Epilog

7.8K 862 44
                                    

Seminggu telah berlalu semenjak kami semua mendarat dengan selamat di tempat ini. Satu fakta mengejutkan, bahwa ternyata tempat pengungsian kami ialah Negri Sakura, yakni Jepang. Senang akhirnya aku bisa pergi ke Jepang meski dengan cara yang sangat tak mengenakan.

Ada lagi satu fakta yang sedikit membuatku terkejut. Ternyata seluruh negara yakni, Amerika, Jepang, Korea, bahkan Indonesia membentuk aliansi untuk berdiskusi bagaimana cara menghentikan semua kekacauan ini.

Ketika kami sampai ke sini, kami diberikan tempat tinggal yang lumayan bagus. Kami semua tinggal bersama di satu rumah yang cukup untuk menampung kami dan rumah ini milik seorang medis yang membantuku seminggu yang lalu.

Kami mulai bisa menjalani hidup kami dengan baik, tetapi tentu saja ada perubahan yang terjadi. Contohnya aku. Kini aku mulai belajar untuk ikut menjadi tim medis sama seperti Kak Yuka, pemilik rumah ini. Begitu juga dengan Afsheen.

Bukan hanya kehidupanku yang berubah, bahkan sikap semua orang juga berubah padaku.

Kevin, si bocah itu kini terlihat sok dewasa dengan selalu berucap bahwa ia akan menjadi prajurit yang akan selalu menjagaku.

Keisha, ia menjadi lebih cerewet dan selalu sibuk dengan apapun yang berhubungan denganku. Padahal aku tak sibuk dengan urusanku sendiri.

Pastor Jack, ia bersikap menjadi sangat penyayang. Sikap ini bukan hanya dia tunjukkan padaku tapi pada semuanya. Dan aku suka perubahannya ini.

Afsheen, entah kenapa, aku merasa sikapnya selalu berubah-ubah padaku. Di sisi lain ia akan bersikap sama seperti ibuku yang sangat menyayangiku dan akan berubah bersikap seperti kakak perempuan yang akan memarahiku jika melakukan kesalahan.

Kakakku, ia berubah 180°. Ia yang dulu sangat irit bicara padaku kini menjadi sangat cerewet. Ia yang dulu jarang bertanya keadaanku kini menjadi lebih protektif dengan apa yang kulakukan. Ia yang dulu tak pernah ingin mengalah padaku kini selalu mengalah dan bersikap sangat dewasa.

Dan terakhir Julian. Dia bersikap sangat berbeda padaku. Hampir setiap menit ia selalu bertanya "Apa kau baik-baik saja?" Aku bosan jika terus ditanyakan hal itu. Bahkan ia menjadi sangat peduli padaku, dan mirip dengan sifat kakakku.

Entah karena khawatir atau menyayangiku mereka semua bersikap seolah-olah ingin selalu menjagaku. Tetapi, aku sangat bersyukur dengan itu karna sikap mereka mencerminkan bahwa mereka sangat mencintaiku. Begitupun dengan aku yang sangat mencintai mereka.

Aku merapatkan jaketku karna angin malam yang begitu menusuk. Aku mulai menggigil. Memang sudah menjadi rutinitasku untuk duduk diam di teras sembari menatap langit malam. Khususnya bintang yang selalu bersinar terang. Hal itu seakan membantuku untuk menghapus rindu pada kedua orang tuaku.

"Kau akan demam jika terus-terusan duduk di luar seperti ini."

Aku menoleh dan mendapati Julian yang duduk tepat di sampingku. "Kau kedinginan?" Aku mengangguk, "merapatlah padaku sedikit." Suruhnya

Aku melakukan apa yang disuruhnya. Gerakan selanjutnya sungguh membuat jantungku melompat karna kaget. "Sudah mulai hangat?" Aku mengangguk kaku.

Kini Julian memeluk erat tubuhku dari samping. Sikapnya yang satu ini membuatku kesulitan menetralkan detak jantungku, dan ujung-ujungnya membuatku bingung setengah mati harus berkata apa.

"Jantungmu berdetak sangat cepat."

"A-apa?" Mataku membulat dan gerakan cepat aku melepas pelukannya. "Ti-tidak, biasa saja." Elakku yang kini membuang muka malu menatap wajahnya.

Kudengar ia tertawa pelan. Hingga selanjutnya ia beranjak dari tempat duduknya.

'Cepat masuk sana!'

"Jangan berlama-lama di luar Valerie. Cepat masuk dan pergi tidur, ini sudah sangat larut." Ucapnya pelan hingga akhirnya masuk ke dalam rumah.

Selalu seperti itu, 'Jangan berlama-lama di luar Valerie. Cepat masuk dan pergi tidur, ini sudah sangat larut' ia selalu mengatakan hal itu setiap malam. Aku hanya bisa tersenyum menanggapi ucapannya.

Akhirnya aku beranjak dari tempatku dan mendongak sekilas pada langit. "Aku akan pergi tidur, Selamat malam." Ucapku lalu masuk ke dalam rumah.

Semua terjadi kembali dengan aku yang menuruti ucapan Julian, mengucapkan selamat malam pada bintang dan meninggalkan satu pertanyaan yang selalu tertahan sejak tanggal 12 Januari.

-
-
-
-
-

Awal dari semua bencana ini

-
-
-
-
-

End__
Udah bener-bener ending yah..

Journey To The AirportTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang