SELAMA dua jam ini, Jungkook merasa percuma saja pergi kuliah, tanpa memerhatikan sang dosen sama sekali. Pria paruh baya itu sibuk menjelaskan tentang materi yang tengah dipelajari, sementara sejak tadi fokus Jungkook bukanlah pada sosoknya. Melainkan jauh kepada gadis itu. Gadis yang tanpa diharapkan masuk ke dalam hidupnya.
Jungkook bernapas lega tatkala sang dosen mengakhiri pembelajaran materinya di depan kelas, seraya melangkah keluar, menjinjing tas cokelat kesayangannya. Dengan sedikit tergesa-gesa, ia ikut melangkah, lalu berlari begitu saja menyusuri koridor demi koridor. Tujuannya sekarang adalah atap gedung kampus, tempat yang biasa ia jadikan sebagai tempat merenung sekaligus menenangkan diri.
Tubuh Jungkook merosot begitu saja di ke bawah, terduduk lemas, memejamkan mata.
Sepi.
Hanya semilir angin kencang yang ia rasakan sekarang. Pikiran tentang gadis itu tiba-tiba saja muncul kembali. Sungguh, Jungkook tak menyalahkan otaknya yang terus-terusan hanya terfokus pada sosok Yeri. Ia hanya menyalahkan dirinya sendiri sekarang. Kenapa sulit sekali rasanya untuk berhenti memikirkan Yeri? Hanya itu pertanyaan Jungkook saat ini.
Jungkook : Lo kenapa?
Sudah dua belas jam Jungkook menunggu balasan atas pesan singkatnya itu. Namun nyatanya, Yeri sama sekali tak membalas. Dibaca pun tidak. Sesekali, lelaki itu berdesah panjang, memejamkan mata kembali--berharap semua kekhawatirannya terhadap Yeri hilang begitu saja. Namun ternyata tidak. Semakin Jungkook menunggu, semakin khawatir pula dirinya. Oh, ayolah. Apa Jungkook baru saja melakukan kesalahan hingga membuat Yeri tiba-tiba saja bersikap seperti ini?“Jungkook.” Suara itu menyapa Jungkook saat itu juga. Mendadak Chaeyoung muncul dari arah pintu atap gedung, menghampiri lelaki itu yang masih enggan bergerak. “Gue kira lo pergi ke mana. Dari tadi gue cariin, taunya di sini.”
Jungkook hanya melirik sekilas, tak menanggapi. Entah hari ini rasanya ia sedang malas sekali berbicara.
Chaeyoung mendengus pelan, “Lo.... masih marah karena yang itu?”
Jungkook menggeleng tak acuh.
Gadis berambut sebahu itu berdesah. “Gue nggak bisa dibohongin. Sorry, Jungkook. Gue bukannya nggak mau ngomong ke lo. Tapi.... tapi Yeri sendiri yang nyuruh gue untuk diem. Alasan dia nginep di apartemen gue pun sederhana. Dia nggak mau ngerepotin lo lagi, katanya. Dia bilang, lo udah terlalu banyak membantu. Dan dia nggak tahu cara ngebales itu semua dengan apa.”
Lagi-lagi Jungkook tak menjawab, hanya tertunduk beberapa saat, memainkan kerikil-kerikil kecil di samping kakinya.
“Jungkook,” panggil Chaeyoung. Jungkook mendongak, menatap Chaeyoung tak mengerti. Gadis berambut sebahu itu menghela napas panjang, tersenyum miring. “Kejar apa yang harus lo kejar. Karena sesuatu yang lo impikan itu bisa aja pergi, nggak kembali lagi. Jangan sampai lo nyesel, Jungkook.”
Lalu Chaeyoung pergi begitu saja, meninggalkan Jungkook yang masih termenung, mencerna omongan Chaeyoung barusan. Lelaki itu mengernyit, tampak bingung.
Sampai akhirnya ia tersadar, jika Chaeyoung baru saja membahas sesuatu. Sesuatu yang memang mulai berarti dalam hidupnya. Adalah Yeri, gadis asing yang berhasil meluluh-lantahkan hatinya.
* * *
“Yer, lo.... serius mau pulang ke Jakarta sekarang?” Yeri yang kala itu tengah sibuk melihat-lihat aksesoris di sebuah toko bersama Mingyu, lantas menoleh, menatap lelaki itu sebentar, kemudian mengangguk pelan. Lelaki itu mendengus. “Hei, ayolah. Jangan cepet-cepet balik. Lo.... lo pasti masih butuh liburan di sini. Yer, do you know? Jakarta itu sump--”
KAMU SEDANG MEMBACA
Singapore
FanfictionSemuanya bermula ketika Yeri menerima tantangan gila sang ayah. Ya. Bertahan di Singapura dengan uang 500.000 selama satu minggu--dengan syarat, harus kembali dengan uang sisa. Semuanya dia lakukan agar ayahnya itu membelikannya mobil. Tapi siapa sa...