Epilogue

4.2K 501 127
                                    

Jakarta, 2016.

       
         
     
       
     

GADIS itu melangkah dengan riangnya, sambil sesekali melantunkan lagu yang yang tengah mengalun lewat earphone. Yeri tak biasanya terlihat sebahagia ini saat di bandara. Oh, tentu saja dia teringat perkataan terakhir itu. Adalah Jungkook, yang sudah menyatakan perasaannya secara terang-terangan.

Mulanya, Yeri cukup kaget--ralat--bahkan tidak pernah menyangka kalau makhluk itu akan bertindak lancang dan berani seperti ini, mengingat dia tahu, Jungkook juga memiliki sisi gengsi yang sangat tinggi. Namun, begitu lelaki itu memeluknya erat, ia seakan sadar sesuatu. Sadar jika Jungkook tak ingin melepas dirinya. Kemudian pikiran Yeri melayang pada bisikan itu lagi.

'Gue sayang lo, dan gue bakal nungguin lo terus di sini.'

Hanya dengan beberapa kalimat, namun jantung Yeri sukses berdebar kencang. Kadang kala, ia tak mengerti. Rupanya Jungkook bisa juga bertindak romantis. Ya walau kadang dibalik keromantisan itu masih selalu terselip sifat menyebalkan seorang Jungkook.

Yeri terus berjalan, lalu berhenti di sebuah tempat pengambilan bagasi pesawat. Sama seperti yang lain, dirinya ikut berdiri, terdiam menunggu koper berwarna cokelat pemberian Chaeyoung itu melintas di hadapannya. Sambil mengisi kekosongan waktu, Yeri juga tak mau menyia-nyiakan waktunya. Sesekali, ia mengulum senyum, menatap layar ponselnya yang langsung penuh oleh notifikasi dari Jungkook.

 
Jungkook : udah sampe?
   
 
Yeri baru saja ingin mengetikkan sesuatu. Namun semua itu buyar tatkala seseorang di sebelahnya menyikut, memberi tahu jika koper-koper di dalam pesawat sudah berputar sejak tiga puluh detik yang lalu.

Tidak lama, sebuah koper cokelat familiar nampak dari kejauhan. Hanya itu yang Yeri bawa dari Singapura beberapa jam yang lalu. Memang, tidak begitu banyak karena ia sendiri malas membawa banyak bawaan. Jadilah ia hanya membawa koper, juga tas kecil yang ia tenteng saja.

Kemudian pikirannya kembali kepada Jungkook. Pesan itu! Ya, dia sampai lupa mau membalas. Buru-buru ia mengetikkan sesuatu di layar ponselnya. Baru saja ia ingin menekan tombol kirim, mendadak ada panggilan masuk. Tidak salah lagi. Jungkook lah yang meneleponnya.

“Jungkook!”

“Hei, udah sampe di Jakarta?”

“Udah dong. Hehehe. Ini baru aja ngambil koper, mau pulang ke rumah.”

“Hm.... gitu.”

“Ehm....”

“....”

“Jungkook....”

“Iya? Ada apa?”

“Soal itu.... sebenernya.... sebenernya.... gue.... sebenernya gue juga--”

Ucapan Yeri terputus begitu saja tepat saat merasakan tubuhnya yang tiba-tiba melayang, hingga menyebabkan dirinya terpental hingga jauh beberapa meter, dan berakhir di atas aspal. Ponsel yang semula di genggamannya pun entah hilang ke mana. Yang Yeri rasakan sekarang hanyalah rasa sakit, hingga penglihatannya mulai sama-samar.

Semuanya gelap. Yeri benar-benar tak melihat apa-apa. Dan saat itu juga Jungkook yakin, sesuatu hal yang buruk baru saja terjadi pada Yeri.

* * *

Jakarta, 2017.

   
      
  

Singapore Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang