"Duh mana sih nih yang mau jemput gue? Kok nggak muncul?" Yeri merutuk pelan sambil sesekali menekan nomor ponsel yang ditujunya. Nomor ponsel Chaeyoung. Anak teman ayahnya yang kebetulan juga tinggal di Singapura.
"Aduuuh nomornya pake nggak aktif segala lagi." Lagi-lagi, Yeri kembali menggerutu begitu nomor ponsel Chaeyoung tidak aktif. Gadis itu mendengus pelan. "Gimana sih si Chaeyoung? Katanya mau jemput gue. Tapi ditungguin nggak dateng."
Kesal, akhirnya Yeri memutuskan untuk berjalan ke luar bandara–menunggu kedatangan Chaeyoung di dekat pintu masuk. Namun, sudah nyaris setengah jam menunggu, Chaeyoung tak juga menampakkan batang hidungnya. Dan Yeri hanya bisa kembali menggerutu.
Kemudian pandangannya tiba-tiba beralih ke arah seorang pria berbaju hitam yang tengah berdiri tak jauh dari hadapannya. Jujur, dia sangat risih saat pria itu menatapnya. Terlebih lagi dengan melihat penampilan pria itu yang tampak seperti preman–membuat firasat Yeri semakim tidak enak.
Pria itu mendekat dan semakin mendekat, hingga akhirnya Yeri memilih untuk kabur. Dengan sekuat tenaga, dia berlari–berusaha untuk menghindar dari pria asing tersebut.
"Duh! Apaan sih itu orang ngejar-ngejar!" Ia merutuk, ditengah-tengah sedang berlari. Yeri terus berlari menyusuri jalanan, hingga akhirnya ia berhenti dan bersembunyi di sebuah gang kecil. Sesaat ia menarik napas dalam-dalam, sambil memejamkan matanya.
Sampai pria yang mengejarnya itu berlari entah kemana, akhirnya Yeri bisa menghela nafas lega. Syukurlah, dia tidak kenapa-kenapa.
"I'll find her."
Nafas Yeri kembali tercekat saat mendengar percakapan telepon seseorang. Dia melirik dari balik tembok, kemudian bersembunyi kembali. Mendadak jantungnya berdegup cepat.
Penampilan pria itu–seperti preman juga. Namun kali ini berbeda. Dia menggunakan topi, juga kacamata hitam. Tapi tetap saja Yeri takut! Walau begitu, dia harus tetap keluar dari persembunyiannya, kan? Mana mungkin dia terus-terusan di situ.
Dengan penuh keberanian, Yeri keluar dari tempat persembunyiannya. Tapi bodohnya, dia justru menabrak pria asing bertopi hitam tersebut dengan cukup keras. Untung saja hanya lelaki itu yang terjatuh ke aspal.
"Hey! You!" Teriaknya, membuat Yeri semakin mempercepat larinya.
Dia benar-benar takut sekarang. Masalahnya, sekarang dia hanya sendiri di Singapura. Tidak punya siapa-siapa. Bahkan satu orang pun tidak ada yang ia kenal. Bagaimana bisa ia meminta bantuan orang lain?
Bruk!
Yeri menabrak seseorang dengan cukup keras hingga kedunya terjatuh ke tanah. Keduanya tampak meringis pelan.
"I'm so-sorry," ujarnya, dengan wajah sedikit tak enak hati. "Are you o-okay?"
"Are you okay you said?" Seseorang itu–yang ternyata seorang laki-laki–tampak mendecak kesal. "Are you crazy, hah?"
Yeri tersentak. "I'm sorry," ujarnya sekali lagi, berharap lelaki itu memaafkannya. Tiba-tiba mata gadis itu kembali membelalak. Pria asing yang mengejarnya kembali muncul. Wajahnya berubah menjadi panik. "Hey! Please help me!"
Lelaki itu segera berbalik, mendapati pria bertopi itu sudah bergaya seperti menantang. Tak mau kalah, ia pun dengan sigapnya mengeluarkan jurus bela dirinya. Cukup beruntung juga Yeri bertemu lelaki yang ditabraknya barusan.
"Let's run! Ayo kabur-kabur!" ujar Yeri, sambil menarik lengan lelaki yang ditabraknya dengan cepat, begitu pria bertopi tersebut sudah terkapar di atas tanah.
***
"Wait. Are you Indonesian?" tanya lelaki itu, masih dengan nafas tersengal-sengal.
Yeri mengangguk cepat. "Y-yes! Why?!"
Lelaki itu menghela nafasnya berat. "Baguslah kalau lo orang Indonesia."
"Hah? Lo orang Indonesia juga?!"
"Iya. Gue orang Indonesia," sahut lelaki itu tak acuh.
Yeri lantas memekik kegirangan. "Aaaah syukur deh kalau lo orang Indonesia!"
Lelaki itu hanya mendengus. Sedetik kemudian, ia mendecak pelan. "Bentar. Gue mau nanya sama lo. Lo kenapa dikejar-kejar sama itu orang, hah?! Lo ada masalah apaan sama mereka?!"
"Ya mana gue tau. Gue tiba-tiba dikejar ya gue lari," cerocos Yeri dengan nada seperti anak manja. "Masalahnya gue tuh takut. Gue ke Singapur cuman bawa uang 500.000 doang," jelasnya.
Sontak lelaki itu membelalak. "Hah? Lo ke Singapur cuman bawa uang 500.000?" tanyanya, tampak tidak percaya. "Lo–astaga. Lo gila apa?!" Sudah kesal di ubun-ubun, lelaki itu memilih untuk meninggalkan Yeri.
"Hei hei! Lo mau kemana?! Ih, tungguin dong!"
:: Prologue ::
[ A/N ]Halo! Hehe. Ini cerita baru yang jalan ceritanya aku ambil dari salah satu film yang aku suka. Jadi maaf kalau tidak sepenuhnya murni. Hehe.
Ceritanya sama, tapi judulnya kusingkat jadi "Singapore" karena itu judulnya panjang banget. Males:(
Masih bayang-bayang. Kalau nggak suka mending aku unpub aja ya. TT
Bismillahirrahmanirrahim!
KAMU SEDANG MEMBACA
Singapore
FanficSemuanya bermula ketika Yeri menerima tantangan gila sang ayah. Ya. Bertahan di Singapura dengan uang 500.000 selama satu minggu--dengan syarat, harus kembali dengan uang sisa. Semuanya dia lakukan agar ayahnya itu membelikannya mobil. Tapi siapa sa...