar. Aku menjadi kembali panik di sertai rasa takut yang besar.

"Kuperingatkan lagi, jangan datang ke rumahku! Tapi, pergilah menuju pusat kota tepatnya bandara internasional. Pergilah ke sana dengan selamat tanpa gigitan sekecil apapun!"

Aku mengernyit heran? Kenapa malah pergi ke bandara? Apakah bibiku ingin mengajak kami liburan ke luar kota atau luar negri? Tapi, apa maksud dari gigitan?

"Zombie!"

Journey To The AirportTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang